Jumat, 20 Maret 2020

Diary kkn

Penulis: Herman

Editor: Riska Sari

Sampul:

Kata pengantar

Assalamualikum wr.wb

Alhamdulillahirobbil alamin. Segala puji bagi Allah swt. Karena memberikan kekuatan, kesehatan dan umur serta waktu luang sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini. Sebenarnya dalam buku ini, tidak ada yang istimewa, hanya saja saya ingin memperpanjang usia kami (anak KKN UIN Alauddin Makassar Ang. 55) di desa ini. Sebab, tanpa tulisan ini, saya yakin semua akan terlupa, walau pun kami

datang, tahu nya adalah “mantan” anak KKN UIN AM, namun hal yang kami lakukan dalam masa ber-KKN dulu itu sudah tidak  teringat lagi. Olehnya itu saya menulis ini sebagai cindramata untu kami dan kenangan untuk desa mamampang. Semoga desa mamampang selalu di ridhoi oleh Allah, selalu aman sentosa dan tetap menjadi mamampang sewaktu kami KKN dulu.

Terima kasih kepada semua pihak sehingga buku ini dapat terselesaikan. Terima kasih kepada bapak desa, ibu desa, bapak dusun, bapak RK, Tokoh Agama, Tokoh Pendidik Tokoh Pemuda serta semua masyarakat mamampang.  Mohon maaf kami haturkan yang apabila dalam ber-KKN dulu kami punya salah dan khilaf, sebab kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari salah dan dosa.

(sama-samaki memaafkan). Akhirul qalam. Wassalamualikum wr.wb.

Makassar 25 April 2018

Herman

Kuliah Kerja Nyata (KKN) 1

Setelah rapat kemarinnya dengan dosen pembimbing KKN, pembentukan posko di bagi. Saya berada di desa mamampang bersama kawan-kawan lain.  10 orang dalam 1 desa dan kemungkinan poskonya di bagi 2, masing-masing beda dusun. Setelah rapat di masjid pembentukan coordinator desa (kordes) bendahara dan sekertaris, saatnya rapat selanjutnya esok hari yang kami sepakati di fakultas adab dan humaniora. Disanalah kami bertemu, bercanda bersama walau hari kemarin kenalannya. Ada si unhy yang memintaku pergi beli pop ice dekat fakultas ekonomi dan bisnis islam. Di mintanya beli 2, saya 1 dianya 1. Tapi setelah di tempat rapat, saya kasi teman-teman lain. Baru saja keluar di jalan,” eh boy, dimana rapatnya”, sapa erni depan fakultasku. “ada di lobi fakultas, masuk aja, teman-teman sudah menunggu di dalam, saya mau belikan unhy pop ice dulu”, kataku berlalu. Di tempat ini pula pembayaran untuk indekost selama 2 bulan. Setelah beberapa lama saya pun tiba, mereka berkumpul, mereka heran di fakultasku karena saya begitu banyak penggemar karena mereka junior-junior saya yang sering saya masuki kelasnya untuk jual buku. “hay kak boy, ciyee teman baru”, teriak timang. “hahah, iya nih de’ teman kkn”, balasku.

Pak posko menjemput kami di kampus, dialah puang naba yang rumahnya posko 1. Pagi-pagi menuju kampus untuk persiapan kkn. Setelah sampai, saya menuju LP2M, tempat dimana teman-teman kkn berkumpul. Lalu ku lihat pak kordes (coordinator desa) di samping motornya.  Ku simpan barang lalu keliling cari teman yang se-posko denganku. Ku dapat si kace sabri, lalu ku bantu angkat tas ranselnya, setelahnya ketemu si erni yang juga ku angkatkan tasnya ke atas mobil. Lanjut ku cari teman lain, ternyata ketemu si yeyen teman ukm black panther karate bersama tema-teman lain. Sebelum berangakt, say bertemu kak nawir. Seniorku di black panther karate UINAM. "Eh boy, KKN juga kamu", sapanya. "Hhe, eh bang nawir. Iya nih kak. Alhamdulillah", jawabku. "Dimana lokasi KKN-mu?", tanya nya. "Di tombolopao kak", kataku. "Ada adeku itu disana juga, ini saya tadi antar", jelasnya. "Siapa namanya kak?", tanyaku. "Naurah, itu orangnya", tunjuknya. "Oh naurah kak, saya satu posko kak", kataku. "Oh ya, jaga adeku disana nah, kalau tidak ku sparing kamu nanti", katanya tepuk pundakku. "Hehe, siap kak", kataku. "Kak, saya bantu dulu temanku yang lain kak", pamitku. "Oke dinda, hati-hati dan ingat pesanku", katanya. "Siap komandan", kata hormat lalu berlalu.

Terakhir si zizah, kopernya lumayan besar dan berat juga. Setelah semua siap, mobil pun berangkat. Saya yang siap naik mobil terharus naik motor karena mobilnya sudah tidak muat. Saya pun di bonceng pak kordes,setelah jauh berjalan, saya pindah ke motornya bang ilham (teman kelas dimasa kuliah) yang kebetulan kordes juga.  Setelah beberapa lama akhirnya saya pindah lagi. Kali ini ke motornya pak korcam (coordinator camat), hingga sampai di kecamatan tombolopao. Setelah acara penyambutan kkn di kantor kecamatan, saya harus pindah lagi ke mobil yang di di pakai angkut barang, saya duduk di depan da nom kernetnya pindah ke belakang. Ternayata lumayanj jauhnya, setelah sampai di posko, kami terharus berbagi posko karena sudah disediakan 2 posko. Saya memilih posko 2 bersama ennhy, teguh, zizah, dan naurah. Lalu di posko 1 ada, aam si kordes, unhy si sekertaris, husna si bendahara, kace sabri dan isra’.  Agak sial si azizah, yang terlambat datang ketika pemberangkatan tadi, sehingga barangnya ada di mobil lain, akhirnya tertinggal di desa lain. Setelah berkoordinasi, dosen  pembimbing dan pak sopir akhirnya dapat juga di tanggulangi, tasnya di antar ke posko. Kami di suguhi teh hangat dan dan beberapa kue cemilan di posko 1 bersama pak kades dan beberapa aparatnya. Bersantai ria, sesekali bercanda bersunda gurau. Sore pun tiba dan tivba jualah kami berlima harus ke posko 2 di dusun bahoturungang yang diantar oleh pak kades. Lumayan, kami diterima dengan hati gembira oleh ibu posko. Lanjut ng-teh (lagi) plus sukun goreng di seretai cerita-cerita bersama keluarga “baru” di tempat ini. Kami juga di datangi salah satu teman dari KKP PLUS dari unismuh. Menjelang maghrib, pak kades pun berlalu bersama warga lainnya, ku keluar rumah melihat sekeliling rumah ini. Ku perhatikan si bapak posko yang memberi minum si sapi. Saya menghampiri dan “ pak, pekerjaan orang disini apa ya pak?”, tanyaku.  “disini itu de, tanaman jangka panjang, macam cengkeh. Kalaupun jangka pendek itu musimnya, dan itu hanya beberapa orang karena terkendala akses/jalur untuk menjualnya”, jawabnya. “oya pak, sapinya hanya 1 ekor?”, tanyaku lagi. “iya de’ karena susah disini kalau tidak ada lahan. Rumputnya susah, dan sapi-sapi kan tidak bisa di lepas. Beda dengan daerah yang luas lahannya”, jelasnya. Percakapan kami di batasi oleh waktu, hingga masjid pun melantunkan ayat-ayat indahnya pertanda maghrib akan tiba.  Saya di ajak bapak ke masjid, setelah sampai, ku perhatikan anak-anak yang berjejer sangat rapi. Setelah sholat maghrib, pak RK ke mimbar dan meminta kami untuk perkenalkan diri. Si teguh lalu ke mimbar, memperkenalkan diri dan juga memperkenalkan nama saya. “nama saya teguh, anak kkn pak, dan ini teman saya,,, saya juga belum tahu nama aslinya karena kami juga baru bertemu kemarin tapi teman-teman posko memanggilnya boy”, kata teguh yang sertai ketawa anak-anak masjid. Saya pun di undang dan terharus naik mimbar, dengan bahasan sama yakni perkenalan di depan para jamaah. Kami bercengkaram dan salin bertukar pendapat di masjid hingga isya tiba. Ada banyak hal yang menjadi perbincangan kami malam itu, pendidikan, ekonomi dan seterusnya. Setelah isya-an, kami pun kembali ke posko.  Setelah sampai ibu posko memanggil saya melalu anaknya (tiwi), “nak, panggil dulu kak boy pergi makan, makanan sudah tersedia”, katanya. Saya pun memanggil teman-teman lain untuk makan bersama, kami lanjut bercerita dengan pak RK, bapak kost, dan beberapa pemuda tadi yang sempat singgah di posko. malam pun sudah larut, akhirnya mereka bergegas pulang dan membiarkan kami beristrahat di pertama malam di kampung ini, baru saja akan tidur, pak kordes menelpon bahwa dosen pembimbing akan datang membawa uang indekost. awalnya kami tidak percaya karena sudah larut. Ternyata di setengah pertengahan malam, mereka pun tiba bersama pak korcam dan skertaris korcam. Akhirnya terbangun lagi, walau muka bantal kentara karena kelelahan. Setelah membayar uang indekost, mereka pun berlalu dan kami baru benar-benar istrahat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  2

Observasi awal.

Setelah malamnya terlelap walau kedinginan, akhirnya saya di bangunkan oleh riuhnya oleh bunyi alarm teman-teman karena kamar kami bersebelahan. Lalu saya lihat jam, ternyata masih jam 03.20, ku tarik selimut lanjut tidur. Setelah beberapa jam kemudian, suara-suara alunan merdu masjid membangunkan saya. Ku bangun diam-diam menuju masjid, karena khawatir mengusik tidur teman-teman yang lagi pulasnya.  Setelah usai subuh-an, saya pun kembali ke posko, sembari menunggu pagi tiba, saya pun jalan-jalan untuk menghangatkan badan yang sudah menggigil kedinginan sedari tadi. Pagi pun tiba, kami siap-siap observasi hari ini. Rencananya kami akan mendatangi posko induk (1), namun baru saja saya keluar di jalan, ternyata mereka sudah tiba duluan. Setelah berbincang-bincang, kami pun berangkat, karena penurunan, kami jalannya agak santai, sesekali di sapa oleh masyarakat. Namun, lambat laun kami pun mulai kelelahan, menapaki jalan berliku dan pengarasan sehingga kadang kaki keseleo. Ternyata desa ini tak sekecil yang kami sangka, dengan berjalan sempoyongan,” wehhhhhh ini ada es kiko,  ada berbagai varian rasa”, teriak husna di depan. Karena keterhausan, kami pun berlomba. Alhamdulillah, posko induk sudah terlihat, setelah sampai kami pun di nsambut oleh bapak posko dan makanan. Kami pun berbincang-bincang “pak disini petani jangka poanjang ya pak”, kataku membuka percakapan. “oh tidak juga de, ada beberapa masyarakat bercocok tanam seperti tomat, padi, Lombok dan sayur mayor, kalau padi, disinin bergiliran dari temo dulu. Jadi misalnya ada seorang ayah yang mempunyai 2 anak, mereka harus gentian menggarap sawah”, jelasnya. “wah, semakin banyak anak, semakin lama gilirannya ya pak”, potongku. “ oh iya, bayangkan kalau ada 5 anak, kan lama bariu dapat giliran”, lanjutnya. “jadi ini masih kental kebersamaan dan kekeluargaannya, mungkin saja di daerah lain, akan terjadi kekacauan ya pak”, kataku. “oh iya, kami disini masih memegang erat amanah dari pendaulu-pendahulu kami, Cuma memang seiring berjalan waktu ada yang melenceng tapi masih bisa teratasi, misalnya sawah itu milik bersama lalu ada 1 orang yang menjualnya sehingga menimbulkan konflik, tapi masih bisa di atasi”, sambungnya. Setelah lam berbincang, kami pun di panggil untuk makan siang, setelah sebelumnya kami meeting kecil-kecilan tentang apa yang kami temukan hari ini. Setelahnya kami dari posko 2 harus kembali akrena rintik-rintik hujan mulai turun, sebelum keluar rumah, ternyata rintiknya sudah deras, namun karena kami punya cucian sehingga kami harus kembali. Di tengah perjalanan, hujannya berhenti, sehingga kami berjalan santai, berjalan kurang lebih 1 km, dengan jalan berkelok dan hanya pengarasan. Setelah sampai diposko, ternyata hujannya deras,. Beberapa saat kemudian, kami di panggil makan “wahh kalau begini terus, gemrong kita ini setelah balik dari tempat KKN”, candaku kepada teman-teman. Setelahnya, saya dan teguh ke desa sebrang (tabbingjai) untuk beli kopiah, namun penjualnya tidak ada sehingga kami pulang dengan tangan kosong, kami pun sempatkan menyambangi teman kkn desa itu, namun tidak bisa kami temui karena sementara rapat. Kami pun pergi ke belakang poskonya untuk melihat anak-anak bermain bola volly. Tak terasa sore pun tiba, akhirnya kami kembali dengan siap-siap untuk ke masjid lagi. Di masjid, kami berkenalan dengan teman-teman remaja masjid, ibu-ibu majlis ta’lim, dan beberapa warga.  Setelahnya kembali ke posko, saya kira akan cepat istrahat malam ini, karena kelelahan tadi, tapi tidak, kami kedatangan tamu dari warga untuk berbincang-bincang. Setelah mereka berlalu barulah kami istrahat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  3

Observasi lanjutan

Seperti biasa, pagi-pagi saya selalu keluar jalan-jalan. Sampai di ujung jalan ,kun perhatikan aktivitas warga termasuk anak-anak SD yang mungil namun sudah kelas 4. Mereka meleawt jalan berliku, berjarak kurang lebih 1 km untuk sampai di sekolah di tambah jalan yang tak berpenghuni disisi kanan dan kiri hanya lambaia-lambaian pohon-pohon hijau. Mereka kadang-kadang rombongan, kadang pula beruntung, ketilka hari pasar, lalu mereka dilewati oleh mobil itu, mereka pun naik di mobil pick up itu. “hay kak boy”, sapa mereka di atas mobil itu melihatku disisi jalan. “hay juga de, pegangan yang erat”, kataku. Lalu tak lama kemudian kudapati 2 orang anak berjalan berdua, lalu saya dekati, “hy de, kok hanya berdua, teman kalian mana?”, tanyaku. “sebagian naik mobil kak, sebagian juga belum berangkat”, katanya. “tapi kenapa adek tidak naik mobil seperti teman-teman kalian”, tanyaku lagi. “ada adek saya kak, sudah terbiasa jalan”, lanjutnya. “hay kakak boy, dimana rumahta, kenapa adaki disini”, sapa gadis mungil lain yang bertemu dimasjid. “hay juga dede, ohh saya jalan-jalan, biasanya kalau pagi saya keluar jalan-jalan, saya tinggal di rumah dekat masjid de”, jawabku.  “oh begitu kak, itu anjing di belakangta anjingnya kakak ku, dulu ada 3 namanya blacki dan jerry tapi sudah mati. Tinggal ini kak”, celoteh si mungil. “oh ya de, kasian ya, semoga ini panjang umur ya de, supaya bisa terus menemani kalian”, lanjutku sambil mengusap kepala si mungil. “iye kak, amiin. Menangis ka dulu waktu mati anjingku kak, lumpuhki anjingku”, lanjut kakaknya.  Tak terasa jalan mendaki sudah dilewati, tak terasa pula posko sudah terlewati. “wehh boy, mau kemana, kamu sudah lewat”, teriak si zizah. Saya pun kembali dan siap-siap observasi lanjutan. Setelah semua selesai, kami pun siap-siap menuju sekolah yang berdampingan dengan rumah pak desa, dan ternyata di rumah ini juga adalah posko induk dari tema KKP PLUS dari unismuh.  Setelah berbincang kami pun kesekolah dan bercerita dan berkenalan dengan para guru. Di perkenalkan oleh si unhy, dan saya terakhir. “di ujung sana si boy alias si herman pak,  dia dari jurusan ilmu perpustakaan”, katanya. Kantor yang tadinya sunyi akhiornya riuh juga. Saya langsung di beri job untuk menata perpustakaan. Setelahnya, saya meminta untuk di antar ke perpustakaan, setelah terbuka, “lumayan pak, untuk ukuran perpustakaan sekolah, exemplar bukunya memadai dan sepertinya sudah rapi”, kataku. “Hanya sedikit raknya kurang, karena buku seharusnya hanya bersusun tunggal sehingga buku dapat terlihat. Kalau bersusun 2 seperti ini, buku yang bagian dalam susah di lihat”, kataku lagi. Ternyata penyimpanan buku banyak yang tidak sesuai sehingga ia bercampur seperti nasi gado-gado. Saya pun di tugasi untuk mengaturnya. Setelahnya kami pamit karena harus ke dusun pakkeng, yang kata warga jalannya cukup jauh dan mendaki. Kami di temani bapak dusun dan sekaligus bapak posko. Di pertengahan pendakian, ada mobil pick up yang kebetulan searah dengan kami, lalu di tahan oleh bapak posko dan kami pun dapat tumpangan dengan gratis. Setelah sampai di dusun pakkeng, kami bercengkrama tentunya “observasi” sambil berbincang tentang seluk-beluk desa mamampang. Setelah teh habis, kami pun di ajak ke rumah pak dusun pakkeng ke rumahnya yang kedua, karena dia punya bebereapa beristri, cukup melelahkan karena maish penanjakan, “boy, capekka boy, tarikka dulu”, kata ennhy. Setelah kurang lebih 20 menit, kami pun sampai. Setelah sampai, kami pun disuguhgi berbagai minuman dingin, ada ale-ale, cappuccino, dan sebagainya. Setelah usai, kami pun kembali dengan menuruni jalan pendakian tadi. Setelah beberapa lama, si teguh, naurah dan husna duduk di dekker-dekker yang ternyata itu adalah rumah istri ketiga pak dusun pakkeng. Ternyata pak dusun ini punya 4 istri namun 1 sudah meninggal. Setelahnya kami kembali mke posko masing-masing dan beristrahat dengan tenang.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   4

Seperti biasa aktivitas pagi, sukanya jalan-jalan sebelum beres-beres di posko. Hari ini rencananya istrahat di posko, Karen masih lelah dengan perjalanan kemarin. Tapi karena di kampung sebelah pasar, kami pun berniat kesana. Rencananya jam 7 tapi berangkatnya jam 10. “bu, mau kepasar dulu”, izin naurah. “kenapa terlambat sekali, bubarmi pasar”, kata ibu. “tidak apa-apa bu, mau juga temani boy dan teguh beli kopiah dan sandal di tokoh sana sambil jalan-jalan”, lanjut ennhy. Setelahnya, kami pun berlalu. Setengahj perjalanan, kami bertenu nenek posko yang membawa barang-barang dari pasar, “boy, itu nenek posko di depan, bisako kembali dulu temani”, kata zizah. “ oh iya, gampangji. Kasian juga nenek”, kataku. “di tunggu disini atau di pasar ko boy”, lanjut teguh. “tunggu dipasar mi saja”, kataku sambil ambil barang nenek. Saya kembali ke posko bersama nenek dan setelahnya saya menyusul teman-teman di pasar. Setelah sampai dipasar, benar saja, pasarnya sudah bubar, tinmggal beberapa pedagang yang masih mengemasi barang-barangnya. Kami pun ke posko teman yang ada di desa itu, namun ternyata mereka ke dusun pattalassang. Kami pun pulang, lumayan mendaki sekitar 20 menit hingga sampai di posko. Setelah sampai ternyata ada di kordes, dan teman-teman dari posko induk, kami  pun bercengkrama dan saling lempar ide-ide. Hari ini bu posko, membuat sukun goreng dan sarabba’. Setelah menegok-nengok kedapur “bu, apa yang bisa saya kerja”, kataku menawarkan diri. “boy, ini de’ kelapa parut. Tapi banyak, bisa?”, kata bu posko. “ ah sudah biasa bu”, kataku. Ternyata saya tidak sendiri, saya ditemani naurah yang mengambil parut kedua. Setelah beberapa lama kemudian sukun dan sarabba’ hangat telah tersaji di meja dengan cobe-cobe pedis ala ibu-ibu desa mamampang. Tak lama kemudian, kordes dan rombongannya kembali ke poskonya, karena hampir maghrib. Setelah siap-siap ke masjid, ternyata pakm kades mampir ke posko. Kami pun barengan ke masjid. Setelahnya kami pun makanmalam bersama pak kades. Setelah pulang dari masjid, kami pun bercengkrama dengan pak kades, menikmati lanjutan sarabba’ tadi.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  5

Sejauh ini tidak pernah terlewatkantanpa dinginnya angina timur. Hari ini tidak banyak kegiatan karena berbagai alas an. Pagi buta telah tersaji 4 gelas teh dengan sepiring pisang goreng hangat. Tentu saja dengan badan kedinginan, kami membutuhkan kehangatan. Si teguh baru saja keluar dari kamar, ternyata ia lanjut tidurnya setelah subuh-an tadi.  Tak berapa lama kemudian, kam I nge-teh sambil bersuka ria di pagi hari. Waktu terasa cepat berlalu, hari ini hari jumat. Sampai siang, kami enggan untuk keluar rumah, karena memang program kerja (proker) masih belum ada karena belum seminar desa, lagian kami membiarkan teman-teman dari unismuh menyelesaikan program kerjanya. Hampir saja terlambat sholat jumatnya. Kami bersiap-siap menuju masjid. Setelah di masjid, senagaja saya duduk di pinggir karena lumayan takutnya, jangan-jangan saya diminta untuk khotbah. Alhamdulillah teman-teman dari unismuh yang punya agenda untuk khotnah hari itu, maka dengan percaya diri saya ambil sejadah dan maju ke saf yang lebih di depan. Setelah beberapa lama “jangan sampai kita jauh tersesat, sehingga kita tidak tahu cara kembali ke  jalan Allah, mari membenahi diri dan membuat peta hidup sehingga hidup kita terarah sesuai tuntutan agama kita yakni agama isla”, kata khatib di penghujung khotbahnya. Hujan gerimis menambah suhu dingin semakin terasa. Untung saja, posko berjarak dekat dengan masjid. Setelah sampai di rumah, eh ternyata ada pak kordes. “wehhh, pak kordes, hujan-hujan datang, sama siapa bung”, kataku. “sendiri ja boy, dari masjid ja ini kesini”, kata kordes. Sejam telah berlalu ,” eh kace, kenapa jalan sendiri, mana yang lain”, kataku menyambut sabri. “anu ki mereka, tinggalki belanja, tidak tahu apa na beli”, balasnya. Beberapa menit kemudian, kami semua berkumpul, sajian makan siang telah tesaji di atas meja, kami pun makan borongan. Setelahnya, kami mempersiapkan schedule kegiatan yang harus kami kerja dalam waktu dekat sebelum  seminar desa. Dalam perbincangan si rafah melempar bola kea rah meja, sontak saja semua keadaan berubah. Blingblingnggg brataaaaak.suara gelas jatuh dan pecah bersama tumpahnya teh yang di tampungnya. “jangan di tegur, ambil dan kasi bolanya, nanti menangis”, kata kordes. Waktu semakin cepat laju detiknya, sehingga langit barat telah berubah menjadi jingga di sore hari, teman-teman dari posko 1 pun bergegas kembali sebelum malam tiba, kordes, sabri, isra dan husna telah berlalu beda dengan si unhy yang harus bermalam  menyelesaikan trugas yang belum rampung. Bunyi-bunyi masjid telah menggelegar ke segala penjuru, bersahut-sahutan antar 1 dengan masjid lainnya, menandakan maghrib telah tiba. Kami pun bersiap-siap menuju masjid dekat posko. Di masjid, kami bertemu salah satu guru SD di kampung itu, beliau lumayan di segani oleh anak-anak di kampung itu sehingga mereka terdidik dan tidak “nakal”. Setelah maghrib, beliau menyambangi posko kami, bersama tokoh masyarakat dan pencetus tapak pemuda gowa, salah satu komunitas pecinta alam di kampung ini. “wah, saya kira ini anak posko di seblah, kenapa ada di posko disini”, Tanya pak Mu’in membuka percakapan. “iye pak, ada yang harus dia selesaikan jadi dia tinggal bermalam”, jawab ennhy.  Dalam perbincangan itu, banyak hal yang diajarkan oleh bapak, salah satunya “lebih baik tidak paham, daripada salah paham. Ketika ada masalah nikmati, karena kalau anda trahu permasalahan maka anda tidak sedih, anda bahagia, tidak pernha saya dengar ada orang bahagia yang tidak tahu persoalan lalu bahagia”, jelasnya. Untuk yang kesekian kalinya posko selalu ramai dengan tokoh-tokoh masyarakat, pemuda, dan berbagai lapisan masyarakat. Untuk yang kesekian kalinya pula menikmati, antusiasnya masyarakat menyambut kami di desa ini. Kadang-kadang terharu saya, ternyata nikmatnya “anak KKN” yang dulunya hanya saya dengar dari mulut ke mulut para pendahulu kami.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   6

Sabtu kerja bakti

Kebersamaan dan persatuan penghuni desa ini tak ubah oleh perkembangan zaman, bagaimana tidak, kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, kegiatan-kegiatan TPA, kegiata-kegiatan remaja begitu padatnya. Hari ini, sabtu bersih, jumat kemarin pak RK menginstruksikan kepada warganya untuk kerja bakti hari ini. Hari ini melanjutkan kegiatan membuka jalan tani menuju kebun warga yang dilaksanakan setiap hari sabtu dan jalan ini adalah jalan tani kedua yang di kerja oleh para warga. “boy, mana boy”, Tanya pak RK. “di dalam rumah, lagi minum the”, kata bu posko. Mendengar pak RK saya bergegas keluar. “bagaimana boy, mau ikut kerja bersama warga”, Tanya pak RK. “oh iye pak, nanti kami menyusul, karena teman-teman masih beres-beres”, jawabku. “oh iya, saya jalan duluan kalau begitu”, lanjutnya berlalu.  Setelah semua teman siap, kami pun menuju di tempat di antar oleh raisul anak ibu posko. Setelah sampai, sudah ada beberapa warga mencangkul dan melinggis tanah yang akan menjadi jalanan. Lalu, saya coba-coba ambil satu cangkul. Ternyata, tanahnya lumayan keras, karena tanah liat yang mulai membatu. Di sisi pak tua, ada sebuah linggis nganggur, ku serahkan cangkul ke teguh lalu ku ambil linggis tadi. Ternyata lebih mudah menggunakan linggis dari cangkul, hanya saja tangan terkelupas oleh linggis. Semakin naik matahari, semakin banyak warga yang berdatangan. Karena kepanasan, teman-teman cewek (ennhy, azizah, dan uni) kami suruh pulang ke posko. Bapak posko begitu sibuk dengan anaknya di sungai-sungai kecil bersama si raisul. Ternyata sang ayah mencarikan anaknya ikan-ikan kecil yang disebut julung-julung. Sang anak melihat ke setiap sisi-sisi anak sungai, lalu si ayah yang menangkapnya. Tak berapa lama kemudian, kami di minta untuk kembali, karena kami akan mengiokuti pengajian di RT 2. Kami pun pulang, lalu siap-siap ke dusun sebelah. Kami jalan kaki bersama ibu posko, berjalan beriringan dengan teman-teman KKP dari Unismuh. Ternyata RT 2 itu di atas bukit, jalan menanjak dan berkelok, semakin ke atas semakin terjal, dan beberapa teman cewek hampir nyerah karena sudah lelah. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di sebuah masjid yang luar biasa antusias warganya, bukan masjidnya yang sempit sehingga masjidnya penuh warga. Kami masuk masjid dan mulai mendengarkan pak uztad berceramah hingga selesai dan saatnya makan-makan. Naiknya tadi kepanasan, lalu pulangnya kedinginan karena di guyur hujan, kami berkali-kali singgah di rumah warga, namun setelah reda kami lanjut perjalanan, eh ternyata hujan lagi, namun kali ini sudah tidak ada rumah sehingga kami kebasahan. Lalu saya mencoba mencari sesuatu sehingga hp saya dan teman-teman tidak ikut basah. Lalu saya ambil hp teman dan berjalan cepat, mencari seuatu itu, tetapi belum saya temukan, namun hujan semakin deras. Lalu terharus saya ambil tindakan, lalu ku buka baju almamater dan membungkus hp tadi, sementara posko masih jauh. Akhirnya di pinggir jalan saya menemukan kantong plastik, lalu ku bungkus baju tadi dengan kantong itu, tetapi walaupun pakai plastic pasti basah juga karena hujannya semakin deras. Saya pun berlari menuju posko, lalu setelah sampai, saya membuka kantong tadi dan baju saya. Ternyata ada hp di dalam yang saya tidak tahu siapa punya. “wehh, siapa ini hp”, tanyaku. Ternyata lupa, tadi pak RK menitipkan hpnya. “ohh hpnya pak RK tadi”, kata zizah. Saya pun mengantongi dan membawa ke masjid untuk mengembalikannya. Teman-teman pada tepar, sehingga sholatnya hanya di rumah. Di masjid, anak-anak belajar tilawah,lalu tampil di depanku 2 orang perempuan sang juara kemarin ketika lomba yang diadakan teman-teman KKN Ang. 53. Suaranya merdu bukan main, memainkan tempo dengan nada rendah dan tingginya. Saya tidak mampu berbicara dan mata berkaca, bulu merinding menyaksikan kelebihan mereka. Usianya masih muda, kelasnya masih SMP, prestasi baca qur’annya luar biasa., sayang sekali daerahnya berada di pelosok desa hingga keahliannya masih terkurung oleh jarak itu. semoga saja engkau mendapat karunia dunia dan akhirat mu dengan bacaan qur’an mu itu. luar biasa anak-anak desa mamampang dusun bahoturungang.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   7

Pagi buta ku susuri jalanan dusun bahoturungang. Sesekali berpapasan dengan ibu-ibu tangguh yang membawa barang jualannya. “ke pasar bu”, tanyaku sambil beriringan.  “iya nak, mau ke tabbingjai menjual”, balasnya. Warga memanfaatkan hasil kebun untuk di jualannya ke pasar, karena rata-rata warga mamampang adalah petani. Warga mamampang memiliki kebun cengkeh yang lumayan banyak, kareba cengkeh adalah tanaman jangka panjang sehingga warga mencari sesuatu untuk menetupi kekurangan di pertengahan panen cengkeh. Pagi ini jalan-jalannya cukup. Saya kembali ke posko. “de’ sebentar ke posko ya, buat bangku-bangku untuk baca qur’an”, pintaku pada remaja masjid yang bertemu di jalan. “oh iya kak, nanti saya Tanya juga teman-temanku”, balasnya. Beberapa jam berlalu, namun mereka belum datang, lalu saya dan teguh menuju masjid untuk sholat dhuhur. Ternyata di masjid sudah berjejer bangku-bangku itu.  lalu kami sholat dhuhur bersama. Setelahnya kami ke posko 1 untuk sama –sama ke rumha pak muin. Berjalan berbarengan diengan rintik hujan. Beberapa saat menit kemudian kami sampai. “kace sabri, sibuknya mi, kita datang tidak di suruh masuk”, ledekku.  “oh masuk maki boy, anggap rumah sendiri”, katanya sambil otak-atik laptopnya. Setelahnya kami sama-sama ke rumah pak mu’in . di tengah perjalanan kami melihat beberapa pohon cengkeh mati kartena terkena angin rebut beberapa bulan lalu. “ini kana da beberapa yang jatuh miring pak, masih hidup, kenapa tidak di tegakkan kembali lalu di beri pasak”, tanyaku pada bapak posko yang menemani. “oh tidak bisa de, tdak tahan mi, palingan hari ini di perbaiki besok jatuh lagi”, jelasnya. “ohh begitub ya pak?”,  kataku. Kawan-kawan lain begitu antusia jalan. ”dek, singgahki”, panggil ibu-ibu. “iye bu, terima kasih nanti lain kali mau dulu kerumahnya pak mu’in”, balas ennhy. Mereka pun berjalan terus padahal tadi adalah istri pak mu’in yang rumahnya akan kita pergi, saya, kordes, teguh dan pak posko tertawa melihat mereka. “hahaha, makanya itu teman  mu boy, jangan sottak-sottak ki”, ketawa pak posko. “hahah, iye pak. Mungkin mereka berjalan sambil bergosip, akhirnya begitu mi.hahh”, balas pak kordes. Seperti biasa pak muin sangat antusias dan senang dengan kaum muda, soalnya jiwa mudanya keluar katanya. Biasa beliau suka bercanda seperti “ pak jusuf kalla sekarang sudah bangkrut ya”, katanya. “kenapa ia pak”, Tanya husna. “ia kan sudah bangkrut mobil-mobilnya dia jual”, katanya ketawa. Semua ketawa, termasuk sabri si pendiam.  Nge-teh bareng di sore hari, hingga terlupa waktu. Masjid menggelegar dimana-mana, ternyata sudah menjelang maghrib.

Kami pun pamit dan di jalan kami bertemu pak korcam (koordinatior camat), lalu ia turun dari motor yang dibonceng oleh sekertaris coordinator camat. Hari ini mereka kunjungan dan melihat sejauh mana kami ber-KKN di desa ini. Setelah menjelang malam kami pun pulang ke posko masing-masing. Ternyata si husna ikut ke posko 2. Setelah sampai di posko, si husna berulah malam-malam, bergincu dan ber-make up tebal-tebal seperti layaknya pengantin. Sontak saja, posko jadi ramai, dan kac au dengan ketawa teman-teman. “wehh, sininm mas teguh foto, seperti prawed gitu”, katanya menggaet si teguh. Entah karena kasian dengan lugunya si husna, akhgirnya teguh pun bersedia. Si teguh di pakaiakan peci dan sarung kotak-kotak yang mirip dengan celana husna. Si teguh tak tahan tawa dengan kelakuan si husna, bercanda di malam hari, menambah eratnya kekeluargaan kami malam ini.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   8

Untuk yang keserkian kalinya terlambat. Rencananya kami akan bertemu teman-teman posko 1, saja akan keluar rumah eh ternyata mereka sudah ada, kali ini pak kordes bersama anggotanya plus pak posko. “baru kami mau ke sebelah, eh kalian sudah tiba duluan”, kataku. “ah kamu memang kalsi boy”, kata kirdes. Setelahnya kami jalan barengan menuju ke kantor desa di dusun mamampang sang ibu kota desa mamampang. Kami menyebrang desa tabbingjai, menuju kantor desa, untuk jalanan yang bagus menuju dusun itu, kami harus melewati desa lain. Sebenarnya ada jalan, tanpa menyebrangi desa lain, tetapi jalannya rusak sehingga kami harus mutar ke desa lain. Perjalanan berkelok nan mendaki, mewarnai kebnersamaan kami siang itu. jalan berbatu dan rintiknya hujan dengan hempasan angin dingin menerpa kami. Alhamdulillah, kantor desa sudah terlihat, kami beruntung setelah sampai kantor desa barulah hujannya deras. Kami pun masuk dan disuguhi teh hangat dengan nikmatnya kue selai kacang. “eh teguh, kosongkan piring sebelum berangkat”, bisikku. “hahah, kau itu jaga image, nanti na bilang balalaki”, balasnya berbisik. Rintik hujan membuat percakapan itu terasa singkat hingga waktu berlalu dengan cepatnya, kami pun berlalu dan kembali ke posko. Hari ini kami ke kantor desa untuk observasi dan persiapan seminar desa. Cukup jauh perjalanan, di tengah jalan, kami mendapati jembatan yang air sungainya lumayan jernih. Saya dan si husna turun cuci kaki dan berfoto. “ weh, kenapako turun, bukan kampung mu ini. Ayo naik”, kata kordes. Lalu kami  pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan masih rintik. Berselang beberapa lama kami pun sampai melewati jalan lain (bukan jalan melewati desa tabbingjai), tentunya berkelok dan licin. Berjalan dengan tertatih, akhirnya kami pun sampai di posko 1 dengan kebasahan. Melepas jaket almamater dan nge-teh bareng teman-teman. “siapa bisa goreng ubi kayu”, tawar pak posko. “banyak ji pak, yang penting ada bahan, atau diamana bisa di ambil pak, nanti saya temani ambil”, tawarku. “ ah jangan mi istrahat mi saja dulu”, balasnya. Ternyata bapak tidak mau di bantu ambil ubi sehingga sembunyi-sembunyi pergi cabut ubi di belakang rumahnya. “itu, tidak adami bapak, begitu memang kalau tidak mau di bantu pergi sembunyi-sembunyi”, jawab khairul sang cucu.  Sembari menunggu singkong di kerja, saya coba-coba buat denah jalan desa mamampang. Mungkin sebagian masyarakat mamampang tidak tahu seperti apa bentuk kampungya dan jalan-jalan berkelok-kelok di desa itu. Lalu saya berharap bahwa denah jalan itu berguna bagi orang yang baru masuk desa itu, mengetahu jalan ini dan itu tembusnya dimana dan juga mengetahu tempat-tempat vital desa itu seperti kantor desa, masjid, rumah pak desa dan seterusnya. Setelah selesai makan-makan ubi tadi, kami pun kembali ke posko 2, setelah sholat maghrib saya dan teguh ke tabbingjai ke teman kkn desa itu bertanya bagaimana dan apa persiapan seminar desa. Kami bertiga jalan kaki dengan bapak posko 2 malam-malam. Setelah sampai kami berbincasng-bincang dengan mereka hingga larut malam, kami pun kembali ke posko dengan jalan nanjak, untunglah ada mobil pick up yang melewati kami sehingga kami di izinkan naik, dan untungnya mobil itu adalah mobil tetangga bapak posko, tapi kurang beruntungnya adalah mobil itu bekas mengangkut sapi-sapi bau ia, tapi tidak jadi masalah kan sampai dengan tidak kelelahan. Setelah sampai kami pun mengurus persiapan lain karena sudah ada referensi dari teman kkn desa lain.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   9

Hari rencana akan menghadiri acara seminar desa teman kkn di desa sebrang, namun ada beberapa hal sehingga saya tidak sempat. Saya hanya ke posko 1, untuk mengambil perlengkapan seminar desa kamis mendatang. “saya ke seblah dulu ambil perlengkapan”, kataku pada teguh. “oh iya, belikan shampoo nah”, katanya. Saya pun jalan sendirian melalui jalan berkelok dan pengarasan.  Tak lama kemudian saya sampai. “assalamaualaikum, adaka”, kataku. “waalikumussalam, masukki boy”, kata kace sabri. Saya punm masuk, “unhy, tandatangan dulu di undangan ini lalu stempel sebelum di sebar”, kataku. “ selesaimi semua”, Tanya unhy. “iya tinggal di tandatangani oleh sekertaris baru di sebar”, lanjutku. “mau the boy”, tawari husna. “ah tidakji, sudah tadi di seblah”, balasku. “boy, ini undangan untuk yang di dusun sangakara’na simpan mi biar saya yang sebar,yang lainnya bawa m,i ke seblah”, kata unhy. “oh iya siap bosku”, kataku. Setelah beres saya pun kembali. Setelah sampai di posko 2, saya hanya menjumpai teguh. “yang lain sudah ke tabbingjai bung?”, tanyaku. “iya kesanami”, balasnya. Tidak lama kemudian..”assalamualaikum”, kata unhy di balik pintu. “waalaikumusalam”, balas kami.”nah loh, kenapa disini, sudah selesai smeua?”, tanyaku. “ iya ini saya mau tambah undangan, tidak cukup, yang lain sudah saya sebar”, jawabnya. Setelah selesai, “pulangma nah, mau siap-siap ke Makassar”, pamitnya. Tak lama berselang, pak kordes, zizah, ennhy dan naurah pun tiba dari seminar desa teman kkn di desa lain. Mereka bawa oleh-oleh pengalaman seminar sehingga kami punya  bahan untuk seminar juga kamis nanti. Baru saja akan duduk,,”kringggg,kringg, halo kace kenapa?”,tanyaku di balik telpon. “boy, kamu ke posko 1 sekarang, bawa undangan dengan bapak posko”, katanya. “oh iya, tunggu saya sarapan dulu dengan teman-teman”, lanjutku. Berselang beberapa lama saya pun ke posko 1 (lagi). Setelah sampai, “makan dulu nbaru kita berangkat”, panggil pak posko. “ala mak, makan lagi, baru saja saya selesai makan”, batinku. Setelah bertiga di meja makan dengan kace “ taqdi kan kamu bilang sarapan, nah disini makan siangnya”, kata kace sabri. “ah tadi saya salah sebut, makan siang itu bukan sarapan, nah sekarang double makan siangnya”, timpalku.  “ah makan saja, rejeki tidak boleh di tolak”, bisik sabri. Setelah semua selesai, kami pun berlalu mengantar undangan tadi bersama pak posko, dengan naik motor, berliku, pengarasan, tanjakan dan, “assalamualaikum”, salam pak posko. “walaikumussalam, masuk puang”, kata ibu separuh baya. Lalu kami pun masuk,, “ini tadi sata telpon pak dusun, saya mau titip undangan disini”, kata puang naba. “oh iya puang simpan saja”, kata ibu tadi. Lalu kami pun berlalu “kita jalan potong kompas saja ya, kalau susah jalan kamu turun jalan”, katanya. Lumayan jalan di lewati sempit dan berbatu. Tadi adalah dusun pakkeng, lalu kami ke dusun mamampang, setelah sampai di dusun itu, kami pun ke rumah pak sekdes yang sudah di atas mobil siap-siap mau pergi. Untung saja kami cepat sampai, terlambat semenit saja kami sudah di tinggal. Setelah memberi undangan, kami pun masing-masing berlalu, saya di antar bapak posko hingga ke posko 2  yang posko beliau adalah posko 1. Terbaik memang bapak posko, bersusah payah mengantar keliling bawa undangan di balik susahnya jalanan. Kami pun berbagi pengalaman dengan teman-teman posko tentang hari ini.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   10

Hari saya dan teguh beristrahat, kecuali teman-teman cewek yang harus ke pasar tabbingjai untuk berbelanja persiapan seminar desa.  Sedari tadi sebenarnya saya mau ke posko sebelah, menjenguk si kace sabri. Namun saya juga tidak enak hati meninggalakn bang teguh. Lalu ku tunggu teman-teman dari pasar, sehinmgga si teguh tidak sendiriasn di rumah. Berselang beberapa jam, mereka pun  tiba, mobil di depan rumah sudah tiba, lalu saya bergegas mengambil barang belanjaan bersama teguh, setelahnya saya ke posko sebelah. “bu saya ke posko sebelah dulu, jenguk si kace sabri”, pamitku. Lalu ibu melihat jam dinding “ selesai pi makan siang, ini sudah hampir”, jegat ibu.  “biar bu, baru-baru sja saya sudah makan”, kataku. Lalu saya pun berlalu meninggalkan teguh dan teman lainnya. Berjalan kurang lebih 20 menit, akhirnya saya pun sampai. Benar saja si kace sabri terbaring di tempat tidur, lalu ku tunggu bangu ndari tidurnya sembari bercengkrama dengan kordes dan bapak posko tentamng persiapan seminar desa yang akan kami laksanakan hari kamis mendatang.  Semakin siang, ternyata hujan mengguyur dusun sangkara’na siang itu. “ kak husnaaaaa”, panggil anak-anak. “ tunggu dulu ya de, nanti di panggilkan”, kataku di balik jendela. “setelah di ketok-ketok kamarnya, ternyata si isra’ yang keluar. Lalu mereka menuju ruang posyandu samping posko, untuk belajar qasidah. Karena keseruan mereka, saya pun tertarik menyambangi mereka. “kak boy, turunki sini”, panggil anak-anak tadi. “aii hujan de, bagaimana mi itu”, balasku. “aii kak, turunki cepat”, rengek merek. Saya pun turun menyambangi mereka. “ kak besok mengajarki juga di kelas ku nah kak”, kata salah satu dari mereka. “aii tidak bisaka mengajar de”, balasku. “aii kak ia, kancingki jaket ta kak”, kata indah. “ohh iya de, saya mau makan dulu ya, thank you de”,kataku.  “tapi kembali lagi ya kak”, kata dina. Sebenarnya saya tidak lapar, saya hanya harus kembali ke posko 2 karena harus membantu teman-teman bersiap-siap acara seminar desa besok. Ternyata mereka melihat saya turun tangga membawa tas ransel, lalu..”kak boyyyyyy, kak boy bohong, bilangnya mau makan tapi pergiji”, teriak anak-anak itu. “ke posko sebelahja de, nanti saya datang lagi”, balasku di balik rintik hujan.  “tapi janji kak, besok datang lagi”, lanjut salah satu di antara mereka. “oke de’ “, kataku nberlalu bersama sabri. Setelah berjalan dengan lelahnya kami pun sampai dan mempersiapkan semuanya. “boy, sebentar setalah maghrib cepat pulang ya, banyak mau di kerja”, kata naurah. “oke bu guru, siap”, kataku. Ternyata si kace yang tidak enak badan juga ikut begadang membantu mempersiapkan acara seminar besok. Setelahnya kami istrahat dengan lelapnya. Hari ini cukup banayak pengalaman, bermain dan bercerita dengan anak-anak dusun sangkara’na yang bercita-cita dan anagan-angan tinggi. Semoga saja masa kalian kelak, menjadi masa yang bahagaia, negeri yang mengendalikan negerinya sendiri dan menjadi tempat surga kecil untuk anak cucu kalian kelak. Aamiin.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   11

Hari ini nhari kamis, hari dimana kami seminar desa untuk melaksanakan program kerja selama 2 bulan kedepan. Pagi itu saya paling cepat siap-siap, karena malamnya saya yang palin duluan tidur. Tadi malam kami lengkap 10 orang di posko 2, karena teman-teman di posko 1 ke posko 2 semua. Undangan seminar jam 9 sehingga sebelumnya kami harus siap-siap.  Namun, jam 9 belum juga berangkat karena mobil yang di tunggu belum juga datang. Padahal pak RK dan beberapa warga lain telah siap.  “dimana mi itu mobil boy, coba telpon dulu”, kata bu posko. Setelah di telpon, katanya sudah ada di jalan, beberapa menit kemudian mobil itu pun tiba bersama pak kordes, sekeretaris kordes dan bapak posko. Kami pun berangkat, mobil pun berjalan di susahnya jalan yang rusak.  setelah sampai,, “alamak, bu desa dan teman-teman dari kkp unismuh membersihkan kantor desa yang bakal kami tempati seminar, bagaimana ini, kita yang mau seminar lalu mereka yang membersihkan kantor desa”,  kata husna. Lalu di ambil barang, dan mempersiapkan semuanya, kursih-kursih dan meja di atur sedemikian rupa.  Lalu saya menuju colokan dan membuka laptop, “bu, projektornya ini dimana bu”, Tanya ku pada bu desa. “aii rusak de”, katanya. “jadi bnagaimana bu”, lanjutku. “Coba kamu ke rumah sekertaris desa, Tanya bu sekertaris desa, tapi mungkin kamu di arahkan ke sekolah”, jelasnya. Saya keluar ruangan dan..”bung, ini motornya siapa?”, tanyaku. “motorku kenapa”, balas sekertaris coordinator kecamatan. Minta tolong antar saya ke ruamhnya bu sekertaris desa ambil projector”, kataku. Saya pun di antar..” bu, ada projektornya, kami seminar di kantor desa namun projektornya rusak”, kataku. “oh kesekolah mi de, cari namanya pak harun”, balasnya sambil menjemur.  Kami pun kesekolah, “wah, maaf gang ini jalannya terlalu terjal, motor saya tidak bisa mendaki”, kata pembonceng. “alamak, padahal masih jauh turun, biar pale tunggu disini, biar saya jalan kaki turun”, kataku.  Saya menyusuri terjalnya jalan, dan..”assalamualaikum pak, rumahnya pak harun yang mana pak?”,  tanyaku. “ohh yang di ujung de”, katanya menunujukkan rumah pojok. Setelah sampai di rumahnya pak harun, saya pun di arahkan ke pak kepala sekolah, setelahnya saya di arahkan lagi ke bu amriana, dan saya pun di antar berikan. Lumayan terjal menurun tadi, sekarang mendaki lebih susah. Setelah sampai di atas, saya pun naik motor menuju kantor desa. Setelah sampai saya pun memasang projektornya karena acara akan segera di mulai. Setelah berjam-jam, akhirnya acaranya pun selesai di tandai dengan selesainya saya membaca doa yang di tugaskan kemarin. Saat pulang, temanb-teman semua sudah naik mobil, saya belum karena mengurus projector tadi, saat akan naik mobil, saya di tarik oleh salah seorang senior yang katanya bernama “kak bambu” mengajak saya naik motornya. Saya pun terharus naik motor pulang, berjalan beberapa meter, motornya di arahkan ke jalan lain, belok kiri yang ternyata jalan tadi yang sangat terjal yang saya lewati saat pinjam projector. “neh, loh kokm lewat sini, ini jalannya kan terjal dan berkelok”, batinku. Setelah berjalan beberapa meter ke bawah, kami pun mendapati tikungan tajam dan motor semakin melaju kencang. Ternyata sudah masuk geer 1 yang dikira senior tadi geer 2, ternyata motor kosong tanpa geer, semakin melaju lah motor, dan hilang keseimbangan, dan..”tenagng,,, tenagngggg, jangan panik”,katanya panik. Karena kehabisan akal dan mpotor semakin kencang lajunya akhirnya kami terpanting ke kanan, saya sigap meloncat turun menjaga tas ransel saya yang isinya 2 laptop. Seandainya terpanting ke kiri maka aka nada kemungkinan penarikan sebelum kkn. Syukurlah saya tidak kenapa-kenapa dan laptopnya juga aman. Hanya saja senior tadi robek-robek celananya dan beberapa kaki luka, lalu ia mengeluarkan jurus tapak sucinya yang mungkin untuk mengobati sakit yang ia rasa. Sontak saja kami di kerumuni warga termasuk pak harun. Setelah bangun, saya dan senior tadi di tanya keadaannya dan masih bisa berdiri, kami pun melanjutkan perjalanan. Setelah sampai di posko, sebenarnya saya mau diam-diam, tapi karena senior tadi singgah juga di posko dan terlihat luka-lukanya, maka ketahuan lah bahwa kami kecelakaan di jalan. Senior tadi selalu bertanya keadaanku tanda khawatir. Setelahnya kami pun makan siang bareng dan istrahat.

Akhirnya resmi juga kkn setelah setelah seminar itu.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   12

Setelah seminar kamis kemarin, kami pun langsung terjun ke lapangan untuk melaksanakan program kerja. Jumat ini kami resmi berkegiatan. Saya berangkat ke sekolah duluan meninggalkan teman-teman karena kemungklinan masih lelah dari seminar kemarin. Setelah sampai di sekolah saya bertemu pak mu’in. saya dimintanya untuk masuk ke kelas yang diajarnya. Saya masuk memperkenalkan diri dan mereka antusias belajar. Saya memberi mereka tantangan untuk mencari buku yang mereka senangi dan setelah di baca saya meminta untuk bercerita di depan tentang apa yang mereka dapat dari bacaannya. “saya kak boy,, saya… saya duluan”, teriak mereka. “tiwi baca apa kita de”, kataku. “anu saya kak, puisi bulan”, katanya mencari halaman letaknya bulan di buku itu. “ oh bulan ,engkau Nampak malu-maludi antara bintang-bintang”, katanya mengawali bacaannya. Setelahnya saya meminta untuk menyebutkan hal-hal apa yang ia petik dari bacaannya. ”anu kak, bulan, bintang, Tuhan, pencipta. Bintang-bintang”, katanya lugu. Lalu berlanjut ke teman-temannya yang lain. Sebenarnya, mereka antusias membaca, hanya penyalur untuk mengembangkan kesenangan membacanya yang kurang,  lalu saya berkata dalam hatio bahwa seandainya saja ada kebijakan-kebijakan tentang gesit membaca anak di sekolah maka mungkin saja Indonesia di cap kurang minat baca di tambah taman-taman baca di setiap sekolah da nada masing-masing hari membaca tiap kelas 1 kali seminggu dan seterusnya.  Lalu setelahnya saya menuju rumah pak kades berkumpul dengan teman-teman lain beserta teman-teman KKP unismuh untuk melaksanakan proker (program kerja) yang bekerjasama dengan anak kkp unismuh. Prokernya adalah membuat tempat sampah di setiap rumah, yang direkomendasikan oleh bu desa bukan, kami yang membuatkan tapi memberi contoh, kami hanya buat tempat sampah seperti masjid dan psoko-posko di setiap dusun. Setelah selesai warga membuat tempat sampah di rumah mereka, kami pun bertugas men cat tempat sampah tersebut. Setelah deal kerjasama antar 2 bela pihak, kami pun kembali ke posko dan mengajar memgaji dan perempuannya mengajar qasidah. Setelah selesai kami pun pulang makan dan istrahat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  13

Setelah kesepakatan kemarin, kami berjanji akan membawa bambu pada hari sabtu yang akan di nbuat sampah di rumah pak kades, ternyata saya lupa bahwa mereka tiap hari sabtu mereka kerja bakti masing-masing dusun, sehingga akan susah sehari dalam 2 kegiatan. Sebenarnya rencana akan bagi tugas dengan bang teguh, tapi tidak enak rasanya kalau jalan sendiri-sendiri, sehingga kami berempat (saya, teguh, ichal dan rairul) jalan ke dusun sebelah untuk membuat tempat sampah. Setelah sampai, ternyata di samping rumah pak kades banyak warga, kemudian kami di bantu ambil bambu untuk dibuat tempat sampah. Setengah hari kami membuat ternyata hanya 1 jadi tempat sampah. Setelah selesai kami pun pulang, si raisul pun jalkan tertatih dan mengantuk, akhirnya saya gendong dari dusun sebelah menuju posko. “ wehh raisul, tidurki nak, dari sebelahji itu na tidur boy”, kata ibu posko. “iye  bu”,kataku. Setelah istrahat, saya dan teguh kembali mke dusun sebelah, untuk melanjutkan pekerjaan tadi, ternyata sudah ada 5 ysang jadi. Di sela-sela pembuatan kami bercengkrama dan bercanda bersama bersama bu desa, pak desa dan beberapa warga. Setelah menjelang sore, kami pun kembali dan malamnya, kami melanjutkan membuat tempat sampah namun lebih kreatif dan inofatif dari tempat sampah tadi karena di buat oleh gerombolan anak-anak remaja masjid dan teman-teman dari kkp unismuh. Hingga jam 10, akhirnya selesai juga. “haaaaaatcopiyeeee.” Bersin candaan anak-anak itu. ternyata teman-teman cewek peka karena mereka membawa beberapa cangkir kopi, sukun dan ubi goreng. Posko kembali ramai dengan kehadiran mereka, hingga lupa bahwa malam telah larut. “ada perlengkapannya ini kaya, paku, palu gergaji dan lainnya, tapi ada di bvandung”, kata idin. “wah lumayan jauh de”, kata teguh. ”iye kak, bandung itu adalah bahoturungang dekat gunung”, lanjutnya di sambut gelak tawa. Malam itu mereka pulang ke rumah salam yang dianggapnya posko kosong (0). Setelah mereka kembali, kami pun istrahat untuk melanjutkan proker besok.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   14

Ahad pagi seperti biasa, selalu keluar jalan-jalan ketika subuh-an. Menikmati dinginnya embun pagi. Setelahnya, saya kembali dan beres-beres bagian luar rumah. “boy, ambil dulu penggaris, gergaji dan palu serta paku”, pinta pak posko. “iye pak”, jawabku. Lalu kami melanjutkan proker kemarin yang belum selesai yaitu pembuatan tempat sampah yang titik fokusnya 2 dusun yakni dusun sangkara’na dan dusun bahoturungang. Untuk 2 dusun lainnya yakni dusun mamampang dan dusun pakkeng di tangani oleh teman-teman dari unismuh karena mereka masing-masing dusun ada posko KKP, berbeda dengan kami dari UIN Alauddin Makassar yang hanya 2 posko. Beberapa menit kemudian datang teguh, bang ical, dan anak-anak remaja masjid membantu saya dan pak posko. Hingga siang hari rangka sudah jadi, tinggal menutupi rangka-rangka itu dengan bamboo yang di paku di sekeliling rangka. “haaaaaatkopiee”, bersin canda mereka. Tak lama kemudian datang teh, kopi dan sepiring sukun goreng. Beberapa menit saja, piring sudah kosong. “wehh bocorki piring, habis isinya”, kata Adrian. “haaaaattambai”, ulah ba’ba. Benar saja, masih ada sepiring. Setelah selesai, kami pun istrahat, bersuka ria dengan kawan-kawan juga pak posko. Setelahnya, saya melihat timbunan daun enau yang rencana lidinya akan dibuat sapu. Karena tempat sampah tadi sudah selelesai, ku dekati timbunan itu dan ku kerja 1 persatu mengeluarkan daunnya dan menyimpan lidinya. Tak berapa lama saya di kerumuni anak-anak tadi sehingga cepat selesai. Hari ini sapu dan sampah sudah selesai, kami istrahat dan menyusun kesibukan esok hari. Salut kepada teman-teman remaja di kampung ini, kerja samanya masih terjalin dan suka menolong. Lalu saya baca kondisi, ternyata bermodalkan keramahan dan secangkir kopi kami bisa merebut kesetian mereka. Kuncinya adalah anda baik kepada mereka, mereka pun akan emperlakukan anda dengna baik pula. Untuk teman-teman remaja masjid bahoturunganag terima kasih atas kebersamaan kalian.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   15

Hari ini paling awal siap-siap. Hari ini kami rencana ikut upacara penaikan bendera di SD sangkara’na. setelah siap-siap “ayo de, samaki kesekolah”, ajakku pada tiwi yang memakai sepatu mungilnya. “tunggu dulu kak, ada juga temanku di seblah saya tunggu”, katanya. Beberapa menit kemudian kami berlalu. Setelah sampai, semua anak-anak membersihkan kelasnya masing-masing. “andai di tahu tadi, mandi mi saja, saya kira terlambatki jadi tidak mandi”, bisikku pada teguh. Air paginya disini seperti air kulkasnya Makassar sehingga membuat kami enggan untuk mengguyur diri sepagi ini. Beberapa menit kemudian, upacara pun mulai. Alhamdulillah selesai dengan khitmat. Setelahnya, saya masuk perustakaan dan memulai bekerja  layaknya seorang “pustakawan” mengajak buku yang bergabung semua sub disiplin ilmunya. Setelah saya bongkar, ternyata banyak sekali buku-buku yang berpotensi memberikan kontribusi besar bagi masyarakat setempat dan anak didik. Misalnya buku-buku tentang keagamaan termasuk,panduan tajwid, kaligrafi dan seterusnya. Adapula buku-buku cara-cara bercocok tanam dengn baik seperti bercocok tanam tomat, Lombok, budidaya lele, ikan dan tata cara perawatan tanaman jangka panjang (cengkeh) yang rata-rata masyarakat setempat petani cengkeh. Hanya saja bahan bacaan itu terpenjara di dalam sebuah ruang yang entah kapan bisa bebas. Sekali lagi saya coba berangan, bagaimana memanfaatkan buku pada anak didik, entah metode atau tekhnisnya seperti apa. 1 rak sudah saya bongkar, ternyata mengolah buku sebanyak itu cukup menguras tenaga. Beberapa anak mendekati saya, “kak, mau saya bantu”, kata dila. “sudah keluar main de”, balasku. “iye kak”, jawanya. Lalu dila, nisa dan resky buka sepatu lalu masuk membantuku membereskan buklu-buku tersebut.  Beberapa menit kemudian, saya di serbu anak-anak yang keluar main. “kak..kak… saya juga boleh masuk”, teriak mereka. “oh iya de, buka alas kaki dan silahkan masuk”, kataku. Setelahnya mereka mencari buku kesukaan mereka dan mencari posisi  paling nyaman untuk mereka membaca di dalam perpustakaan. Mereka menghabiskan sampai 2 buku sebelum masuk kembali. “kak, belum keluar kan kak?”, kata doni. “oh iya de, bnaca saja saya temani sampai selesai”, kataku mengusap kepalanya. Yang lain pada masuk di kelas untuk mengikuti mata pelajaran sedangkan si doni dan kelasnya baru keluar main sehingga dapat jatah lama di perpustakaan. Di belakang rak, ternyata si siti sudah mengahabiskan 2 buku. “kak, habis mi saya 2 buku kak”, katanya mengangkat bukunya. “ wah hebat de, saya saja belum tentu bisa, mau baca lagi?”, tanyaku. ”besok lagi kak, datangji lagi besok toh kak?”, tanyanya. “iya de, siap”, kataku tarik hidungnya. Karena sudah hampir jam pulang, kami pun berpencar, si adek masuk kelas dan saya mengembalikan kunci perpustakaan. Saya pun berlalu ke posko 1, di sambut oleh pak kordes dengan kriuknya ubi goreng. Lanjut bercerita hingga tak terasa sudah sore, kami pun berlalu ke rumah pak kades untuk mengecat tempat sampah yang sudah di buat. Tak berapa lama masjid pun berbunyi, membuat kami harus kembali sebelum malam. Malam ini rencananaya akan istrahat dengan cepat, tetapi posko kami ramai dengan kedatangan teman-teman remaja masjid. Alhamdulillah hampir setiap malam selalu di datangi oleh masyarakat.

Catatanku hari ini, jangan biarkan buku terpenjara karena ia adalah salah satu jembatan untuk meraik kesuksesan. Percaya atau tidak sebagian besar orang sukses adalah si “kutu” buku.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   16

Pekertjkaan kemarin, membenahio perpustakaan. Berjalan sendiri di antara teriknya mentari pagi. Setelah sampai saya langsung di persiulahkan pak mu’in menuju perpustakaan. Biasa setelah saya masuk anak-anak selalu menyerbu ku. “kak ku bantuki, capekki nanti”, katanya. Masuk saja dulu belajar de’ nanti setelah keluar main baru kesini nah”, kataku. “oh iye kak”, balasnya. Setelah saya bongkar saya mengklasifikasi (bukan memberi nomor kelas klasifikasi), memilih dan memilah sesuai sub disiplin ilmu. Beberapa jam, kemudian riuh piuh anak-anak, saya rapikan buku yang menumpuk di depanku. Setelah beberapa menit, mereka menyerbu saya, “kak saya sudah 5 saya baca dengan kemarin”, kata haidir. “wah hebat, lanjutkan de. Nanti kalau habis tanyak nah”, lanjutku. Semakin siang, semakin membludak perpustakaan. Akhirnya jam pulang pun tiba, saya kembali ke posko bersama gerombolan anak-anak, di jalan berkelok ternyata ada tiwi. “kak boyyyy,, woyyy kak boy”, teriaknya. Akhirnya saya pun tunggu tiwi. Semakin terik panas matahari, beberapa lama kemudian kami pun tiba di posko. Namun hanya sholat dhuhur dan simpan tas, saya harus ke suatu tempat yaitu menghadiri pemakaman salah satu warga desa mamampang yang meninggal. Lumayan jalannya nanjak, dan berkelok. Setelah sampai “boy sama siapa”, Tanya ibu-ibu. “samaka teman bu”, jawabku. Beberapa saat kemudian saya mencari kantong plastik karena sepertinya akan hujan, “jangan mi de, tidak usah simpan saja hpmu, nanti ambil setelah pulang”, kata ibu-ibu. “ oh iye bu”, kataku sambil menyehkan hp itu. lalu mayat pun diberangkatkan, baru beberapa meter, hujan pun tiba. Berjalan jauh dan berkelok, naik turun nan licin, berkali-kali para pembawa keranda hampir jatuh. Hujan tadi membuatku basah kuyup dan menggigil karena kedinginan. Ternyata pas selesai di kebumikan, hujan pun berhenti. Pas pulang, hujan pun menerpa lagi, malah lebih deras dari sebelumnya. Tidak sedikit pengantar harus jatuh karena licin. Di jalan susah tadi saya tidak jatuh, di depan rumah warga tiba-tiba saya tergelincir dan jatuh. Sakitnya sedikit malunya yang banyak kami pun kembali nkarena sudah terlalu dingin untuk tinggal lebih lama. Setelah tiba di posko, kami lanjut mengecat tempat sampah hingga sore hari. Setelahnya ke desa sebelah untuk bertanya berapa harga cat, karena kami rencana akan mengecat masjid bersama kkp unismuh dan remaja masjid. Setelah kembali kami pun ke masjid sholat maghrib berjamahh dan setelah isya kami pun pergi berombongan menghadiri acara ta’ziah di rumah almarhum.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   17

Hari terakhri membenahi perpustakaan. Pagi-pagi bersama anak-anak ke sekolah. Bercanda riang di balik sedikit cadasnya batu-batu jalanan. “kak, buku kesukaan saya berjudul seri akhlak mulia kak, bercerita tentang anak soleh dan soleha”, kata tiwi. “oya kah de, bagus itu semangat terus membacanya”, jawabku sambil berjalan.  Kami berlalu dengan sejuta harapan bersama anak-anak desa ini. Setelah sampai, “mari ki de, masuk dulu di kantror”, panggil pak mu’in. “sayta langsung saja ke perpustakaan pak”, jawabku. “oh tunggu saya amkbilkan ki kunci”, lanjutnya. Setelah beberapa menit kemudian, saya mulai membongkar rak kedua setelah saya membuka perpustakaan. Lalu ku bagi masing-masing sub disiplin ilmu. Karena hanya perpustakaan sekolah, sehingga kelas klasifikasi umumnya adalah 000, 500, 800 dan 900. Tak lama kemudian pak mu’in masuk ke perpustakaan, “begini ya, caranya mengolah buku, harus ada yang bisa olah mengolah perpustakaan disini sehingga bukunya mudah di temukan”, kata pak mu’in membolak-balik buku. “iye pak, begini caranya dan memang harus ada yang kelola sebuah perpustakaan pak karena kalau tidak maka buku-buku itu hanya jadi pajangan”, kataku. Saya harus selesaikan sebelum siang ini, karena saya harus ke Makassar untuk urusan yang tidak kalah pentingnya juga. Sebelum siangnya, akhirnya selesai juga. Saya lalu ke rumahnya puang naba (posko 1) dan berbincang-bincang sekaligus menyampaikan niatku untuk balik ke Makassar. “puang, sebentar saya rencana ke Makassar ada sedikit urusan”, kataku. “ oh sudah telpon mobil?”, balasnya. “”belum puang”, kataku. Dengan sigap beliau ambil hp-nya dan menelpon mobil untukku. Setelahnya, saya di antar ke posko 2 untuk siap-siap. Setelah lama menunggu, akhirnya mobil datang juga, lalu saya naik di ujung paling belakang. Di sebelah kanan seorang gadis ber-skrap. “boy, itu di sampingmu sepupu ku ji itu”, kata pak rusli. “ohh. Iye pak”, kataku. Mobil pun berlalu, baru saja meninggalkan posko, bapak pemantau dari kampus tiba. Saya lihat mobil melewati mobil kami dan saya lihat pula sensei gazali suyuti, ketua LP2M bagian kerjasama masyarakat dan pengabdian masyarakat. Ternyata teman-teman dim marahi karena belum ada terpajang program kerja, laporan kegiatan, buku tamu, spanduk kkn maupun struktur anggota anak KKN. Setelah pemantau itu pulang saya pun di telpon teman-teman untuk membeli bahan dan mempersiapkan kekurangan tadi termasuk spanduk posko kkn dan seterusnya. Beberapa jam kemudian, kami istrahat di tepi jalan lalu masuk warung. Tak lama kemudiann kami berangkat lagi, beberapa jam kemudian para penumpang 1 per 1 sudah turun, tinggal kami bertiga, seorang bapak, gadis tadi dan saya. “pak kasio turun saja saya di kampus UIN pak”, kataku. “tidak kenapa-kenapa de’ ini sudah malam”, jawabnya. “iye tidak apa-apa pak”, lanjutku. Akhirnya kami pun tiba, saya di kasi turun di depan pintu keluar kampus, lalu saya berjalan masuk ke posko pendaftaran anggota baru International black Panther Karate Indonesia Unit UIN Alauddin Makassar. Ternyatqa di dalam ada ketua senior fadli, kak dhalib azih, cacha, ismi, dan zaenal. “wehh kak boy, kak boy, dimanaki nyasar”, canda azih. “wah kau itu de, kok nyasar ini kan kampus sendiri”,kataku. “kak dalib, bisa antar ka pulang dulu kak”, pintaku.  Janagan dulu pulang de, kita ke tempat bazarnya dulu anggotamu de”, kata kak dhalib tansar. “oh iye kak”, kataku setuju. Setelah sampai, saya dan wahab pergi mengantar undangan kepada senpai-senpai. Akhirnya saya bersama wahab nyasar kesana kemari karena katanya ia lupa rumah senpai nandar. Tak berapa lama, akhirnya kami dapat juga. Setelahnya kami pun kembali ke tempat bazar tadi hingga larut, saya pun bermalam di rumah kak akbar. Besoknya saya harus cetak spanduk posko kkn, saya pun berangkat kel;iling percetakan, tapi karena kepagian tak sastu pun percetakan yang buka. Saya keliling-keliling hertasning hingga alauddin, belum selesai saya harus kembali ke kampus untuk acara pembukaan diklatsar (pendidikan dan latihan dasar) UKM IBPKI. Belum selesai lagi, saya kembali ke percetakan, setelah sampai ternyata, saya ternyata di minta untuk mendesain ulang karena tuylisannya pecah-pecah ketika sudah di cetak karena bukan file dari corel tapi dalam bentuk image. Saya pusing harus meminta siapa untuk mendesain baru, lalu saya telpon ke lokasi kkn bahwa desainnya tidak bisa di cetak karena persoalan tadi. Lalu saya di minta mendesai terserah bentuk seperti apa asal jadi. Lalu saya minta kak dhgalib mendesainka. Alhgamdulillah kak dalib dan kak akbar pun selesai mendesainnya, lalu saya kembali ke percetakan, lalu kembali lagi ke kampus.  Akhirnya pembukaan di buka juga dan selesai pada malam hari. Setelah istrahat malamnya, pagi-pagi saya harius ke kampung membawa amanah, keterhujanan, tanpa mantel dengan keterdinginan, beberapa jam kemudian saya tiba di kampung.  “nenek, pulangma”, kataku. Ternyata nenek membersihkan daging ayam, untuk acara isra’ mi’raj di masjid.  “makan dulu ayam nah”, katanya. “aii tidak bisaka nek, saya harus kembali ke makassar lalu ke tombolopao untuk mengabdi (KKN)”, kataku. Hanya makan seadanya bersama nenek, lalu saya meninggalkan beliau. Setelah sampai di Makassar, sqaya menjemput klace sabri untuk sama-sama ke tomblopao, lalu kami pun berangkat, akhrinya kami kehujanan dari parangloe hingga kecamatan tinggimoncong (malino), ku laju motor dengan tangan pucat, bibir mengigil, dean akhirnya kami memasuki kec. Tombolopao, masuk kanreapia, tonasa, pao, hingga tonasa. Setelah sampai,  “kak boy,,wehh kak boy”, teriak sang bocah-bocah. “weh adami tawwa boy, oleh-oleh dulu boy”, kata tante di depan balai rumah. Lalu saya membawakan mnereka cemilan di balai-balai itu lalu ke masjid membantu anak-anak remaja masjid mengecat. Tak lama kemudian, saya di panggil kak hilman, berbicara tentang taman baca bernama pondok ilmu, saya dia ajaknya kerjasama. Dalam hal ini, tentunya saya paling antusias. Pembiocaraan pun dengan paanggilan suara adzan untuk sholat maghrib.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   18

Pagi buta, rencana kami akan ikut upacara bendera di sekola, namun beberapa hal hingga terkendala. Kami pun menuju posko 1, kami pun berbincang-bincang dengan bapak posko, setelahnya beliau berlalu ke kebun  untuyk menebang pohon yang akan di buatnya rumah jaga (pos ronda) di depan rumah. Tak lama kemudian, “kace ayo ke desas pao”, ajakku. “oh iya tungguma, siap-siap ka dulu”, katanya.  “halo kawan-kawan, saya mau ke desa pao, ada yang mau nitip sesuatu?”, tanyaku. “oh iya boy, saya titip bakso”, kata naurah. “boy, ini juga tambah itu uangnya aji (naurah)”, lanjut kordes. Saya dan sabri pun berlalu, setelah sampai di desa pao, ternyata teman-teman KKN disanasedang tidak dirumah. Lalu kami lanjut ke desa tamaona untuk membeli bakso. “kace mauko makan bakso?”, tanyaku. “ayomi, saya pi traktir ko”, balasnya. Kami pun masuk warung dan makan dengan lahapnya. Setelah makan,”mbak bakso special 2, masing-masing di tambah 5 ribu bakso kecilnya, bungkus ya mbak”, kataku. “oh iya mas, tunggun ya”, balasnya. Setelahnya kami pun berlalu, di perjalanan saya sedasng mencari salah satu rumah mantan ketua ukm Black Panther Karate di desa pao, yang katanya rumah pertama setelah batas dusun, sebelah kiri dekat jembatan. Lalu saya coba memasuki sebuah rumah yang ciri-cirinya sesuai petunjuk tadi. “assalamualaikum pak, apa benar ini rumah kaka di nompo”, kataku pada seorang bapak-bapak. “waalaikumussalam, iya de, tapi nbelai sedang di Makassar”, jawabnya. “Oh iye pak, nanti kami kembali, kirea-kira kapan balik pak?”,  tanyaku. “mungkin lusa de”,jawabnya. Kami pun berlalu, sebelum sampai posko, “boy, temanika dulu ke desa tabbingjai nah”, pintanya. “oh iya, okelah”, kataku. Setelah beberapa lama kami pun sampai di posko 1, “boy, ayo kesini makan jalang kotek”, panggil salah satu warga. ‘iye om, nanti, kami mau ke desa tabbingjai dulu”, kataku. “ah kesini saja dulu boy, hiduyp di bawa santai”, lanjutnya. “kace, ayo pale dulu, nanti ke tabbingjai nya”, kataku. Setelah makan dan berbincang-bincang, kami pun berangkat, 20 menit berlalu, kami pun sampai di desa tabbingajai lalu kami di suguhi makanan. Kami pun berbincang-bincang tentang urusan proker di desa dan di kecamatan. Setelah akan pergi, hujan pun turun,  kami tinggal lagi dan di tambah suguhan kuenya dan the hangat di senja hari. Hujan pun reda, kami berlalu. Setelah sampai, “boy, boy, kesini ke sebelah makan jalang kotek”, ajak bu desa. “alamak, makan lagi, tidak apalah lagian yang panggil juga bu desa, masak tidak bisa hadir, besok-besok ada makanan tidak di panggil lagi”, batinku. Ternyata hari ini banyak juga pekerjaan si lambung. Sore pun menjelang, saya pun bergegas pulang sendiri karena di tinggal teman-teman lain. Setelah sampai, seperti biasa, selalu ke masjid belajar dan mengajar anak-anak dusun bahoturungang. Ternyata saya di tunjuk tiba-tiba jadi pemateri, saya puin berbicara ala kadarnya sesuai pengetahuan saya. Setelah selesai kami pun ke posko.

Lalu ku tutup malam dengan lelahnya pagi tadi.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   19

Malam ini saya ke posko 1 menemani si kace sabri sekaligus untuk meminta unhy untuk menggunting-gunting nomor klasifikasi yang sudah saya print out kemarin. Menjelang maghrib saya pun ke masjid, hari ini saya tidak terlibat di masjid bahoturungang karena saya rencana ke posko 1. “pak, bu, saya mau ke seblah dulu, rencana bermalam”, pamitku. “oh iya, tapi makan saja dulu”, kasta ibu. Saya pun makan dan setelahnya saya berlalu, di tengah gelapnya malam, jalan berpengarasan, berliku dan semakin jauh semakin gelap karena sudah tidak ada lagi rumah, sedikit takut, tetapi yakintidak ada apa-apa sehingga berjalan dengan pura-pura berani. Saya pun sampai, lalu di jemput oleh si haerun yang mendengar suara motor saya, “eh kak boy malam-malam, bermalam nah kak”, pinta haerun “hmm, baiklah de”, kataku. Saya pun di suguhi teh hangat dan ubi goreng. Saya pun meminta unhy untuk mengerjakan kontrol proker dan mengguntingak nomor-nomor klasifikasi (DDC/dewey decimal classication) penomoran pada punggung buuku di perpustakaan. Sementara saya membantu bapak poskop, mengklasifikasi (memilah) surat-surat pajak yang ratusan jumlahnya, dala surat-surat itu banyak nama yang sama hanya yang berbeda adalah nomor registrasi dan jumlah pajak. Di depannya terdapat buku besar yang bertuliskan nama-nama pemilik surat pajak, sementara di tangan nkirinya adalah tumpukan surat-surat tadi, lalu saya pun membantu, lalu “pak, bapak sebutkan nomor registrasinya, saya yang cari nama-namanya pak”, kataku. “oh iya, ini 1617-7…dst”, katanya memperbaiki kacamatanya. Dengan kerjasama tadi, alhamduliullah tidak memakan waktu lama sehingga pekerjaan selesai. Di meja lain, si unhy meneyelesaikan tugasnya, akhirnya larut juga, kami pun istrahat untuk beraktivitas besoknya. Tak terasa suara masjid pun bunyi kami pun sholat subuh. Pagi-pagi rencana mau kesekolah tapi karena masih dingin dan mager (malas gerak) akhirnya kesiangan. Sebelum balik ke posko 2, “kace, ketemu di sekolah sebentar nah, bantuka di perpustakaan”, pintaku sambil berlalu. Setelah sampai di posko sebelah, teman-teman akan ikut nenek ke kebun petik kopi, “oya nek, sebentar saya liat jalan menuju ke kebun, biar simpan saja di pinggir jalan nanti saya yang ambil apke motor”, kataku. Kami pun duluan sambil membonceng raisul, lama menunggu ternyata belum muncul juga. Ternyata kebun itu mempunyai 2 jalan tetapi 1 tujuan, “dede, selain ini, ada lkagi tidak jalan yang menuju ke kebun nenek?”, tanyaku. “ada lagi kak”, katanya. “ayo kesana”, ajakku sambil menyalakan motor. Beberapa saat kemudian, kami menemui mereka berjalan ke kebun. “itu mereka kak e”, tunjuk raisul. Setelah mengantar mereka sasya pun kembali ke sekolah yang sudah di tunggu kace sabri sedari tadi. Saya pun di berikan kunci perpustakaan dan mulai beraktivitas disana. Berselang beberapa menit saya pun di serbu adek-adek yang haus baca, guru-guru, dan beberapa teman-teman KKP unismuh. Setelah selesai, saya dan kace kembali  dan mengambil kopi yang sudah di petik nenek dan teman-teman kkn tadi. Setelah selesai, saya pun istrahat dan bercengkrama dengan te,man-teman posko mala mini. Selamat malam.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  20

Kali ini saya agak terlambat bergerak, katanya teman lagi mager (malas gerak).  Teman-teman lain berkeliling kampung, katanya mengajar penjaskes, mereka keliling kampung berjalan. Ibu posko akan siap-siap ke kantor desa, panggilan dari ibu desa untuk semua kader posyandu. Tinggal saya, raisul dan kakek di rumah. Saya bergerak ke posko 1, “kace, ayo ke pao”,ajakku. “ah, tidak ji boy, capekka”, balasnya. “weh nuna, ayo ke pao do”, ajakku pada husna. “betulan ko boy, tungguka dulu, lagi makan ka”, katanya. “betulanka, makan saja dulu”, kataku. Beberapa menit kemudian, kami meninggalkan posko, tidak berapa lama kami pun sampai,  “wehhh bang ilham, bang kordes gagah”, sapa candaku. “hahah, kita itu ketua, sembarang tong”, katanya menyalami ku. Kami pun berbincang-bincang, ternyata beliau akan ke dusun bangkengbatu. “ketua, mau ikut ke bangkengbatu?”, tanyanya. “oh iya saya sembarangji, tapi ini temanku si husna”, kataku. “ih, mauka juga ikut”, rengek nuna. “ah jangan mi do, jelek katanya jalanan, saya takut nuna kenapa-kenapa”, kataku. Akhirnya menurut juga, saya dan bang kordes ilham berlalu dengan ita dan temannya. Ita dan temannya ke dusun pattallassang dan saya dan ilham ke bangkengbatu, di pertigaan kami pun berpisah setelah melewati rusak dan jeleknya jalanan. Setelah kami sampai, kudapati riuh piuh anak-anak di dusun itu, karena kebetulan mereka sedang keluar main. Kami pun menghadap ke gurunya, dan mengumpulkan mereka dalam 1 kelas. Setelahnya di ambil alih oleh bang kordes ilham,  “hari ini kakak datang untuk menawarkan adik-adik bahwa besok ada lomba di dusun sebelah yang diadakan oleh teman-teman kkn, lombanya adalah hapalan surah pendek, mengaji, adzan, dan cerdas cermat, ayo siapa yang mau ikut?”, Tanya ilham. Beberapa adik-adik mau, tapi hanya sebagian kecil, “baik anak-anak kenapa kalian takut, kenapa tidak mau, dapat hadiah loh, nah untuk yang cerdas cermat sudah ada konsepnya untuk kalian npelajari, ayo siap lagi?”, lanjutnya. Akhirnya beberapa dari mereka mengacungkan tangan dan mulai berani. Cerdas cermat ada 2 group, adzan dan hapalan sudah banyak. “ketua, ambil alih dulu nah, mauka dulu ke kantor temui gurunya”, pintanya. “oh iya bang kordes”, lanjutku. Lalu saya pun bercerita dan berbagi pengalaman dan bertanya cita-cita mereka. “saya kak, mau jadi guru”, teriak ananda di pojok. “saya kak, polwan, wirausha, guru, dokter”, teriak-teriak mereka. Lalu saya lihat seorang anak kecil duduk diam di antara riuhnya  kelas. “adek, kita apa cita-citanya?”, tanyaku. “anu…anu…anu kak, dokter”, katanya ragu. “wah bagus itu, cita-cita mulia de,siap mengobati dan membantu menyembuhkan orang sakit”, kataku. “jadi, adik-adik, kalian sudah punya cita-cita tinggi hal yang harus kalian lakukan adalah belajar dan sekolah terus hingga kalian meraih cita-cita itu. Beranilah  bermimpi, walau hidup kadang sulit. Bermimpilah setinggi-tingginya, pun jatu kalian jatuh diantara bintang-bintang”, lanjutku. Pak guru dan bang ilham pun masuk kelas, mereka pun ambil alih. Setelahnya kami kembali, di sisi jalan, kami menemui beberapa anak-anak yang pulang duluan, lalu mereka mengejar motor yang kami kendarai. “adek, jangan mi di kejar, capek nanti”, kataku. “ahhkkhh, ukhhttt,ti..ti..tidak apa ji kak”,katanya ngos-ngosan. Tak berapa lama, mereka pun belok, ternyata itu raumahnya. Kami pun melanjutkan perjalanan, lagi dan lagi berhadapan jalan rusak. setelah sampai di posko, kami pun lanjut refreshing ke air terjun bantimurung gallang yang kami lewati tadi. Kami bersama beberapa teman lain ke bantimurung gallang, airnya cukup deras, dan dijadikan PLTA di desa ini. Cukup menyenangkan, dan mendinginkan kepala yang padat aktivitas beberapa hari ini. Karena kedinginan, kami pun bergegas pulang. Sebelum pulanmg ke posko mamampanmg, “ayo boy, pergi maskan bakso”, ajak nuna. “Ita, ayo pergi makan bakso di tamaona“,ajakku. “ayo mi”, setujunya. Kami pun bergegas. Setelah selesai, kami pun pulang ke posko masinmg-masing dan sebelum sampai kami di guyur hujan. Kami berencana singgah, namun ntidak jadi karena tidak ada warga, takutnya ada cerita lain dari warga yang lewat. Akhirnya kami terharus basah dengan jatuhan air hujan. Setelah sampai, seperti biasa kami selalu ke masjid bersma para warga dan anak-anak di kampuing itu.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   21

Hari ini tidak terlalu banyak kegiatan, hanya ke posko 1 silaturahmi dengan teman-teman disana. Sebelum siang, saya harus kembali ke posko 2, karena si raisul sedang ultah hari ini. Sedari pagi, raisul terlalu banyak maunya, , nasi goreng, telur mata sapid an makan di balai rumah tetangga salah satu permintaannya. Lalu siang pun tiba, si tiwi kakak raisul kembali dari sekolah, si raisul tidak sabaran memotong kue yang di buat oleh mamanya dari malam tadi hingga pagi hari. Lumayan kuenya enak, ternyata untuk urusan kue, ibu posko jagonya, sehingga ketika ada pengantin beliau selalu hadir di depan oven pemanggang kue.  “selamat ulang tahun kami ucapkan, selamat ulang tahun kami doakan”, penggalang lagu yang dinyanyikan bersama. Sekarang saatnya potong kue, lalu kue pertama di kasi oleh kakak tiwinya. Lalu,,”kak boy sini, ambil ini kue kak”, kata raisul. Ku raih kue itu, lalu kue setelahnya tidak mau di bagikan ke teman-temannya yang lain. Untunglah ia berhasil di bujuk oleh ibunya. Lalu, saya ke kamar tidur karena masih terasa lelahnya kemarin. Malam pun tiba, saya bersama pak imam dan pak RK ke masjid untuk mengajar teman-teman remaja masjid dan TPA untuk belajar protocol, tadarus, serta kultum untuk persiapan ramadhan nanti. Setelah pulang mereka menyambangi posko, bercerita dan belajar tentang kish-kisah nabi dan rasul. Setelah mereka pulang, saya di ajak bapak posko menjenguk salah satu tetangga yang sedang sakit, namun karena hal lain kami hanya ke rumah pak RK. “weh, masuk boy, tumben baru jalan-jalan kerumah”, kata pak RK. “anu tawwa sibuk sekali kerja proker dan kegiatan-kegiatan”, timpal pak posko. Lalu kami masuk dan mereka membuka jagung dan memishkan antara biji jagung dengan tulangya menggunakan ban mobil bekas di simpan di tengah-tengah.  Lalu nge-teh dan nge-ubi serta senda gurau di dinginnya malam. “raisul, ayo pulang, kakak boy sudah ngantuk”, kata bapak posko. Si raisul sedang asyiknya main dengan anak-anak di rumah ini, “belum pak, biarkan raisul main dulu”, kataku. Beberapa lama kemudian kami pun kembali.  

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   22

Hari ini untuk yang kesekian kalinya kalsi( malas), lalu si kace sabri selalu miskol. Ternyata ia sedang menungguku di sekolah bersama teman lain. Setelah sampai di sekolah, ternyata kace sabri mondar-mandir keluar masuk kelas. Saya pun masuk kelas lalu di susul oleh si sabri. “eh masuk boy, darimana saja baru keliatan”, kata bu guru. “lagi banyak job bu, hehe”, kataku nyengir. Pak mu’in keliling kelas memantau para siswa. Tak lama kemudian datang pak solihin, “boy, bagaimana ini boy, kenapa baru muncul lagi, perpustakaan disana sudah rindu?”, Tanya beliau. “ heheh. Iye pak saya juga, sepertinya buku disana meraung ingin berbagi cerita dengan kita ini”, kataku canda.  Senda gurau pun berlanjut, kadang ngakak bareng kadang juga serius. “boy, siapa kamu bonceng kemarin hujan-hujan, mau cari tempat berteduh tapi tidak jadi?”, Tanya ibu guru. “heheh, teman posko bu, kemarin kami dari posko pao, silaturahmi lalu lanjut ke air terjun bantimurung gallang”, jawabku. “semakin siang, pembvicaraan poun semakin hangat, “boy, mau dimana sholat jumat?”, Tanya pak mu’in. “kalau saya pak sembarangji”, jawabku. “kalau begitu kita ke bangkeng batu saja”, ajaknya. “ke bangkengbatu lagi, alamak, jalanan yang rusak yang saya lalui bersama pak kordes kkn desa pao, addeh matini”, batinku. “klita jalan kaki kesana boy, kita lewat jembatan gantung”, lanjutnya. “jembatan gantung, iye pak saya mau?”, kataku.  “ah kau itu, jangan-jangan kau pergi karena mau lewat jembatan gantung”, sambungnya. Kami pun siap-siap, lalu berlalu melewati desa pao dan pak mu’in mendapati seorang pak tua yang sedang jalan kaki, hingga motor di simpan di rumah salah satu warga. Berjalan melewati seluk-belukar,lalu tiba-tiba jembatan gantungtak lupa mberpose ala kadarnya, lanjut perjalanan kami bertemu ibu-ibu sedang kelelahan di pinggir jalan, kelihatannya dari pasar. Hampir lupa, sebelum berangkat tadi, pak mu’in sempat belanja di warung beli air minum. “boy mauki minum apa?”, Tanya beliau. “pocari sweet aja pak”, kataku. Sekantong makanan untuk berdua , lalu setiap istrahat kami makan berdua bersama pak mu’in, ternyata di belakang ada pak tua tadi yang di bonceng pak mu’in. lalu setelah tiba, kami mendapati sekolah, ternyata sekolah itu yang kami datangio kemarin bersama kordes kkn desa pao tetapi jalan menuju kesini yang berbeda. Lalu sang pak tua mengambil kunci, dan membuka rumah, ternyata sepanjang perjalanan saya tidak tahu bahwa pak tua tadi adalah ayah Dario pak mu’in. kami bercengkrama sejenak sebelum ke masjid. Setelah jumatan, kami keliling ke rumah sanak saudara pak mu’in. lalu setiap rumah selalu di suguhi teh, terakhir di suguhgi kopi. “sudah hampir keracunan kayagnya ini, dari tadi minum berkali-kali teh, dan sekarang kopi”, batinku. “eh, minum de”, kata tuan rumah. “anu bu, kalau bopleh air putih saja”, pintaku. Bagaimana tidak, kepala sudah puyeng dari tadi minum teh. Ternyata pak mu’in pengoleksi batu cincin juga. Lalu di beri 1 cincin oleh kakek di kampungnya itu. “bagaimana boy, kita pulang?”, Tanya pak mu’in. “iye pak, saya sembarang”, kataku. Hari ini banyak hal yang kami temui, keramah tamahan warga di kampung ini. Selain itu kami juga mencari om atau kakek yang bisa main gambus dan kecapi untuk acara seni dan budaya yang akan kami laksanakan. Tapi belum dapat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   23

Setelah mengantar pak solihin di rumahnya, saya singgah di posko 1, beberapa teman disana sedang tidak di posko, mereka berada di rumah salah satu warga, sedang pak posko sedang mengerjakan rumah-rumah jaga di depan rumah. “boy, kapan tiba?”, Tanya isra. “baru saja, oya mana teman lain”, kataku. “oh mereka di rumah sebelah, lagi ada acara kayagnya”, lanjutnya. Ternyata ibu posko sedang menggoreng ikan di dapur, “boy, makan dulu sebelum ke posko sebelah nah, ini sementara saya menggoreng ikan”, kata bu posko. Lumayan hari ini cuacanya sangat panas, sehingga menunggui agak erdup baru ke posko 2. “boy, samaki ke posko 2 nah”, kata husna. “saya juga kak boy, mauka juga ke posko 2”, lanjut khairul. “eh tidak jadi saya boy, ku ralatki”, kata husna. “saya juga tidak ji deh, tidak pergijni kak husna” lanjut khairul. Setelah sampai, kami pun mendengar keributan dari desa lain. Ternyata di tabbingjai, teman-teman kkn di desa itu sedang mengadakan lomba bola volley. “boy, ayo deh pergi nonton, seru kayagnya”, ajak teguh. Setelah sampai di lokasi, “eh boy, dimana kenapa pergi tidak bilang-bilang”, telpon sabri. “maaf akce, tadi kamu seruh sekali main bulutangkisnya. Adaka di desa tabbingjai ini”, kataku. Kace sabri pun menyusul kami, ternyata di belakangnya menyusul zizah, ennhy dan naurah. Belum duduk, eh ada husna, unhy dan teman kkp dari unismuh. Wah, lengkap sudah, kosong posko sore ini. Setelah selesai nonton, ternyata teman-teman yang kami datangi memanggil kami ke poskonya untuk makan barobbo’ bersama kawan-kawan lainnya. Setelah barobbo’nya ludes, kami bercengkrama dan suara masjid berbunyi-bunyi, kami pun pamit pulang. Setelah sampai di posko, kami dapat kabar bahwa salah seorang di desa mamampang meninggal. Setelah berbincang-bincang saya pun di utus untuk mewakili teman-teman menghadiri rumah yang berduka. Setelah maghrib, saya ke rumah imam masjid, ternyata mereka sudah pergi duluan, saya pun sempat melihat lampu motronya di ujung jalan yang berkelok. Saya kejar dan tiba-tiba motor mati di tengah kegelapan malam. Rencana akan balik, karena mereka sudah jauh dan saya tidak tahu tempatnya, tapi karena sudah janji akan ikut melayat maka saya harus kesana, berkali-kali saya coba nyalakan motor, untuk yang kesekian kalinya, akhirnya menyala juga. Mereka semkin menjauh, saya berusaha mengejar mereka di antara rusaknya jala, lalu,,” kak boy, mau kemana”, teriak sulaiman. “mau ke pakkeng de’ oya liat motor tadi lewat sini?”, tanyaku. “samaki kak, saya juga mau kesana, hanya tinggal dulu isi bensin”, lanjutnya. Akhirnya kami pun berangkat di kegelapan malam, dengan jalan berbatu, licin, mendaki, dan sesekali hampir jatuh ke sebrang jalan. “kurang lebih 20 menit bergelut dengan jalan tadi, akhirnya kami pun sampai , “boy kenapa lebih duluan datang, sama siapa?”, Tanya pak imam. “hehe, tidak pak, saya hanya duluan masuk, bapak yang duluan datang, saya sama sulaiman tadi pak”, jawabku. “itu tadi, saya kira kamu tidak jadi pergi”, lanjutnya. Selanjutnya kami pun isya-an bersasma pak imam sebelum acara ta’ziah di mulai. Fida memulai melantunkan ayat-ayat suci al-qur’an dengan merdunya di lanjut ceramah agama yang disampaikan uztad setempat. Setelahnya kami pun kembali, beberapa anak muda lewat jalur lain, memang ber-aspal tetapi lumayan sangat jauh, termasuk si fida yang di traktir singgah makan bakso dengan om yang di temaninya. Saya bersama pak imam, tetap melewati jalan rusak tadi, bersama gelap dan dinginnya malam, setelah berjuang lenggak-lenggok mempertahankan kestabilan motor, akhirnya kami pun sampai. “boy, singgah mi dulu bermalam saja di rumah”, ajak pak imam. “iye pak, lain kali insya Allah, saya duluan pak”, kataku berlalu. Setelah sampai di posko saya istrahat dengan nyenyaknya karena kelelahan. Ta’ziah yang kedua selama kkn di desa ini. Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian, tanpa kenal umur, kapan dan dimana ia berada, siap tidak siap pasti kita akan mengalaminya. Banyak manusia tertawa terbahak-bahak, berleha-leha, sedang kain kafannya sedang sibuknya di jahitkan.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   24

Setelah sarapan, ku laju motor ke sekolah, sebelumnya “bu, saya ke sekolah dulu”, pamitku. “oh iya hati-hati, rusak jalan itu”, kata bu posko. Suasana dan ributnya anak-anak di perpustakaan membuatkuy menggeliat untuk selalu kesekolah.  Setelah sampai, teriakan-teriakan mereka menyambutku. “kak boy,,kaka boyyy…siniki”, teriak mereka. Ku lambaikan tangan lalu mendekati pak guru olahraga yang praktek penjaskes (pendidikan jasmani dan kesehatan ) di lapangan sekolah. “kenapa baruki lagi datang, na cariki anak-anak”, sapa pak guru. ” alhamdulillah, ada sedikit job di kerja pak, jadi baru sempat lagi, oya anak-anak lagi penjaskes ya pak?”, tanyaku. “iya anak-anak lagi penjaskes, oya masuk saja di perpsutakaan sudah ada kuncinya disana”, katanya. Setelah sampai, ternyata bapak mnenyamperin saya di perpustakaan lalu berbincang-bincang. Karena perpustakaan sudah terbuka, seperti biasa kami selalu di serbu oleh anak-anak yang haus akan baca buku. Pak guru tadi sedang asyiknya berbicara di telpon dengan temannya diu perpustakaan, lalu saya menemani adik-adik membaca buku. Sudut-sudut ruangan telah terpenuhi oleh anak-anak yang membaca buku. Setengah jam berlalu, saatnya anak-anak kelas 4, 5 dan 6 masuk kelas untuk mata pelajaran berikutnya. “kak, kak, kak boy, masih disini ji kan kak, masih mauka baca buku”, pinta nisa. “iya de, membaca mi saja dulu”, kataku membasuh kepalanya. Lalu ia kembali ke pojok ruangan untuk melanjutkan bacaannya bersaqma teman-temannya. Tak terasa waktu berlalu, anak-anak pun sudah siap pulang, baru saja akan melangkahkan kaki keluar perpustakaan, “boy, mau kemana?”, Tanya kace sabri. ‘eh kace, kenapa terlambat kace baru saja saya mau pulang”, kataku. “ikutki teman-teman poskomu ke kebun bersama nenek posko?”, Tanya sabri. “iya ikut ki mereka”, jawab ku. “oh iya”, balasnya. “jadi apa sekarang”, tanyaku. ‘ayomi ke posko”, ajaknya. Setelah sampai di posko 1, ternyata bapak posko sedang membuat rumah-rumah jaga di pertigaan depan rumahnya. “boy, angkat dulu ini, mau di potong kakinya, terlalu tinggi”, pinta pak posko. Setelah sedikit rampung, saatnya dhuhur-an dan makan siang. “kebetulan dari sekolah, singgah di posko eh makan pula, “bukan masalah makannya, tapi menunya  ayaaaaaaam”, batinku. Nikmat terasa, setelahnya saya kembali ke posko 2 untuk istrahat, dan malamnya selalu ke masjid bersama-sama dengan anak-anak belajar mengaji. Setelahnya, kami pulang dinner dan istrahat malam hingga tertidur nyenyak bersama.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   25

“teguh, hari ini apa agendamu?”, tanyaku. “tidakji, kenapa boy”, balasnya. “ayo temanika ke kapolsek tombolopao, kantor camat,kantor desa, dan posko teman kkn”, ajakku. “ boleh, tapi sekalian singgah makan bakso, tapi dalamrangka apa ke tempat-tempat tadi?”,  balasnya. “rencananya teman-teman black panther karate mau adakan baksos di desa pao, yakni go green dan penyuluhan narkotika, serta seminar dampak teknologi di era modern, kami kerjasama dengan teman-teman kkn desa pao”, jelasku. Setelah siap-siap kami pun berlalu melewati rute yang berkelok dan tak lama kemudian kami pun sampai. Kami singgah di posko kkn desa pao lalu ku sampaikan niatku pada kordes untuk mengantar undangan ke instansi-instansi tadi. Setelahnya kami menuju kapolsek tombolopao, dan terakhir singgah di warung “lidah goyang” disisi jalan. Setelah makan, kami pun berlalu, “halo kace, kenapa?”, tanyaku di balik telpon. “eh halo, dimana posisi, kalau pulang langsung ke posko 1 nah, mau rapat tentang pembuatan batas desa karena pak desa sudah ada”, ngoceh kace sabri. “oh iya tunggu, sementara di jalan pulang ini sama teguh”, jawabku singkat. Setelah sampai ternyata temnan-teman posko 2 sudah ada di posko 1 (ennhy, zizah, dan naurah). Setelah sampai kami pun meeting membahas tentang pembuatan batas desa, termasuk bentuk, warna, dana, bahan, sarana dan sebagainya. Untuk bentuk rencananya akan di bentuk seperti alvokat karena di tempat itu banyak alvokat (usul ennhy), ada banyak masukan hingga rapatnya di pending karena rencana program kerja terakhir.  Setelah selesai meeting hari ini, saya pun ke kamar kace sabri untuk baring-baring. “eh pergi makan semua, mana boy?”, Tanya bu posko (puang kanang). “tidurki boy bu, makan mi dulu, sudahmi tadi”, kata teguh. “barusannya boy tidur siang”, lanjut ennhy kudengar samar-samar. Beberapa menit kemudian pak solihin ajak anak-anak pergi jalan-jalan pakai mobilnya. Saya, kace sabri dan teguh tinggal, ternyata teguh yang tertidur npulas di sampingku. Saya dan kace sabri bangun dan pergi main bulu tangkis depan rumah. Hingga sore hari, akhirnya saya dan teguh pun kembali ke posko 2. Seperti biasa, saya dan teguh menunggu maghrib lalu ke masjid bersama anak-anak dusun bahoturungang. Setelahnya kami dinner dan istrahat menunggu anak-anak pulang dari jalan-jalan.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   26

Sop ubi ibu

Pagi-pagi ku telpon ilham bang kordes desa pao, meminta tolong untuk print undangan kegiatan pelatihgan tajwid dan dai serta kegiatanm seni dan budaya. “teguh, ayo mi siap ji temanku membantu”, ajakku. “oke boy”, balas teguh. Kami pun siap-siap ke posko kkn desa pao. Cukup jauh sehingga lumayan lama baru kami tiba di posko tersebut. Setelah sampai ternyata ilham masih tidur. Terpaksa ia di bangunkan oleh temannya. “wahh, bang kordes ilham, maaf ini mengganggu tidur paginya”, kataku. “ah kita itu ketua, mari masuk”, ajaknya. Setelah berbincang-bincang ringan beliau pun mengambil sebuah printer berukuran besar. “boy, kamu tidak ambil amplop yang mau di print?”, Tanya teguh sambil buka tas. “alamak, lupa di ambil, biar saya kembali aja ambil”, kataku. “jangan mi dulu, coba Tanya temanmu pinjam dulu nnanti kita ganti”, kata teguh. “bang ilham, boleh pinjam kertas amplopnya, nanti kami ganti, soalnya lupa tadi”, kataku. “oh boleh ketua, tunggu dulu saya cari”, katanya. Alhmdulillah ada, sehingga saya tida harus kembali ambil, bang teguh sedang sibuk memprint undangan dan amplop tadi. Setelah mau pulang, “kak, temanika beli telur di tombolo”, pinta adek firda. “oh iya de”, balasku. “teguh, tunggu dulu nah, saya antar adek ini pergi beli telur, tungguma disini”, kataku. “oke boy”, balasnya. Dua puluh menit berlalu, kami pun kembali ke posko desa pao, saat akan pulang , “tunmggu dulu ketua, makanan sudah tersaji, tidak baik meninggalkan makanan”, kata bang kordes ilham. Sebenarnya sudah tidak enak hati, tapi apa mau di kata lapar juga. Setelahnya kami berlalu dan setelah sampai di posko desa mamampang (posko 1 ), ternyata kami di suruh makan (lagi). Semua teman posko sudah makan, tinggal saya dan teguh yang belum. Karena masih lelah, akhirnya mereka pergi duluan ke rumah pak kades, beberapa menit kemudian saya dan tegu menyusul mereka. Baru saja sampai di rumah pak kades, “ boy, temanika jemput maceku nah, adami di jalan”, pinta kace sabri. “hadeuhhh, baiklah kace”, kataku. Saya pun pamit dan berlalu, di perjalanan, kami berpapasan dengan sebuah mobil, lalu tangan melambai, ternyata itulah mobil yang di tumpangi mamanya sabri.  Kami pun barengan ke posko, lumayan banyak penghuni mobil itu, ada tante, mama, mom adek dan lainnya menjenguk sabri. Posko lumayan ramai, taka da kursih yang kosong, bapak posko bercengktrama dengan panjangnya. Setelah menjelang sore, mereka pun berlalu ke palangga meninggalkan kace dan kami. Kami pun kembali berpencar melaksankan tugas masing-masin, beberapa teman ikut rapat di kecamatan, pak kordes ke dusun pakkeng, saya dan teguh ke dusun mamampang sebar undangan yang sudah terprint tadi. Lumayan teroper kesana kemari, ke rumahnya pak imam dusun, di oper ke pak imam desa, lalu di oper ke bu nurlaela yang ternyata rumahnya sudah kami lewati tadi. Setelah selesai simpan undangan di rumah bu nurlaela, kami pun kembali ke posko. Belum lagi duduk, “zizah, boy, teguh, ayo sini makan sop ubi”, panggil mamanya bilqis. “adddehhh, makan lagi”, kata teguh pegang perutnya. “ayomi, kordes, teguh, ajakan ini, bagaimana nanti kalau tidak mau mi na ajak lagi, nanti kalau ayam bagaimana?’, kata zizah dengan khasnya. Akhirnya kami pun mendatangi dan makan lagi. Lumayan enak sop ubinya ibu, di sore hari nan rindang dan sejuknya suasana dengan pedisnya cobe-cobenya ibu. Setelahnya kami kembali dan beraktivitas bersama anak-anak TPA dan remaja masjid nurul fallak. Setelahnya kami di datangi bapak desa, bercerita dan bercengkrama menutup kegiatan hari ini.  

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   27

Pagi itu, saya rencana keliling bersama teguh untuk mendata peserta pelatihan da’i dan tajwid serta festival seni dan budaya.  “teguh, jam berapa kita bergerak”, kataku. “setelah dhuhur pi”, katanya. Kalau begitu ke pao ma dulu nah, mau sebar undangan untuk baksosnya ukm black panther karate nah”, lanjutku. “oke ciika”, balas teguh. Saya pun siap-siap..”bu, saya mau ke desa pao dulu, sebar undangan bu”, pamitku. “makan dulu, sebnetar itu ada pengajian di masjid”, kata ibu. “biar bu, nanti setelah pulang baru makan”, kataku. Setelahnya saya berlalu, menemui bang ilham si kordes kkn desa pao, mereka sedang kerja bakti di masjid bersama kawan-kawannya. Setelahnya saya di ajak ke poskonya lalu berdiskusi ringan tentang kegiatan kerjasama International Black Panther Karate Indonesia Unit UIN Alauddin Makassar yang saat ini saya pimpin (ketua) dengan teman-teman Kkn Uin Alauddin Ang.55 Desa Pao. “bang kordes, temanika sebentar antar undangan ke kapolsek, koramil, pak kades, pak camat dan puskesmas nah”, pintaku. “ah gampang mi itu ketua”, balas ilham. Setelah minum teh dan berdiskusi pagi itu, kami pun mengantar undangan  tadi. Namun, ada beberapa belum tersalurkan karena persoalan orang yang di datangi tidak ada di tempat.  Akhirnya saya pun pulang ke desa mamampang (posko) untuk mengikuti pengajian. Alhamdulillah ibu belum ke masjid, “bu, biar saya bawa kuenya”, pintaku. “oh iya boy, ku unggu di masjid nah”, kata ibu. Semua teman kkn berkumpul di masjid, pengajian berjalan dengan khitmat, pak harun sang penceramah hari ini tentang tata cara praktik sholat yang benar. Si unhy bertindak sebagai moderator, saya dan kace sabri serta teman-teman dari kkp unismuh, duduk di sudut masjid, si teguh duduk bersama beberapa masyarakat dekat tiang masjid.  2 jam berlalu, akhirnya pengajian selesai, kami pun kembali ke posko untuk meeting kecil-kecilan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang belum selesai. Lumayan, dengan waktu yang semakin mepet dan masih ada program yang belum jalan, tentunya kami semakin sibuk beberapa minggu ini. Setelahnya, teman-teman dari posko sebelah kembali dsan kami siap-siap ke masjid melaksanakan rutinitas yakni pembinaan TPA dan remaja masjid bersama pak imam masjid dan pak RK. Setelah selesai, kami kembali dan menutup malam dengan sejuta mimpi, suatun saat kami teman kkn, PA dan remaja masjhid akan sukses entah kapan. Tapi kami tidak bosan menanti kalimat “akan indah pada waktunya” itu.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   28

Pagi itu, kami menuju posko . sebelumnya kami mampir ke sekolah untuk mengajar hingga siang. Setelah sampai di posko, ternyata kami telah ditunggu oleh ibu posko, karena memang ahad lalu kami mjuga berjanji akan datang acara makan kolak ( kue dari labu yang di campur dengan gula merah), saya sempat di tegur oleh teman-teman karena labu yang akan dibuat hari ahad lalu sudah busuk karena tidak sempat datang “ mentong ini boy, gara-gara kau mi itu di tunggu, ahad lalu baru kamu tidak datang, jadi labunya busuk”, kata ennhy. “iya saya minta maaf tidak tepati janji, karena ke makassar ka”, maafku. Ibu poskon begitu sayangnya sehingga ia harus ke pasar sinjai membeli labu  untuk kami. “boy, bagaimana itu labu nak, mauki kerja?”, Tanya ibu posko. ”Iye bu, ibu tinggal tunjukkan nanti kami kerja”, balasku. Lalu kami pun bekerja, teguh, husna mengupas dan memotong kecil-kecil si labu, lalu saya membuka kelapa dan memarutnya. Si ibu mempersiapkan panci, gula dan peralatan lainnya. Tak terasa dengan canda gurau semua selesai, saatnya untuk memasak si labu dan gula untuk menjadi cemilan di siang hari itu. Tak menunggu lama untuk kami dan akhirnya si kue masak jua. “Akhirnya makan juga”, batinku. Setelah makan bersama, lalu ..“Nak, ibu mau ke kebun dulu”, kata ibu. “Óh tunggu bu, samaki”, tawarku. “iya pale boy”, kata ibu . setelah ku ambil motor. “boy, mauki naik motor”, tanyanya. “iye bu, saya boncengki”, jawabku. “ ah boy, janganmi tidak pernahka naik motor, takutka di bonceng”, tolaknya. “ ah tidak apa-apa bu, dekatji in syaa Allah pelan-pelan ja, ayolah bu, supaya cepat sampai sekalian juga saya mau liat-liat kebun ibu”, kataku. “oh iya pale boy”, katanya. Akhirnya kami pun pergi naik motor, kami jadi pusat perhatian orang-orang dipinggir jalan, karena ibu tidak pernah dilihat di bonceng. Tak lama di kebun, kami pun kembali lalu..” boy, bagaimana caranya kamu bujuk puang kanang sehingga bisa kamu bonceng. Tidak pernah itu di bonceng sebelumnya”, Tanya pak Muin. “heheh..strategi pak, pakai teknik”, candaku. Setelahnya saya dan teguh kembali ke dusun mamampang untuk menindak lanjuti peserta pelatihanda’idan tajwid. Lalu setelahnya kami kembali dengan sedikit kebasahan karena kehujanan di sore hari ketika itu.  Malamnya kami ke masjid bersama dengan masyarakat, remaja masjid, dan adik-adik TPA untuk menunaikan ibadah sholat maghrib yang dilanjut dengan belajar-belajar mengaji. Setelahnya kami kembali ke posko istrahat untuk persiapan besoknya. Terima kasih untuk hari ini ibu posko.

Nb:ada 2 posko, posko 1 dan posko 2.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  29

Pagi itu, kami rencana ke sekolah. Ternyata rencana kami melenceng, hari ini si ibu posko, nenek, tiwi dan raisul tidak di rumah. Mereka ke maros menghadiri pernikahan keluarganya. Tinggallah kami, bapak posko  dan kakek. Kakek biasanya setiap pagi duduk di teras rumah menikmati nmentari pagi. Sementara si bapak tidak pernah terlihat di pagi hari karena selalu pergi ke kebun, mengembala si lulu sang sapi yang harus di beri makan. Pagi itu, kami berlima (anak KKN) berada di dapur memeriksa  apa yang bisa di buat makanan. Cek per cek ada bahan untuk buat bakwan. Si ennhy mempersiapkan sayur mayor, naurah mengupas wortel, saya dan teguh, memotong-motong daun bawang sambil terisak-isak karena pedisnya sampai ke mata.  Setelah semua siap, lalu di goreng oleh si teguh, canda tawa menghiasi pagi itu,  yang akan mungkin selalu terkenang dan tak terlupa setelah pulang dari kampung halaman masing-masing. “ciye teguh,, cocok memang. Inilah calon laki-laki tangguh masa depan”, ledek zizah yang dari tadi ngoceh terus, secara kan anak komunikasi jadi komunikasinya lancar terus. Kami terbahak melihat si azizah yang tingkah mungilnya menghibur kami. “ eh kenapa kalian terisak-isak, kayag orang kehilangan saja”, kata ennhy. “bukan apanya cika, ini daun bawang pedis ki”, teguh dengan khasnya. “ mungkin ini yang tidak bisa di lupa ketika kita semua berpisah di tempat ini”, kataku. “hahahah..sedihnya mi gueeee”, spontan ennhy. Semua terbahak di tambah teguh yang semakin deras air matanya dengan daun bawang tadi. Akhirnya kami pun menikmati makan sambil kerja. “siap-siap mi, kita mau kerja proker ingat PJ-nya masing-masing”, celoteh naurah. “iye bu aji, kami akan siap-siap, apa mi aji.haha”,kata zizah.  Setelahnya kami ke posko 1 membagi tugas, saya dan kace sabri serta ennhy dan husna ke dusun pakkeng dalam rangka pengajian yang dilaksanakan tiap hari jumat di desa mamampang dari tiap-tiap dusun. Kami agak terlambat karena hujan deras siang itu. ternyata di tempat pengajian, sudah ada pakde (pak kades) puang naba, dan unhy, kami sampai hanya mendapat ujung ceramah pak solihin. Olehnya, kami hanya makan-makan, lalu bercengkrama dengan warga, termasuk pak rahmansyah tokoh agama. Kami bercengkrama tentang lomba da’i dan tajwid yang akan dilaksanakan jumat-sabtu lusa. Karena keasyikan bercengkrama, saya lupa bahwa di luar masjid teman-teman, pak kades, puang naba telah menunggu saya. Setelahnya kami pun pulang bareng-bareng. Setelah sampai di posko, seperti biasa pada malam harinya kami selalu ke masjid sebagai rutinitas bersama warga, teman-teman remaja masjid dan adik-adik TPA.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  30

Malam ini, sebelumtidur, hp-ku berdering. Ternyata pak rahmansyah dari dusun pakkeng yang meminta naskah lagu qasidah yang akan perlombakan dalam “ festival seni dan budaya” nanti. Pagi-pagi kami berangkat kesana (saya dan teguh), seperti biasa setelah melewati desa pao, kami selalu melirik ke kanan, lalu..” boy, singgah makan bakso?”, Tanya teguh. Aku mah ngikut bang bosku”, kataku. “ahh pulang pi pale dehh”, tambahnya. Kami pun lanjut menelusuri jalan-jalan berkelok menuju dusun pakkeng membawa secarik kertas yang isinya adalah lirik lagu KKN untuk untui perlombaan nanti. Setelah jauh menelusuri jalan-jalan tersebut, akhirnya kami sampai di rumah pak kadus. “Assalamualaikumk bu, ada bapak?”, tanyaku. “tidak ada nak, kenapa”, kata ibu. “Kalau boleh tahu bu, dimana rumah menantunya pak abduh?”, lanjutku. “oh disana nak, yang warna cat nya warna hijua”, jawabnya. Akhirnya kami pun menuju rumah tersebut. Namun kami tidak bertemu dengan pak rahmansya (menantu pak abduh). Syukurlah ada istrinya. Masalahnya kemudian adalah siapa yang bisa menyayikan lagu itu. liriknya ada, namun menyayikannya yang susah. “boy, kasi contoh tawwa ibu dulu”, kata teguh sepintas. “alamak, saya..bagaimana caraku. Saya juga kurang tahu”, sanggahku. “kau itu andalan boy, ayolah kasih contoh ibu”, tambah teguh. ”baiklah, akan ku coba”, balasku. Lalu ku lantunkan sebisa ku, entahkah ibu tadi bisa atau tidak karena saya pun menyanyikannya asal jadi. Setelahnya, kami pun pamit dan pulang ke posko, tak terasa kami pun sampai di depan penjual bakso. Biasa si teguh, rasanya tak afdal bila tak singgah ketika lewat di jalan itu. biasanya pula, bakso jumbo yang selalu di makannya. Ternyata lapar kami terobati dan berlalu meninggalkan penjual bakso menuju posko 1 untuk mengurus persuratan dan undangan untuk festival nanti. Setelah di urus oleh si teguh, sekarang tugas saya dan kace sabri untuk mengantar undangan itu ke dusun mamampang. Di depan sekolah, ada rumah setengah mewah, di huni oleh suami istri sang bapak dan ibu guru. Dialah bu nurlaela yang ramah tamah. “bu ini ada undangan dan juknis perlombaan festival seni dan budaya nanti, kemarin dulu saya dan teguh datang ke pak kadus, lalu di over ke pak imam desa, dan disarankn kesini oleh pak imam”, jelasku. “ oh iya memang biasanya itu, kalau ada kegiatan saya yang hendel anak-anak”,kata ibu. Di meja sudah tersedia teh hangat dan sukun panas serta se toples kue, sayang si kace sabri tidak bisa terlalu sering minum teh karena ada sedikit masalahnya. Kace juga selalu bunag air kecil dalam tempo tidak lama, dan itu terus terjadi. Sepertinya akan turun hujan, mendung dan awan tebal menyelimuti dusun mamampang ketikas itu. akhirnya saya dan kace sabriu pamit undur diri menujun posko yang sedari tadi di tunggu oleh si bang bos ku teguh. Lalu saya dan teguh ke posko 2 untuk melanjutkan proker lain.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   31

Setelah sarapan, kami pun berpencar. Teman-teman cewek jalan lebih awal bersama pak kades ke posko 1. kebetulan pak kades pagi itu ada di posko 2 berkunjung ngopi bareng. Tak lama kemudian, “boy, kesana duluanmi, ada chatnya naurah jadwal kegiatan mau di print out di posko 1”, kata teguh. “siap bang bosku”, jawabku. Setelah sampai di posko, ku berikan si unhy flashdisck untuk di chek sebelum di print out. Lalu si aam sang kordes, azizah, naurah, ennhy dan husna menuju dusun pakkeng mengajar qasidah. Saya dan sabri serta si teguh menunggu si isra yang dari Makassar karena ada keperluannya. Sebelum berpencar, ku ajak si husna ke kelurahan tamaona untuk memperbaiki hp-ku yang sedang sekarat. “husna, temanika nah pergi ke tamaona perbaiki hp-ku, sekalian jalan-jalan”, panggilku. “ ohh,oke boy, tunggu dulu, ganti bajuka dulu”, jawabnya. Sebelum berangkat. ”boy, mau kemana, ikut ka deh”,pinta kace. “aii, bagaimana di”, jawabku. “janganmi pale, samako husna toh”,kata kace. Kami pun berlalu menunggangi si kuda besi, sembari bercerita melihat indah nan hijaunya kecamatan tombolopao. Hingga tak terasa 20 menit berlalu, kami pun sampai. “bisa software hp”, tanyaku. “bisaji de, tapi pergi ki suamiku ke sinjai baru dia ji yang bisa”, katanya. Akhgirnya kami pun balik .”boy, depan pertamini berhenti nah, yang ada penjual, singgah belikan ernhy obat batuk dan flu”,kata husna. “oke sekalian juga mauka beli bensin”, balasku. Akhirnya kami sampai di depan pom bensin. Setelahnya kami pun berlalu, ke posko 1 yang di tunggu oleh teman-teman sedang si ernhy yang sedang batuk-batuk karena sakit. Sore pun menjelang, kami pun berpencar . saya dan teguh, pulang duluan ke posko 2 lalu..”boy, ayo ke manipi”,ajaknya. “oke, saya sembarangji, manipi yang di sinjai kan?”,tanyaku. “iya mau jalan-jalan dulu, pusing kepala kerja proker terus”, katanya. Pas akan pergi, tiba-tiba si kordes, azizah, ennhy dan naurah muncul.”eh mau kemana ini”, Tanya ennhy. “iya pergi-pergi terud kerjanya”,tambah naurah. “mau mengajar qasidah anu”, bela teguh. Padahal kita pergi keliling-keliling manipi. Kami pun berlalu..”boy, cari pom bensin nah baru kita kembali”,kata teguh. Tak lama kemudian kami pun dapat pertamina lalu mengisi bensin. “boy, cariki tukang cuci motor nah, kotor sekali kmotorku bela”, kata teguh. “oke siap, saya kan di boncengja terserah kemana, asal tdak jalan kaki.hahah”, nyelenehku. Setelah selesai kami pun mendapati sebuah rumah yang di tempati latihan qasidah, wah kebenaran ini. Jadi tadi kesannya tridak bohong, bahwa kita akan pergi mengajar qasidah. Ternyata disana ada anak-anak dusun bahoturungang yang sedang latihan qasidah bersama bapak imam masjid yang kebetulan rumah adik pak imam yang sedang sakit. Kami pun singgah dan bercengkrama. Biasa supaya kesannya tidak bohong benaran, kami selfi dan berfoto dengan adik-adik yang sedang latihan. “boy, ini mi ku bilang rumah adikku di sinjai yang ditempati latihan anak-anak”, kata pak imam. “lumayan jauh ya pak, di sekeliling perjalanan kesini juga tidak banyak rumah malahan terkesan hutan pak”, jawabku. “iya memang begitulah”,balasnya. Kami pun pamit dan berlalu, menuju posko 1 mengurus administrasi yang belum selesai untuk perlombaan festival seni dan budaya. Bercengkrama dengan tokoh masyarakat dan nonton bareng tentang film laga. Setelah dinner, kami lanjut bercengrama dengan salah satu warga sebelum saya dan tegu balik ke posko 2. Ternyata posko sudah ramai dengan beberapa warga menonton anak-anak latihan qasidah, puisi, menari di panggung. Kami menikmati persemabahan mereka dan akhirnya larut pun tiba. Kami pun istrahat untuk menambah tenaga lalu melanjutkan proker yang sedang di rencanakan. Selamat malam kawan, selamat berlatih adik-adik.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  32

Pagi ini, kami mendekorasi panggung untuk pelaksanaan festival seni dan budaya. Sebelumnya saya ke posko 1 untuk menjemput si sabri dan juga printernya. “ coba ke posko 1 minta printernya sabri, karena susah kalau disini kita kerja administrasi baru printernya di posko 1”, kata teguh. “siap bang bosku, ada lagi?”, tanyaku. “itu mo dulu”,balasnya. Saya pun berlalu. Setelah sampai, kudapati si sabri di balai rumah dan si husnah lagi bercengkrama dengan ibu-ibu tetangga sambil membantu membuat kue untuk acara festival anak soleh di kecamatan. Kebetulan saat itu di kecamatan juga sedang mengadakan kegiatan festival anak soleh, dan setiap desa mengutus adik-adik jagoannya. Alhamdulillah adik-adik dari desa mamampang juara 2 menghapal surah-surah pendek. Lalu..”sabri, ayo ke sebelah bawa printer mu”, kataku. “Tapi saya bawa motor nah”, pinta sabri. “baiklah, tapi pelan-pelan ya”,kataku. Kami pun berlalu dan setelah sampai di posko kami pun langsung mendekor panggung. “boy, pergi dulu beli pentul”, pinta zizah. Setelah sampai di penjual, ternayata saya beli peniti. Lalu saya kembali ke posko. “pentul boyyyyyy, bukan peniti”, kata zizah, ernhy dan naurah. “pentul boy,,pentul bukan peniti. Fokus…fokus.hahah”, ledek teguh. “ saya bingung, pentul yang mana, peniti yang mana”, kataku. “aii kembali ganti boy”, pinta naurah. Setelah semua selesai kami pun berpencar, ku antar pulang si kace sabri, setelahnya sia zizah dan kordes pergi belanja persiapan acara pembukaan. Saya, teguh, ennhy dan naurah ke dusun pakkeng, namun sebelumnya kami keliling pakkeng sebar undangan juri untuk lomba-lomba dalam festival seni dan budaya nanti. Di pakkeng kami mendatangi sebuah rombongan qasidah di sekolah yang sedang latihan . setelahnya kami bertemu pak imam dusun. Setelahnya si ennhy dan naurah belok kanan menuju penjual bakso. Setelahnya lagi, kami kembali ke posko malam-malam. Tak terasa kami pun sampai, lalu saya di ajak anak remaja masjid menuju sinjai mengantar pelatih qasidah yang melatih di posko dari tadi. Kami pun berlalu, mereka meminta kami bermalam di sinjai, namun saya dan tidak bisa. Akhirnya saya dan remaja masjid pulang kehujanan jam 12 malam.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   33

Hari ini saya bertugas ikut acara pembukaan festival anak soleh di kecamatan. Bang teguh tinggal di posko membenahi persiapan pembukaan festival seni dan budaya. “ teguh duluan ka ke posko sebelah nah, jemput sabri untuk ke kecamatan”, kataku. “oke boy, sekalian jemput Warek (wakil rektor ) IV dan pembimbing”, lanjut teguh. Saya pun berlalu ke posko 1 dan ternyata kuenya sementara di buat. Setelah akan pergi ku di tahan oleh si ennhy. ”boy, Jangan mi terlalu cepat kesana, apa mau mu kerja disana, acaranya itu jam 1 sekarang baru jam 10, disana saja belum siap-siap”, Jelasnya. “ boy sebentar kamu sama pak RK ke RT 002 cari peserta pagambus nah”, kata puang naba. “ nah tukan boy, disini aja masih ada pekerjaan, main cepat-cepat saja ke kecamatan”, lanjut ennhy. “ iya mentong ini boy, mau cepa-cepat ke kecamatan, mau liat-liat cewek itu”, ketus husna. Ku hanya mendengar dan mengiyakan kata puang naba, husna dan ennhy. Untuk mencari tukang gambusnya sore, siang ini rencana ke kecamatan. Beberapa jam kemudian, saya dan sabri menuju ke kecamatan untuk mengikuti acara pembukaan festival anak soleh. Ternyata pak warek IV tidak ada, katanya sakit. Tetapi untunglah dosen pembimbing hadir di lokasi, dan otomatis bisa juga hadir di acar pembukaan festival seni dan budaya yang akan kami laksanakan. “ boy, jam 3 pulangmi. Biar belum selesai acaranya”, telpon kordes. “oh iya, tapi saya harus bertemu dosen pembimbing supaya nanti datang membuka acara di kegiatan kita karena warek IV tidak hadir”, kataku. Setelah acara selesai, saya pun sigat mendatangi dosen pembimbing dan meminta datang di acara kami. Untung saya cepat, karena dosen pembimbing juga di panggil oleh teman kkn lain di desa yang berbeda. Namun Karena saya duluan, maka pak dosen mengiyakan datang di acara kami. Saya pun kembali, ke posko dan lanjut membantu membuat persiapan acara pembukaan. Setelah pembukaan langsung di lanjut dengan lomba tilawah, namun sebelum lomba..”pak bagaimana dengan pagambus pak?”,tanyaku pada pak RK. “ayomi kesana cari”, jawabnya. Lalu saya pun di bonceng pak RK menuju jalan yang berliku, nanjak, licin karena asli masih tanah. Tak lama kemudian. ”kita berhenti disini boy itu disana rumahnya”, kata pak RK. Kami pun berjalan diantara rindangnya pohon-pohon, ternyata rumah pagambus di atas gunung di tengah-tengah perkebunan. Di samping rumahnya terpampang tanaman bawang merah dan didalam rumahnya berjejer karung-karung penuh kentang. Bapak ini sudah lumayan tua, jenggotnya sudah memutih, namun suara masih boleh di adu.  Ia seorang diri, sang istri di kampung lain bersama anak-anaknya. Setelah berbincang-bincang, bukan hanya gambus, bapak ini juga akan memainkan seruling. Setelah pulang di perjalanan.” Boy, tadi itu kakek pembuat gula aren, Cuma karena sudah malam jadi tidak bisaki tinggal coba-coba gulanya”,kata pak RK.  Lalu kami kembali ke posko melewati licin dan terjalnya jalan bersamaan riuhnya jangkrik-jangkrik malam. Beberapa orang mengembala sapinya di pinggir jalan sambil membawa bekal, beberapa lagi berselimut, ngopi dan merokok bersama di balai-balai rumah. Beberapa waktu kemudian kami sampai dengan kelelahan. Ternyata posko makin ramai yang di datangi bukan hanya desa mamampang tetapi dari desa-desa tetangga hingga jalan depan posko penuh dengan warga, kursih-kursih tidak cukup. Saya pun di tawari ibu-ibu dekat posko untuk ambil kursih di rumahnya. Begitu pun kursih pakde yang dipinjam sehari sebelumnya. Meskipun baru latihan, tetapi warga begitu antusias. Malam semakin larut, latihan menari, qasidah, puisi dan lainnya pulang istrahat. Setelahnya, saya menemani anak-anak lainnya yang tinggal main kartu menikmati hari-hari sebelum penarikan itu tiba. “ kak boy, jangan maki kita di tarik nah, tinggal maki disini, menikah mi disini banyak ji cewek-cewek”, kata idin. “ hahah.adek, saya harus sukses dulu baru menikah, biar bisa menghidupi anaknya orang”, balasku. “kebersamaan bede kak boy, baru mau mi pulang”, lanjut salam. “ ah de, kan bisaji sewaktu-waktu saya kesini dan bisa juga nanti sekali-kali ke mkassar”, lanjutku. Kami bersuka ria, bercengkarama dan sesekali ngagak bareng di tengah malam.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  34

Jam 11, saya siap menuju pakkeng, mengantar si teguh sholat jumat. Biasa, bisaku hanya mengantar teguh untuk khotbah jumat. Di tengah perjalanan..”boy, jam berapa?”, Tanya teguh. “11.51”, jawabku. “awwah terlambat maki ini boy”,lanjutnya. Di tengah jalan lagi, kami bertemi ipul teman si teguh. “ipul. Ayo sholat jumat di pakkeng”, ajaknya. Akhirnya kami naik motor bareng, saya dan teguh serta si ipul dengan motornya. Setelah sampai ternyata masjid masih kosong, jumatannya ternyata jam setengah 1, padahal tadi balap-balap di jalan. Setelah menunggu beberapa menit, masjid pun mulai ramai dengan jamaah.  Saatnya teguh, khotbah dan saya adzan. Setelah setengah jam berceramah, teguh ku kode halus dengan sesekali melihat jam dinding masjid. Akhirnya kami pun pulang..”boy, kau lagi bawa motor nah”, kata teguh. Setelah sampai di posko lomba tilawah di lanjut hingga sore hari. Sebelum isya, gerombolan masyarakat memenuhi jalan depan posko, termasuk dari dusun pakkeng dan desa-desa lainnya. Dusun pakkeng menyewa 2 mobil demi menyemarakkan lomba  malam ini, yakni lomba qasidah dan puisi berantai. Lalu si naurah dan salam menjadi mc. Mereka membacakan lomba dan peserta lomba. Namun ada kesalahan teknis, dari dusun sangkara’na ada 2 team namun yang disebut hanya 1 team. Lalu..”boy, kenapa ini begini, di dusun kami ada 2 team tapi kenapa hanya 1 team yang disebut, sudah capek mereka latihan, sewa baju tapi tidak di sebut”, kata pak saleh. “maaf sebenarnya ada di dalam daftar lomba pak, namun lupa disebut tadi, nanti saya tanya mc. “ah kamu, atur itu teman-temanmu, lama-lama saya bawa pulang ini anggotaku saya”, lanjut pak saleh. “ini juga, kenapa remaja yang duluan, harusnya anak-anak duluan supaya tidak mengantuk”, tambah ibu-ibu. “Iye bu, nanti kami atur ulang jadwalnya”,kata ennhy. “oya bu, saya temani dulu mc untuk atur ulang jadwalnya”,lanjut ennhy.

Iringan-iringan musik qasidah puisi-puisi jenaka membuat suasana membaur. “boy, ini seperti sudah ramah tamah ya, antusias sekali mereka&” bisik teguh. “iya saya juga merasa, lihat gelak dan tawa mereka, jalan di penuhi warga, kursih-kursih terpampang yang di penuhi warga. Hingga larut malam, semua warga bergegas pulang dan kami beres-beres panggung dan beristrahat untuk mengumpulkan stamina esok hari.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  35

        Pagi-pagi saya dan teguh menuju manipi (sinjai barat) untuk memperbaiki motor teguh. “boy, singgahki beli bensin dan cuci motor ya”, kata teguh. “oke saya siap, pokoknya jalan aja lahh, proker juga tinggal sedikit”, balasku. Setelah sampai di tempat tukang cuci motor, ternyata om pak cuci motor sedang tidak ada.  “boy, jangan mi deh, kembali mi, langsung saja pergi perbaiki.”, kata teguh. Sementara di perbaiki motornya teguh, sya pun tertidur di kursih sampai selesai di kerja. “boy,,, tidurko?”,Tanya teguh. “hmmm.ohh iya”, kataku kaget. Setelah selesai kami pun kembali dan langsung menuju dusun pakkeng, selain mengetes motornya bang teguh yang tidak bisa mendaki, juga memperjelas peserta-peserta gambus sebagai penampil sebentar malam. “boy, tidak laparko”, Tanya teguh. “kayagnya sedikit lapar. hahha”, kataku. Akhirnya teguh belok kanan, menuju tukang bakso langganan. “datangka lagi mbak”,kataku. “oh iya de, pesan apa?”,tanyanya. “Bakso biasa dan jumbo mbak”, kataku.

“ah tidakji mbak, pangsit saja terlalu besar bakso jumbonya”, kata teguh. “oh saya juga mbak pangsit saja”, ikut ku. “de, kita ketemu di cengkong di?”, Tanya om-om di seblahku. “addeh, dimana ya, ketemu sama om-om ini, perasaan saya tidak kecengkong kemarin”,batinku. “ohh iye pak, yang waktu hujan-hujan itu?”, kata sok tahu. “hemm, yahh”,jawabnya. Setelah makan, kami pun lanjut ke pakkeng. Setelah sampai kami bertemu imam rawatib, sekaligus menantu dosen pembimbing kami. Akhirnya kami di arahkan ke rumah puang riya, sang gambuser di dusun tersebut. Namun beliau tidak ada karena pergi ke kebun kerja. Kami pun tidak bertemu dan Alhamdulillah pak imam siap hendel tentang hal ini. Lalu kami pulang dengan sekantong sayur bunga kol yang diberikan oleh pak imam. Setelah sampai di posko, saya langsung istrahat. Baru saja istrahat..”boy, ada boy”, Tanya pak imam RK. “ ada ji pak tapi tidur”, kata tiwi. Saya pun di bangunkan dan diajak pergi ke RT II yang jalanannya cukup lumayan jauh nan mendaki. Tadinya rencanna mau naik motor. Tapi..”kak boy, mau kemana?”,Tanya salam. “ke RT II, ayo kesana”, ajak puang basa’. “tidak ada motor”, lanjut idin. “jalan kaki saja, ayomi”, ajakku. Akhirnya kami dan kawan-kawan remaja masjid berjalan di antara rindangnya pohon-pohon dan rentetan cabai, tomat dan cengkeh. Setelah sampai di atas (RT II) ternyata yang kami datangi tidak ada, katanya sedang ke Makassar. Kami hanya bertemu beberapa warga yang sedang memasang pipa. Beberapa anak-anak bermain dengan pipa-pipa itu. Akhirnya    kami pulang dengan tangan kosong, bermain sambil jalan bersama anak-anak remaja masjid membuat perjalanan tidak terasa. Setelah sampai, saya dan teguh, ke dusun sangkara’na untuk mencari peserta gambus, tapi lagi-lagi gatot (gagal total) karena orangnya sudah tua dan sudah rabun matanya. Akhirnya saya dan teguh ke posko 1. Setelah di posko 1.. “teguh, pulang duluan mi nanti saya ke seblah dengan kace sabri”, kataku. Sebelum pergi dengan kace sabri lalu saya di tahan oleh puang naba. “jangan mi jalan kaki, naik mobil saja sebentar bersama peserta lomba tari-tarian, tenang boy, 2 mobil di pesan”, kata puang naba. Betul saja, tak lama kemudian mobilnya datang, saya dan kace sabri naik mobil ke posko 2 yang sebentar lagi acara lomba tari-tarian akan di mulai.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   36

Setelah sarapan pagi ini, kami istrahat karena acara fashion show jam 2 nanti akan menguras tenaga. Ku ambil laptop si teguh, sambil nonton. “boy, kasi bangunka jam 12 nah”, pinta teguh. “oh siap bosku”, kataku. Beberapa jam kemudian kami siap menunggu adek-adek peserta fashion show, dan lomba tata boga yang di hias oleh para ibu-ibu. Semua perlengkapan pun selesai, termasuk meja dan seterusnya. Peserta tata boga dari dusun sangkara’na telah tiba, berbagai macam makanan terhias dengan begitu rapi. Bebek bakar, buah-buahan, sayur dan lain sebagainya beserta dengan ibu-ibu yang menjajakan kepada juri yang menjelaskan kandungan, keindahan tentang masakannya. Di susul makanan dari tuan rumah, yakni dusun bahoturungang, . lalu ..” halo, boy, mungkin dari dusun pakkeng agak terlambat karena tadi 2 mobil tidak cukup jadi bari ini cari mobil lagi”, kata pak rahmansyah di telpon. “oh iye pak, tidak apa-apa pak, kami siap menunggu”, jawabku. Dusun pakkeng juga adalah dusun paling jauh dari 4 dusun ini yakni dusun bahoturungang, dusun sangkara’na, dusun mamampang, dan dusun pakkeng. Akhirnya acara mulai setelah ashar. Acara di mulai dengan pembukaan fashion showyang di contohi oleh bapak dan ibu desa lalu diikuti oleh anak-anak peserta fashion show. Bapak dan ibu desa berlenggak-lenggok bak model mengikuti jalan yang sudah kami atur di atas panggung. Fashion show ini menarik karena berbagai pakain di tampilkan, ada yang jadi guru, petani dengan cangkulnya, pengantin, anak sekolah dan lainnya. Sebelum di nilai oleh juri, peserta fashion show di minta berjalan skitar 50 meter sebelum panggung melewati rumah-rumah warga. Setelah selesai, lomba fashion show saatnya lomba tata boga dari 4 dusun. Juri siap-siap mencicipi dan menilai, berputar kesana kemari. Sesekasli juri bertanya tentang seputar makanan yang disediakan. Sebelumnya saya membagikan kertas format penjurian, lalu yang masuk juri ada beberapa dari teman kkn termasuk naurah, unhy, dan isra serta ennhy. “eh jadi juri nah, mencicipi bukan makan.hahah”, ledekku pada mereka. “he, tenangko disitu boy, laparka”, jawab unhy. Akhirnya malam pun tiba, tapi posko masih ramai oleh warga. Rencananaya akan cepat istrahat, karena kelehan. Namun, karena antusiasnya masyarkat, sehingga harus menghabiskan malam bersama mereka. Tak kuasa menahan lelah, setelah mereka pulang kami pun rebah dan tidak sadar bahwa subuh telah lewat. (pagi).

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   37

Hari ini persiapan tentang ramah tamah. Setelah lomba kemarin di adakan tentunya butuh hadiah untuk diberikan kepada para juara. Lomba kemarin cukup banyak, piala dari kampus hanya ada 2 set, kami harus menambah piala-piala lagi. Selain piala tentunya juga butuh piagam. “boy, kamu ke Makassar beli perlengkapan nanti, samako husnah”, kata naurah.

“iya masih banyak yang perlu dibenahi, tapi belum ada barang mentah mau di kerja”, tambah teguh. “oke, saya sembarangji”, kataku. “hm..paling na suka itu boy kalau ke Makassar”, sambung ennhy. “iya, mentong ini boy, ingat nah boy, kau itu pergi belanja barang-barang, bukan pergi jalan-jalan”,lanjut zizah. Pagi-pagi kami berangkat ke Makassar, lalu kami pamit. Bertepatan dengan pengerjaan batas desa, sehingga saya tidak sempat berpartisipasi saat itu. di batas desa sudah ada, puang naba, teguh, dan masyarkat. Kami berlalu, dan kurang lebih 3 jam perjalanan kami pun sampai disamata. Rencana akan beli lem, kertas buku dan lain-lain. Namun karena hujan, akhirnya kami tertidur di salah satu kost teman. Tak terasa hingga malam hari. Esoknya, saya dan husna ke toko agung beli perlengkapan. “ boy, janganmi disini beli bingkai di, di talasalapang mi”, kata husna. “baiklah, semabarang saja, dimana bagus”, kataku. Akhirnya kami pulang mengambil spanduk “hatinya PKK” kali ini saya bersama ila, juniorku di black panther karate. Kartena kami tidak memakai helm, lalu..”heii,,berhenti, turun, kasi pinggir motormu. Kenapa keluar naik motor tidak pakai helm?”, kata brimob. Hingga akhirnya alot pembicaraan dan kami pun berlalu. Baru saja keluar dari percetakan spanduk lalu..”boy, pergiko juga beli piala malam ini nah”, telpon kordes. “ tapi tidak saya tahu tempatnya”, kataku. “samako unhy, ketemu di toko agung ko”, lanjutnya. “ ila, temanika ke gung nah de, mau beli piala”, pintaku. “asal ada makanan kak”, katanya manyung. Iye de, nanti beli juga ice cream, asal temani kakak”, kataku sambil jitak palanya. “ auuu, kak boyy sakit e…”,katanya melepas tanganku.

20 menit kemudian, kami tiba di agung, bertemu si unhy sekertaris, bersama temannya jalan ke Jl. Somba opu membeli piala. Setelah selesai tawar menawar akhirnya piala ada di tangan, kami pun berpencar. Saya kembali kan ke kostnya ila, lalu saya kembali juga istrahat karena esoknya masih banyak pekerjaan.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  38

Pagi ini, kami menunggu mopbil yang akan membawa barang-barang yang dibeli kemarin. Mobilnya datang jam 9 pagi, si husna di mallengkeri, sebagian barang ada disana. Sebelum jam 9 saya harus jemput husna dan barang-barang itu. sialnya, saya tidak tahu kost-nya di bagian mana, hingga akhirnya nyasar menyusuri lorong-lorong dan setelah lama berputar-putar akhirnya ketemu juga. Setelahnya kami harus kembali ke samata menunggu mobil itu. “halo pak, di samata dekat bundaran, ada masjid, ketemu disana saja pak kataku lewat telpon.” Oh iya de, sekarang saya di hertasning”, katanya. Benar saja, tak lama kemudian pak sopir datang dengan mobil full dengan orang dan barang-barang. “barang sudah di antar, terus apalagi?”, tanyaku ke husna. “istrhat dulu boy, sakit ka ini”, jawabnya. Akhirnya saya antar ke kost-nya. Setelah, dhuhur, “boy, kamu saja ke toko agung sama unhy beli bingkai nah, masih sakitka”,kata husna. Lalu saya pun ke toko agung, ternyata si unhy belanja perlengkapan lain di tempat lain, olehnya itu terharus saya sendiri yang harus belanja. Ternyata setelah keliling, di dalam toko tidak ada yang seperti yang ada di list belanjaan, kecuali kertas sertifikat. Akhirnya saya kembali ke talasalapang untuk membeli bingkai, ternyata lebih tidak ada. Akhirnya saya kembali lagi ke agung, lalu..”mbak, tidak ada yang sama dengan bingkai ini, kami butuh 22 buah, ini hanya 15 buah?”, tanyaku. “ ada yang lain de, harganya juga lebih murah baru saja masuk barangnya, bingkai sertifikat toh de”, katanya. “iye kak”, balasku. “ini bingkainya de, 11.500 perbuah, ambil troli dan suruh packing disana”, katanya. Jam sudah menunjukkan pukul 14.15, saya masih di took agung, lalu si unhy menunggu di depan mall ratu indah ( depan agung juga) setelah sampai disamata, saya lanjut menjemput husna untuk membeli kertas buku di tokjo guna darma ilmu, depan kampus UIN Alauddin Makassar di Samata. Setelah semua, kami pun berangkat ke tombolopao, ada si unhy yang memakai motor puang naba dengan penuh depan belakang barang-barang. “begitu rempongmu unhy”, kataku. “iya, barang-barang ini untuk perlengkapan kue untuk ramah tamah nanti”, balasnya. Saya membonceng husna dengan bingkai se-dos yang sudah di packing tadi. Ternyata tak terasa malam pun tiba, akhirnya kami berangkat dengan gelapnya malam. Berjalan sudah cukup lama, akhirnya kami memasuki daerah kota bunga yakni malino. Sudah dingin ternyata kami kehujanan pula, lengkap sudah. Kami berhenti sejenak, namun hujannya awet. Perjalanan masih jauh, rintik hujan masih senangnya turun menari-nari di malam hari. Akhirnya, kami ikut menari dengan melanjutkan perjalanan walau kedinginan. Tak lama kemudian kami samnpai di kanreapia. Kami nge-bakso untuk menhghilangnka kantuk dan rasa dingin. Walau demikian, kami tetap kedinginan, karena abaju sudah basah di tambah kanreapia memang terkenal dengan kampung terdingin di tombolopao. Sebenarnya saya punya jas hujan di bagasi motor, namun karena yang lain tidak memakai jas hujan akhirnya ku biarkan njas hujan kehangatan di bawah bagasi. Setelah sampai di posko 2 ternyata teman-teman ada di posko 1. Akhirnya kami pun menyusul ke posko 1 bermalam. Malam itu lumayan keterdinginan, sebelum tidur kami berbincang-bincang, dengan bapak posko sembari menunggu teman-teman dari nrumah pak mu’in (dekat posko 1) yang sedang membantu membuat kue untuk wisudah anak-anak TK-TPA se- kec. Tombolopao. Larut malam, akhirnya mereka pun tiba di posko 1, karena sebelumnya kami bercanda tidak pulang mala mini karena kemalaman, sehingga mereka terperanjat kaget melihat kami yang sudah berada di posko. “puang, mana sabri”, tanyaku. “oh turun tadi bersama pak polisi yang di kecamatan, katanya kenalannya”, kata puang naba. Setelah cukup larut, akhirnya kami pun istrahat hingga subuh hari.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   39

Pagi inin kami bagi job, saya dan teguh menemani teguh ke bengkel untuk memperbaiki motornya sebelum ke dusun pakkeng untuk mempertanyakan kesiapan anggota pak rahmansyah  dalam pertunjukan saat acara malam ramah tamah.

Kami ke sinjai cari bengkel, sekalian cari pom bensin. “maaf mbak, dimana ada tukang bengkel disini”, Tanya teguh. “oh, kita lewati de, disana dekat makan pahlawan sebelah kanan”, balasnya. “oh iya terimah kasih mbak”, ucap teguh. “boy, kamu tahu tempatnya”, Tanya teguh. “iya di seblah kanan, ada pertigaan masuk sedikit, tapi bengkelnya di seblah kiri lorong itu”, jelasku. Setelah beberapa menit, kami pun sampai, akhirnya motor teguh pun di perbaiki. Setelahnya, kamim menuju dusun pakkeng. Biasa kami pun singgah di tempat penjual bakso. “pesan apa bang bos ku”, tanyaku. “pangsit mo, Tanya mbak-mbak baksonya”, kata teguh. “tumbeng bukan bakso jumbo”, tanyaku. “rasa baru boy, sudah mau penarikan toh”, katanya. Setelah makan, kami menuju dusun pakkeng, kami nmenuju rumahnya pak rahmansya. Setelah berbincang-bincang, Alhamdulillah anggotanya yang bela diri silat (tapak suci) siap tampil di acara ramah tamah. Tak terasa kami sudah berbincang dan akhirnya pamit pulang. Ternyata kami kemalaman di jalan dan sedikit rintik, sehingga langsung kje posko istrahat untuk persiapan persiapan acara ramah tamah yang semakin mepet.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   40

Pagi ini, kami menuju dusun sangkara’na (posko 1), bertemu teman-teman (unhy, isra, kace sabri, husna dan aam si kordes) untuk bersiskusi tentang konsep acara ramah tamah. Kami membagi job, kebetulan hari ini ada lomba festival anak soleh di kecamatan. Kami mengutus 3 orang perwakilan, penghapal surah pendek 2 orang dan lomba adzan 1 orang. Yuli, hairun di antar oleh husna, lalu aksa di antar oleh kace sabri. Saya dan teguh menuju dusun mamampang (dusun ibu kota desa mamampang), disana saya dan teguh bertemu ibu nurlaela, bertanya tentang kesiapan anak-anak didiknya untuk tampil di acara malam ramah tamah. Kami pun meneruput teh manis dan kue coklat yang di sediakannya. Setelah mengiyakan bahwa anak-anaknya siap tampil, kami pun berlalu. Si teguh, tidak mau saya bonceng jalan di depan rumah ini cukup curam dan bertikung seperti huruf “S”. di jalan inilah saya terjatuh dulu bersama kak bambu (salah satu pemuda desa mamampang) saat pulang seminar desa. Untung saja tidak terjerembab masuk dalam jurang di samping jalanan itu. “ayomi teguh saya bonceng, bagus ji ini rem motor”, ajakku. “ah tidakji boy, jalan duluan mi, nanti di bawa jalan aspal baru naik ka”, sanggahnya. Setelah di jalan beraspal, si teguh berani saya bonceng. Setelahnya kami pulang, dan istrahat hingga malam hari, secara hari ini hujanyang menghambat pekerjaan kami. Lumayan, ramah tamah semakin dekat, posko semakin ramai, semua usia datang bersilaturahmi dan bercengkrama dengan kami. Kami pun bersedia di temani bercerita hingga larut walau sedikit lelah, karena tak lama lagi kami akan meninggalkan mereka.

Setelah mereka berlalu, kami pun istrahat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   41

Pagi ini saya diutus teman-teman menuju pakkeng, “ boy, ke dusun pakkeng sentar nah, sekalian kalau kembali belikan bakso”, kata teguh. “oh iya, dalam rangka apa saya kesana”, tanyaku.” Follow-up ki pak rahmansya, anggotanya saat malam ramah nanti, tapi itu bakso simpan di bagasi nah, tidak enak hati na liat anak-anak bela, hanya sedikit, uang juga sudah minim”, jelasnya sambil berbisik. “ apalagi ini boy sama teguh berbisnis”, kata teguh.  “ah, tidakji, ini motornya teguh kurang rapat bagasinya”, sanggahku. Akhirnya saya pun pergi, melaju sendiri berjalan berpuluh-puluh kilo meter, hingga akhirnya sampai juga, lalu ku temui pak rahmansya, Alhamdulillah beliau mengatakan bahwa anak-anak tapak suci siap tampil untuk menghibur warga dalam acara ramah tamah. Setelahnya saya pun pamit, “kenapa tidak menelpon saja de, jauh sekali kamu kesini hanya untuk memepertanyakan kesiapan anggota kami, kasian kamu, lelah de”, katanya prihatin. “ah tidak jadi masalah pak, sekalian juga ada perlu di desa lain, berkunjung ke posko teman juga”, kataku. “oh begitu, iya hati-hati di jalan de’ salam sama teman-temannya disana”, kata bapak. Setelah di posko, ku perhatikan apakah si ennhy, zizah, dan naurah tidak melihat saya membuka bagasi motor. Ternyata mereka lagi di dapur, lalu ku bawa kantongan yang berisi bakso ke dalam kamar. Di makan oleh si kawanku teguh, lalu saya keluar depan rumah melihat-lihat warga sekeliling, bercanda dan bersenda gurau.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   42

Penarikan semakin dekat, akhirnya kami jalan-jalan keliling kampung sebelum kami pulang. Saya berboncengan  dengan ennhy, berkeliling desa. Lalu tiba-tiba penanjakan, ternyata sampai di atas bukit kami melihat desa-desa lain dari atas sana. “lumayan jauh ya, mendaki juga”, kataku pada ennhy. “ehhh,,dekat ji ini, kemarin dulu waktu ta di Makassar saya dan naurah dan cicha jalan ja, sama anak-anak desa mamampang, kita itu yang tidak ada”, katanya. “ yah kan saya ke Makassar sama teguh, biasa ada urusan sedikit”, kataku. “urussan terus, baru disini banyak ji juga urusan”, katanya lagi. Beberapa hari sebelumnya saya menemani teguh pulang, ada kegiatrannya di organisasi lain, sebelum tiba Makassar .”boy, laparka ayo makan dulu”, kata teguh. Kami pun makan di warung pinggir jalan. Lumayan makan gratis oleh bang teguh. Kebetulan setelah sampai saya berpisah dengan teguh, ia melanjutkan ke kegiatannya, lalu saya singgah di kampus, ternyata ada juga kegiatan organisasiku (black panther karate), sekalian ikut juga sebelum kembali ke lokasi kkn. “eh kak boy, saya kira kkn ki kak, ai lari dari posko ini”, kata azih. “tidaklah de, sudah izin sama kordes”, kataku. Besoknya, saya dan teguh pun balik. Tiba-tiba hp ku berbunyi. “boy, belikan ka kartu im3 nah, kartu kuota nanti disini di ganti uang mu”, kata zizah. “saya juga boy, sekalian titipka”, tambah ennhy. Saya dan teguh pun kembali ke posko.

Akhirnya tak terasa cerita dengan ennhy, teman-teman lain sudah jauh kedepan. “ennhy, yang mana lagi jalannya ini ada belokan”, tanyaku. “hemmm…boyy, terlalu banyak bicara sihh, kita ketinggalan, belok kanan depan baru lurus”, kata ennhy. “ya salah lagi, maaf”, kataku. Benar saja tak lama kemudian kami tiba di salah satu rumah warga, ternyata ada juga keluarganya di desa mamampang, tahu bahwa kami anak kkn yang sebentar lagi penatrikan kami pun di beri tomat dan sayur mayor. Kami berkunjung ke rumah itu untuk mengembalikan baju tari-tarian yang kami sewa ketika ada lomba beberapa minggu lalu. Di tengah perjalanan anak-anak bergerombol di depan, ternyata salah satu motor dari mereka terlepas rantainya. Setelah di perbaiki, kami pun pulang bareng-bareng ke posko. Setelah di posko, kami pun bergegas mempersiapkan acara ramah tamah.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  43

Setelah selesai acara perlombaan, kami pun ke air terjun bantimurung gallang di desa pao untuk mencuci karpet yang di pakai alas di atas panggung. Kebetulan di desa pao, ada bang ilham temanku sekelas di kampus. Beliau bertindak sebagai kordes (koordinator desa). Setelah sampai di air terjun, kami pun mencuci karpet itu, kami pun mencuci sambil main-main dan sesekali lompat di atas batu di dekat air terjun. Bukan hanya saya dan teman-teman kkn dari desa mamampang tetapi juga teman kkn dari desa pao dan laskar pemuda desa pao. Ternyata karpet ada 2, setelah di cuci beratnya minta ampun. “jangan mi bonceng itu karpet ketua, kasi naik saja di mobilnya anak-anak laskar pemuda desa pao”, kata ilham padaku. “tidak apa-apa ji?”, tanyaku. “tidak ji ketua, sekalian kalau bisa pinjam ka juga mau di pakai ramah tamah”, sambung ilham. Akhirnya, kami pun bergegas pulang karena kesorean. Sampai di posko “ada kahh”,kata teguh. “tunggumi, sementara di goreng”, kata zizah. Ternyata sore itu kami minum teh sama-sama. Pisang goreng, yang di beli ibu posko di pasar. “bagaimanaji tadi boy, berat ki itu karpet?”, Tanya bu posko. “berat sekali bu, tapi di simpan di pao, katanya mau di pinjam dulu untuk ramah tamahnya mereka”, jawabku. “ku bilang ja, jangan mi cuci, berat ki itu”,lanjut ibu. Si raisul dan tiwi berada di samping kiri dan kanan ku. “ kak boy, kakak teguh ompo dudu attangna”, kata raisul polos. Semua orang tertawa bahak, melihat kepolosannya. Raisul langsung sembunyi di belakangku, karena semua orang ketawa. Kebersamaan kami terhangatkan oleh teh dan pisang goreng yang di sugukan oleh ibu posko.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   44

Pergi jumatan di RT 2 bersama bang teguh, kak takim dan bendahara desa. “boy, pergi ki ke RT 2 nah, saya di panggil pak bendes dan kak takim kesana”,ajak teguh. Tak lama kemudian. “boy, ayo pergi jumatan di RT 2”, kata pak bendes. “iya pak, teguh sementara pakai baju”, jawabku. Tak lama kemudian kami pun pergi, saya di bonceng bang teguh. Perjalanan cukup jauh nan mendaki, akhirnya kami pun sampai. Ternyata tak begitu banyak penduduk, rumah masih langka antara rumah yang satu dengan lainnya berjarak cukup berjauhan. Masjidnya pun lumayan masih sederhana, bedug masih asli menggunakan kulit binatang sebagai pertanda akan adzan tiba. Ku lihat wc, ternyata tak berpintu. Lalu saya mencoba mencari rumah untuk buang air kecil. “assalamualaikum pak, mau buang air kecil”, kataku. “silahkan de, ada wc di bawah kolom rumah, turun saja”, katanya. Beberapa menit kemudian, kami sholat jumat. Biasa si teguh sang andalan untuk berkhotbah.  Biasa sebelum khotbah “boy, kode-kode ka nah, kalau terlalu lama”, bisik teguh. “oke, siap bang bos ku’, kataku memberi jempol. Setelah selesai jumatan, kami akan bergegas pulang ke posko. Namun..”teguh, jangan dulu langsung pulang nah”, kata pak bendes. “biar kami pulang saja pak, masih ada yang harus kami urus di posko, boy juga di tunggu sama teman-teman di posko”, kata teguh cari alasan. “ah, tidak ji itu, kita singgah saja dulu di rumah warga”, lanjut kak takim. Akhirnya kami tak sanggup beralasan lagi, terharus kami singgah di rumah salah satu warga dekat masjid itu. Ternyata di atas karung, terdapat sebiji alvukat. “boy, bawa saja ini alvukat, bawakan teman di posko”, kata pak bendes. Akhirnya ku simpan di dekat jaket. Tak lama kemudian, makanan siang tersaji, tidak bisa tidak, kami harus makan. Karena begitulah salah satu kebiasaan masyarakat di sini, tidak  boleh pergi sebelum makan. Bercerita panjang lebar hingga lupa waktu, dan masih banyak yang harus di benahi. Akhirnya kami pamit duluan, ternyata sampai di posko, “hemm, mentong ini boy sama teguh, katanya sholat jumat, baru sampai sore seperti ini”, ngomel naurah. “jauh naurah, di atas bukit itu RT 2”, belaku. “alasan itu boy”, lanjut ennhy. “ah sudah boy, kamu tidak bisa lawan cewek-cewek, cerewet itu boy, ayo lanjut saja apa yang bisa kita kerja”, ajak teguh. Akhirnya kami pun lanjut benahi pekerjaan lainnya. Sementara yang perempuan istrahat di kamarnya.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  45

Hari itu sore-sore, sebelum penarikan kami ajak anak-anak desa mamampang pergi jalan-jalan. Saya berboncengan dengan ennhy dan raisul. Pergi ke hiru-hiru, salah satu tempat wisata di tempat sinjai. Di tengah perjalanan, ternyata raisul tertidur di depan ennhy,”boy, tertidur raisul”, kata ennhy. “oya, coba liat sendalnya, ambil nanti jatuh”, kataku. “aii, hilang 1, tinggal bagian kanan ada”, lanjut ennhy. “biar lanjut saja dulu, nanti kembaliu kita cari”, kataku. Akhirnya kami sampai di hiru-hiru. Si ennhy naik papan luncur lewat tali, husna naik pohon yang sudah di beri tali temali. Setelahnya, kami pun ke sungai berenang. Ternyata beberapa teman tidak tahu merenang, termasuk ennhy yang sering ke masukan air tenggorokannya. Beberapa adek-adek loncat di atas batu, salto dan menyelam. Setelah kembali, kami menuju lapangan manipi untuk foto-foto. Berkeliling-keliling naik motor hingga sore tiba. Kami pun pulang, lalu melihat ke kiri dan kanan mencari sandal si raisul tapin tidak ada. Setelah pulang, “bu, hilang sendalnya raisul, tertidur di atas motor”, kata ennhy. “oh iya tidak apa-apa ji nanti di belikan lagi”, balas ibu posko. Akhirnya kami pun mandi dan siap-siap ke masjid untuk belajar dan mengajar mengaji bersama anak-anak desa mamampang dusun bahoturungang. Malam itu kami di tantang anak-anak untuk mengaji dengan alunan, pertama si teguh lalu anak-anak dusun bahoturungang. Terakhir saya yang mencoba tunjuk kebolehan, ternyata saya keringat dingin dan bercucuran. Akhirnya di lap oleh zizah dan naurah sambil ketawa melihat ku. Akhirnya kami pun pulang makan malam dan istrahat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  46

Setelah jumatan saya ke desa pao untuk menunggu teman-teman ukm black panther karate. Tapi sebelumnya, saya menulis di sebuah buku tentang kegiatan kkn kemarin. Sementara saya menulis, tiba-tiba zizah, membuka gorden kamar dan melihatku menulis. Sontak ku sembunyikan buku itu. “ciyee boy, lagi menulis-menulis surat”, ledeknya. “ah tidak, ini lagi menulis kegiatan ku besok dan teman-teman ku, juga persiapan sambutan seminar besok di desa pao”, sangkalku. “ah ngaku aja boy, saya ji”, lanjutnya. Lalu ku liati dan ia pun berlalu. Setelah pamit dengan bapak dan ibu posko saya pun pergi. Setelah sampai, “ketua, bagaimana, dimana sekarang anggota ta?”, tanyanya. “masih di Makassar, palingan sore baru ada”, kataku. “masuk dulu istrahat ketua”, ajaknya. Di balai-balai rumah ada pak suwarno bhabimnas (polisi) tombolopao. Kami bercerita hingga menjelang sore, pak polisi tadi bercerita dan memberi wejangan. “ketua, bagaiaman anggota ta, sudah berangkat?”, tanya nya lagi. “belum, sementara mempersiapkan di bawah (Makassar)”, kataku. “oya kalau begitu, ayo pergi jalan-jalan bersaam bude (bu desa) di manipi ketua, ke hiru-hiru juga”, lanjutnya. “baiklah, ayo”, kataku. Di tengah perjalanan saya di telpon ketua senior fadli, menanyakan kesiapan kami. Akhirnya menjelang sore, kami masih di manipi, kami tidak jadi ke hiru-hiru karena jalan yang rusak. setelah selesai berfoto dan bercerita, kami pun kembali. “ketua, bagaimana ini disana, saya sudah di jalan”, kata senior fadli. “oh iya dimana mi ini, kalau sudah ada di pao, telpon saja”,kataku. “oh iya, masih jauh ini, stay di jalan nah”, lanjutnya. Setelah maghrib kami berkumpul di posko pao, ku tunggui di pelataran rumah, tak berapa lama kemudian, “ketua ada ma di pao mutar-mutar ini, di bagian mana poskonya”, tanyanya di hp. “ada itu rumah besar sebelumb masjid”, kataku. “oh iya ka di masjid ka ini, jadi kembalika ini”, katanya. “iya, saya di pinggir jalan ini”, kataku. Akhirnya kami pun bercengkrama sambil menunggu teman-teman lain. “ketua, bagaimana ji konsumsinya”, Tanya senior fadli. “oh iya belum, tunggu ya saya Tanya dulu kordes”, kataku. “bagaimana konsumsi bang kordes”, tanyaku. “oh iya tunggu dulu, ayo ke rumahnya kak gondrong”, kata kordes. Setyelah bicara-bicara ternyata makan malamnya tidak disiapkan. Kurang lebi 20 menit, beberapa senior kami telah berkumpul. Kak yudhi yang dari sinjai, kak nawir dkk, dari Makassar.  Kami berbincang dan bercengkrama dengan teman-teman laskar pemuda tombolopao. “ketua, bagaimana disana, sudah siap, anak-anak sudah masuk malino”, kata kak akbar di balik hp bersama bibit pohon yang akan di tanam. “oh iye kak, kami sudah banyak disini, sudah ada juga kak yudi dan kanda fadli”, balasku. “oh iya stay saja disana”, balasnya lagi. Malam semakin dingin, kami menghabiskan waktu dengan bercerita walau baru saja kenal dengan tapak pemuda, tetapi mereka sangat bersahabat. “dimana ini, karena saya sudah masuk di tombolopao ini?”, Tanya kak akbar di balik hp. “lurus-lurus saja kak, banyak motor di sebelah kiri setelah kantor desa pao”, jelasku. “oh iya saya sudah ada di tonasa ini”, katanya. “iye kak, lewati tamaona, ada bendungan sudah dekat itu”, lanjutku. Setengah jam berlalu mereka pun sampai, mereka kedinginan karena menggunakan mobil pick up. Bendera UKM Black Panther Karate dan bendera UIN Alauddin Makassar di turunkan lalu mereka masuk ke rumah dengan muka-muka pucat karena kedinginan. “Bagaimana ini boy, bermalam dimana anggotamu, apakah ke pattallassang di rumahnya kaka di atau dimana?”, Tanya kak akbar. “tunggu dulu kak, saya temui dulu kak gondrong”, kataku. Lalu saya berlalu menuju kak gondrong. Setelah berbincang-bincang, kami dibiarkan nginap di rumahnya, masalahnya kemudian adalah keluarga kaka di nompo sudah mempersiapkan tempat tidur di rumahnya di pattallassang, lalu masalahnya sudah larut malam, lalu mobil tidak bisa kesana karena rusak jalanan dan mobil yang di tumpangi akan kembali ke Makassar malam itu juga. Lalu saya coba telpon kak adi dan meralat ke rumahnya karena persoalan tadi. Syukurlah beliau sangat mengerti kami, sehingga kami tidak mesti ke rumahnya. Kalaupun kesana anak-anak pasti kelelahan apalagi besoknya akan menanam pohon sebanyak 700 pohon yang tentunya bbit pohon itu juga akan di bawa, maka lengkap sudah penderitaan, untungnya tidak jadi ke sana malam itu. sembari menunggu yang lain, beberapa teman termasuk kak nawir ku ajak ke posko kkn desa mamampang tempatku kkn, beliau menjenguk adiknya naurah disana, hingga nge-teh di rintik hujan malam menyertai kami, setelah berbincang, kami pun kembali walau masih rintik. Sampai di pao, kami pun kedinginan, tak lama berselang, “boy, bagaimana disana, saya sudah berangkat ini”, kata kak dhalib di balik hp. “sudah ada rombongan kak”, kataku. “oke, nanti saya telpon lagi”, katanya. Jam 11 lewat kami bercengkrama, “halo boy, pingsan anggotamu, kedinginan di desa kanreapia”, telpon kak dhalib. “alamak, jadi kak, bagaimana sekarang?”, tanyaku. “sediakan saja sesuatu disana yang b isa menghangatkan tubuh”, lanjutnya. Kami pun memepersipkan hal yang diminta. Tak berappa lama mereka pun datang. Nadhilah di papah masuk ke rumah yang tidak sadarkan diri karena kedinginan. Kami pun panik, “tenang mako situ boy, tidak ji itu, jangan sampai karapa-karapa ko”, nasehat kak yudi. Segala cara di lakukan, akhirnya sembuh juga. Sementara teman-teman cewek yang lain mempersiapkan makan malam. Selagi menunggu makan malam, mereka pun main domino yang di beli ketika datang tadi. Setelah makan, “bang kordes, dimana ini tidur yang perempuan?”, tanyaku. “tunggu dulu nah, ku Tanya dulu kak gondrong”, balasnya. Setelah beberapa saat, mereka pun menuju rumah depan rumahnya kak gondrong. Setelahnya saya pun di datangi. “ketua, di rumahnya saja kaka di yang perempuan”, katra kak gondrong. “oh iye kak, saya arahkan dulu yang perempuan”, kataku. “oh iya, semangta ketua”, jempolnya. Setelah semua selesai, kami pun istrahat. Subuh pun menjelang, perempuan sudah sibuk-sibuknya mempersiapkan sarapan pagi. Setelah selesai, kami pun memulai kegiatan yakni, penanaman 700 pohon di sepanjang jalan pattalassang. Setelah pagi kami gotong royong membawa bibit-bibit itu, masing-masing 1 kantong berdua Karena kami lumayan banyak. Kurang lebih 50 orang). Berjalan berbarengan dengan kantong bibit, cangkul, parang dan linggis. Kami jadi sorotan warga, lalu berjalan menuju bantimurung gallang, tapi sebelum air terjun itu, kami belok kanan ke arah jalan dusun pattalassang. Di antar oleh bhabimnas pak suwarno. Setelah sampai, kami singgah di salah satu rumah warga untuk mengambil bambu untuk di jadikan pasak. Penanaman pertama oleh pak desa Pao, pak suwarno dan saya sebagai ketua black panther ketika itu. mulailah kami berjejer menanam pohon di sepanjang jalan, “boy, sini naik di motor ku bawa 2 kantong bibit-bibit itu, kita bawakan anggotamu”, katanya. Saya pun naik motornya lalu di ambilkan kantong bibit oleh salah satu teman, saya dan pak suwarno berkali-kali putar balik ambil bibit lalu teman-teman lain menanamnya, sampai di atas ada pemandangan yang lumayan bagus, tak lupa kami berpose, lanjut menjelang siang kami sampai di rumah-rumah jaga yang di prakarasi oleh pak suwarno. Kami berhenti istrahat menunggu teman lain, “ila, dimana ambil timun?”, tanyaku. “di situ kak, warga yang kasi”, katanya. Tak berapa lama, teman lain pun makan timun, lalu kami kakian timun ramai-ramai. Setelah beberapa orang sudah sampai, kami pun melanjutkan menanam pohon. “de’ siapa itu sepatu kita pake de, besar sekali?”, tanyaku “sepatunya kordes kak”, jawab daya. “sembarang tong kita de, tidak berat memang, kayagnya itu sepatu cukup besar”, lanjutku. “ah tidakji kak, daripada saya becek”, lanjutnya pun. “kak boy, tanya nanti kordes nah, hilang sendalku, kayagnya kakak gondrong atau emannya yang pake ki bah”, katanya lagi. “ah ikhlaskan saja, nanti lagi beli”, kataku. “enak ta di kak, belikan pale”, katanya. “addehh, iya de, nanti saya Tanya kordes, kere kakak ini, banyak pengluaran selama kkn, bnarusanku juga suka makan bakso, mungkin tertular sama teguh ini”, kataku. “benaran do kak”, lanjutnya. ku pandangi dan, “lihat saya de, apa ia saya keliahatn berbohong”, kataku. ‘iye ji ketum”, katanya. “ayo mi lanjut tanam de, sebentar singgah di bantimurung gallang kalau balik”, kataku. Kami pun melanjutkan menanam pohon. Baru saja bergerak kami di datangi anak kkn dari univ. Bosowa. Kami pun di bantu hingga  selesai. Perut sepertinya sudah lapar, kami pun kembali beramai-ramai, berjalan berkilo-kilo akhirnya sampai di air terjun bantimurung gallang, kami pun mandi-mandi dan bersenagng-senang. Setelah selesai, kami pun kembali ke rumah melanjutkan kegiatan berikutnya yaitu seminar dampak teknologi di era modern dan penyakit HIV AIDS (pemateri, kakkanya ilham) , di rangkaikan dengan penyuluhan narkoba oleh pak kapolsek yang di wakili oleh stafnya, serta penanggulangan terhadap penyakit kusta oleh perwakilan perawat puskesmas tombolopao, kegiatan berjalan dengan di pandu oleh bang dzem. Beberapa warga telah memenuhi kantor desa pao, kursih tidak muat sehingga sebagian berdiri. Setelahnya, kami pun bercengkrama dan siap-siap kembali setelah para pemateri dan peserta beranjak dari tempat ini. Sekarang masalahnya adalah, kami tidak punya kendaraan pulang, harus memutar otak lagi. Lalu saya mendatangi bang kordes ilham, lalu ke kak gondrong membahas masalah kendaraan pulang. Setelahnya, saya dan bang kordes di beri petunjuk oleh kak gondrong, kami di minta mendatangi warga yang bisa di pakai mobilnya, setelah sampai ternyata terlalu mahal, sehingga harus kembali lagi. Bermalam pun tidak karena semua persediaan konsumsi dan lainnya sudah habis. Akhirnya saya konfirmasi ke kak adi nompo, saya di arahkan ke pak desa untuk pinjam mobilnya, masalahnya tidak ada sopirnya, lalu saya mendatangi kak gondrong. Alhamdulillah, beliau mau dan tidak di bayar, hanya pembeli bensin dan rokok. Mereka pun berlalu sore hari ke Makassar, saya kembali ke posko pao bercerita dengan ilham, “alhamdulillha ketua berjalan lancar, andalan memang”, sanjungnya. “ah tidak bang kordes, berlebihan ki, merekalah yang antusias, dan ini juga tak lepas dari didikan sensei, senpai atau pelatih-pelatih kami, saya hanya perwakilan mereka, dan kita juga luar biasa bang ku”, sanjung ku pun. “ah tidak ketua, saya hanya fasilitator disini”, katanya. “dalam kerjasama tidak ada fasilitator bang ku, semua sama, masing-masing bekerja sesuai tanggungjawabnya”, kataku. “hahah, terima kasih ketua”, lanjutnya. “oya bang kordes, sudah hampir malam, saya harus kembali ke posko, kalau tidak pasti mereka mengoceh lagi biasalah anak perempuan,hahah”, candaku. “hahah, siap..siap, hati-hati ketua”, katanya. Setelah berjalan 20 menit dengan si kuda besi, saya pun sampai, saya di ejek-ejek lagi dengan naurah, zizah, dan ennhy, katanya saya keluyuran dan seterusnya, ku ajak berdebat pun saya kalah, sehingga ku akui kebenaranku yang seolah kesalahanku untuk sebenarnya membenarkan ku saat itu, lalu saya masuk kamar dan, “kok kayag ada yang berubah, tas, koper sudah tidak di tempatnya”, pikirku. Setelahnya kami pun makan nasi di malam hari (orang biasa sebut makan malam, tapi masak ia, malam yang di makan, biasanya kan nasi.heheh). “boy, maaf nah tas mu kami bongkar-bongkar, soalnya kami penasaran apa yang kamu tulis”, kata ennhy. “iya boy, maaf ya”, lanjut zizah. “ciye zizah, mungil bede dalam tulisannya boy”, kata naurah. “wahh, jadi kalian biangkladinya, yahh baiklah, terima kasih untuk membuatku sibuk mengurusi tas dan pakeanku dan terima kasih sudah membaca, nanti saya mau buatkan buku”, kataku. “teguh paling banyak di dalam, ka selalu sama pergi, dan paling banyak makan baksonya”, lanjut ennhy. “weh anu, kerja proker”, balas teguh. “kerja proker makan bakso, hahaha, saya juga mau”, kata zizah. “maksudku sekalian makan bakso setelah proker, kan kami biasa melewati, jadi singgah juga, lagian kalian juga seringji pesan anu”, kata teguh. “iya ji bos teguh, apami.”, kata ennhy. Hingga malam pun tiba, kami pun istrahat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  47

Karena keseringan keluar, saya pun di bully di posko, saya tidak boleh keluar lagi apalagi bermalam. Minggu ini, saya rencana ke Makassar, namun “boy, kalau kamu pergi lagi pulang ko, di luar mi koper mu”, kata naurah. “hahah, alamak, bahayana aji (sapaan naurah)”, kataku. ‘iya boy, pokoknya tidak boleh lagi pergi-pergi”, lanjut ennhy. “kami disini menanti mu boy, selalu pergi-pergi tidak ada yang di bully di posko,hahah”, kata zizah. “ohh, jadi saya bahan bully-an, tapi maaf saya harus pergi, saya sudah minta izin sama bapak posko dan kordes”, lanjutku. “tidak boleh boy, sekali tidak tetap tidak”, lanjut naurah. Saya pun melangkahkan kaki keluar rumah, dan mereka masuk kamar mengambil koper ku dan membawa keluar, saya pun berlari masuk ambil dan baku tarik-tarik sambil ketawa. Kami pun di ketawai oleh bapak dan ibu posko dengan tingka kami. Akhirnya saya berhasil ambiol koper, “eh, anu biarkan saja dulu boy pergi ada urusannya, kalian juga pernah ji pergi toh”, bela teguh. “ini juga teguh, na bela ka teman sekamar nah”, lanjut ennhy. “hahah, ah sudah tolong biarkan saya pergi kayagnya bakalan hujan, saya janji setelah ini tidak lagi”, kataku. “benar boy”, kata naurah. “serius boy”, lanjut zizah. Akhirnya saya pun pergi meninggalkan desa mamampang. Sebenarnya kejadian tadi membuat persaudaraaan kami melekat makin erat, peristiwa ini tidak kami biarkan hilang. Olehnya itu, saya menulis ini untuk menambah erat tali silaturahmi di antara kami. Ternyata beginilah keseruasn kami dalam ber-kkn.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   48

Hari ini teguh, naurah dan zizah ke Makassar, tinggallah saya berdua dengan ennhy anak kkn di posko 2. Tak banyak kegiatan hari ini, kami hanya besantai dan bercengkrama dengan anak-anak dusun bahoturungang. Lalu sore pun menjelang, si ennhy ke posko 1 karena disana ada teman perempuan. Malanya tinggallah saya sendiri. Membuka-buka laptop bang teguh dan mendengarkan lagu-lagu serta melihat-lihat foto kemarin-kemarin. Sambil menulis-nulis kegiatan, karena hp saya rusak, biasanya kegiatan-kegiatan saya tulis di hp dan posting di facebook. “saya harus tulis di kertas, walau kadang malas, karena harus di kerja dua kali, karena inilah yang saya miliki setelah kkn, selain foto-foto dokumentasi”, batinku. Lalu ku lanjut tulisasn kkn per kkn. Lalu saya di panggil bapak posko, ke rumah salah satu warga yang sakit di samping rumah. Kami pun datang, bercengkrama dan di suguhi teh hangat. “kasian in I boy, di tinggal sama teman-temannya”, kata bapak posko. “kemana yang lain ia, naurah, teguh, erni dan siapa lagi itu yang kecil-kecil ?”, Tanya warga. “oh azizah itu, ke Makassar ki, kalau erni ke rumahnya puang naba, posko di seblah”, lanjut bapak posko. Menghabiskan malam bercengkrama, lalu saya dilihat mengantuk bapak posko, akhirnya kami balik dan istrahat.  Tak ada hari tanpa bercengkrama dengan warga, begutah sebenarnya anak kkn, saatnya dekat dengan masyarakat, baik secara pendidikan yang di tempuh (misalnya, jurusan pertanian, dakwah, komunikasi dst), maupun secara social atau tidak sesuai dengan jurusan karena pada dasarnya kita semua adalah masyarakat yang di bedakan hanya persoalan almamater. Percaya atau tidak, setelah kkn lalu kembali ke kampung da nada teman-teman yang kkn di kampung kita, maka secara otomatis kita adalah masyarakat yang sempat ber-kkn dulunya. Maka kkn adalah hanya menambah saudara, bapak, ibu, dan lainnya yang pada dasarnya adalah masyarakat.

Selamat menikmati kkn

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  49

Hari ini kami sama-sama ke dusun pakkeng, saling berboncengan. Belum sampai di dusun pakkeng, ban motor teguh bocor. Akhirnya, boncengan teguh di pindahkan, tapi motor sabri tidak cukup boceng 3. Akhirnya, “begini, teguh saya pake motor mu, kan kecilaj sampai dapat bengkel, kalian atur saja bagaiaman”, kataku. “oke baiklah”, jawabya. “ah, mjangan mi kami jalan saja”, kata naurah. ‘wehh masih jauh anu”, kata teguh. “biar mi sambil berjalan tunggu mobil kosong”, lanjut zizah. Benar saja ada mbil pick up lewat, mereka naik mobil itu sampai dapat bengkel. ternyata ada pak mu’in. kami bercerita hingga motor selesai. setelah selesai kami pun melanjutkan perjalanan, sampai di pakkeng kami ke rumah pak imam rawatib. Kami di suguhi teh hangat dan kue. Setelah memberi tahu dan mencontohkan lagu yang akan di lombakan nanti, kami pun berlalu. Di perjalana, motor teguh kembali bocor, akhirnya hairun, sabri dan teguh bonceng 3, erni dan zizah memakai motornya husna. Akhirnya kami bertukaran, sampai motor teguh di pakai sendirian oleh sabri. Saya yang di depan, berboncengan dengan husna tidak tahu bahwa motor teguh rusak lagi. Akhirnya saya dan husna menunggu di desa tamaona. Tak berapa lama, saya di telpon teguh untuk kembali, karena teguh lupa bawa uang, sementara saya juga lupa bawa dompet. Saya pun ke posko ambil dompet dan tarik uang di atm mini di tabbingjai. Tapi sebelumnya, “kenapa ko boy, buru-buru”, Tanya isra. “iya boy, kenapa buru-buru”, tambah puang naba. “motornya teguh rusak  puang, saya pergi ambil dompet Karena lupa bawa uang”, kataku. “oh, jadi bagaimana mi”, lanjut isra’. Ini saya harus kembali kesana. “oh iya boy, hati-hati di jalan”, kata puang naba. Saya pun berlalu, setelah sampai, ternyata lupa, husna saya simpan di pinggir jalan di tamaona. Baru saja mau ke bengkel itu, ternyata mereka sudah tiba. “ siapa uang di pake tadi?”, Tanya ku pada teguh. “uangnya anak-anak, berapa uang mu disitu boy”, Tanya teguh. “ini ada 2 ratus ribu”,  kata ku memberi uang itu. “oh, iya nanti saya ganti nah boy”, katanya sambil mengambil uang itu dan menyerahkan ke teman yang ia pinjami. Setelahnya kami kembali dan beristrahat di posko 1. “kenapa tadi motor mu teguh”, Tanya unhy. “ah tidakji, sedikit ngambek”, katanya. Setelah selesai istrahat, kami pun kembali ke posko 2 dan istrahat untuk proker berikutnya.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  50

Hari saya ke Makassar bersama pak solihin, Karen sama pak solihin ke makassarnya, tidak ada teman yang berani melarang. Hari ini saya menang dari teman-teman, tidak di bully-bully lagi. Jam 9 pagi kami pun berlalu, melewati hangatnya mentari di balik rimbunnya pohon-pohon kiri dan kanan dan jalanan. Berjalan dengan kecepatan normal, kami pun melewati desa pao, tamaona, tonasa hingga dapat malino, laju motor semakin kencang jalannya, di belakang saya pak solihin ternyata tertidur, akhirnya kami istrahat makan putu di pinggir jalan. Setelah selesai, kami pun melanjutkan karena sore sudah nampak. Ku laju motor dengan kecepatan sebisa ku, akhirnya kami sampai di rumah ibu pak solihin. “boy, lihat ini tanda nah, jemputka besok disini”, kata pak solihin. “iye pak, kalau begitu saya berlalu dulu”, kataku. Akhirnya saya pun sampai di rumah yang saya tinggali, coba keliling ke kost teman untuk melepas rindu. Setelah istrahat malamnya, say pun laju motor ke pattalassang di rumah ibu pak solihin. Saya pun tiba, lalu di suguhi makanan hangat dengan beberapa ekor ikan mujair. Kami makan bersama dan akhirnya kami berangkat ke tombnolopao, di perjalanan, lagi dan lagi pak solihin tertidur, di area kanreapia, daerah yang paling dingin di aderah ini, belia menghentikan ku di pinggir kanan. “boy, berhenti ko dulu, kita makan bakso”, ajaknya. Kami pun masuk sebuah rumah-rumah kecil yang menyajikan bakso. Sembari menunggu, ku coba keluar lalu memperhatikan sekeliling, cukup dingin, memang cocok dan pas berjualan bakso pedis di tempat ini. Sepertinya kalau saya tinggal disini akan sulit mandi ini, dinginnya mengurung niat untuk menyentuh air, kecuali di panasi airnya. Setelah berkeliling rumah-rumah itu, saya menuju masjid untuk buang air kecil. Saya kembali dan makan bersama pak solihin, setelahnya kami berlalu dan tiba di posko di tagih oleh-oleh yang tidak sempat saya bawakan. Ternyata hanya kata maaf yang bisa saya beri. Kkn itu adalah semacam surganya mahasiswa. Bisa berpetualang, bercengkrama dengan warga, nikmatnya makanan khas antar daerah, ramah tamahnya warga dan saling menyatukan persepsi untuk kerja program kerja sebagai tanda abdi kepada warga, tempat dimana kita ber-KKN (kuliah kerja nyata).

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  51

Kami ke dusun pakkeng menuju rumah pak dusun, ternyata pak dusun pakkeng se-zaman dengan pak dusun sangkara’na bapak posko kami. Mereka pun seumuran dan tuanya pun tidak jauh beda. Tetapi puang naba agak sedikit muda. Setelah masuk rumahnya, kami di sambutnya, lalu disusul istrinya. Kami di suruhnya masuk dan mulai bercerita. Biasa, saya paling banyak bicara, karena berbicara tentang sejarah mamampang ketika itu. soal sejarah dan tokoh-tokoh, saya paling antusias dengan itu. banyak komat-kamit tentang desa mamampang, salah satu desa tertua yang besar sekali lokasinya sebelum di pisah menjadi beberapa desa. Masyarakat pun ke makassarnya hanya naik kuda atau berjalan. Menempuh dengan waktu berhari-hari. Beberapa tokoh pejuang di beberkan oleh pak dusun ini, membuatku semakin jeli mendengar penejelasannya, hingga akhirnya saya di kagetkan oleh suguhan teh hangat oleh istrinya dan se bungkus kue. Teguh duduk di sofa depanku berdampingan dengan pak dusun sangkara’na, saya di apit oleh pak dusun pakkeng dan ennhy, sementara di kursih lain ada naurah, unhy dan zizah. Hari ini kami belajar sejarah, perjuanagn dan pejuang. Begitu antusias dan kami memperhatikan dengan baik. Setelahnya, kami berlalu dan di tengah perjalanan, kami di tawari markisa oleh warga, walau kecut kami menikmati, si zizah jalan duluan dengan cekatan, setelah beberapa kilo kami berjalan, ternyata ada mobil dari belakang yang searah dengan kami. Kami pun di angkutnya, ternyata kami tidak menemukan zizah di perjalanan, ternyata jalannya cukup cepat, dia sudah sampai di posko dan langsung masuk kamar tidur karena lelah. Hingga sore, kami mengajaknya npulang ke posko 2, tetapi beliau enggan karena kakinya yang masih pegal berjalan tadi. “kalian itu enak, saya jalan kaki weh, dari atas sampai di posko, ah kalian kerjasamanya kurang”, katanya. “bukan kerjasama kurang kamu yang terlalu cepat anu”, kata teguh. “hahah, kasiannya zizah. Tap berjalan itu sehat”, lanjutku. “ayo boy ke seblah”, ajak teguh. Kami pun berlalu dan istrahat dengan lelapnya di malam dingin. Selamat malam kawan.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  52

Hari ini kami silaturahmi ke rumah pak desa, kami di sambut oleh teman-teman kkp dari unismuh, setelah masuk, kami pun nmulai berkenalan 1 sama lain, ku perhatikan sejenak, ternyata kordes kkn uin dan kordes kkp unismuh, agak sedikit similar. Ternyata hal ini bukan hanya saya yang rasa, termasuk teman-teman juga.  “bagaimana kabar kalian di desa ini?”, Tanya pakde. “lumayan pak, warganya baik-baik semua”, kata teguh. “iye pak, baik sekali warga sini”, tambah naurah. “kau iya boy, bagaimana perasaan mu, banyak itu cewek-cewek disini boy”, kata pakde padaku di sambut tawa teman-teman. “hahah, iye pak, manis-manis pula, selain itu mereka berbakat, mengaji, qasidah dan mereka juga percaya diri”, kataku. “memang itu disini boy, sering mengadakan lomba, setiap ada kkn atau kkp selalum mengadakan lomba-lomba. Kemarin juga juara di kecamatan”, jelas bu desa. “luar biasa bu, seandainya ada pelatih dan wadahnya bu”, kataku. “iya belum ada, hanya masing-masing perdusun itu ada yang bimbing, tetapi secara menyeluruh sedesa mamampang belum ada”, kata pakde. Kami pun di suguhi, the hangat dan kue ala enrekang dan baje berbungkus daun pisang kering. Kami bercengkrama dan saling berbagi pengalaman dengan teman-teman kkp. Sore pun menjelang, kami pamit dan berlalu. Terimah kasih jamuannya pakde dan bude.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  53

Setelah selesai lomba seni dan budaya, kami rapat terbuka di atas panggung bersama pak desa, pak dusun dabn beberapa tokoh-tokoh di kampung itu. Hari ini kami membahas tentang batas desa yang akan kami buat menjelang penarikan. Beberapa hari yang lalu tentang bentuk dan warnanya sudah fiks, hanya saja dana dan teknisnya seperti apa. Tentang itu yang kami bicarakan malam ini. “sudah ada berapa dana kalian untuk batas desa ini?”, Tanya pak desa. “baru 200-an pak”, jawab naurah. Langsung saja, beliau mengeluarkan dompet dan memberi uang berlembar-lembar. Tak mau kalah, pak saleh pun mengeluarkan uang biru di kantongnya. Alhamdulillah, malam itu terkumpul banyak uang untuk semen yang akan di buat batas desa, lalu batu batako di sumbang oleh puang naba. Setelah semua selesai, kami pun berbicara lepas bercanda tawa dan melepas kepenatan sedari tadi yang sibuk kesana kemari mengatur lancarnya acara lomba seni dan budaya sedesa mamampang. Malam pun larut, mereka pun berlalu 1 per 1 untuk istrahat, kami lanjut bercengkrama dengan anak-anak desa dusun bahoturungang. Mereka enggan pulang, karena kami memutar film horor  berjudul “munafik” dari Malaysia menggunakan proyektor yang kami pinjam di sekolah. Setelah selesai, di lanjut main domino dan sebagian dari mereka tidur di panggung. Setelah subuh mereka pun berlalu untuk sekolah.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   54

Hari ini hujan rintik, “boy, temanika ke tabbingjai nah, ada tugasku harus di kumpul, ada disana teman kelas ku, mau di kirim email”, ajak sabri. “tapi baruka sampai kace, hujan juga”, kataku. “ah tidakji ayo mi, ada ji cewek disana, bantuka dulu”, katanya. “ah kau itu, ini bukan masalah cewek ya, saya antar kamu untuk bantu kamu, sambalado ini kace, masak cewek di jadikan umpan, hahah”, jawabku berlalu ambil kunci. “eh, kace pamit ko, sama ibu, nanti na cariko”, kataku mencari ibu di dapur. “bu, saya temani dulu sabri ke tabbingjai bu”, kataku. “oh iya, hati-hatiko nah boy, sabri juga”, katanya meraih tanganku yang ku sodorkan untuk salim. “ iye ibu”, kataku berlalu. Setelah sampai, ternyata ada juga teman cerwet se cerewet zizah di posko ku, dan ternyata mereka juga temanan. Lalu saya bayangkan kalau mereka bertemu pasti heboh seperti penjual di pasar ini. Baru saja duduk sebentar, kami di suguhi makan siang. “mari makan, anu, e siapa lagi namamu?”,Tanya gadis cerewet itu. “boy namanya itu, jangan bati-bati buaya darat itu”, kata kace. “wahh sambala kau kace, orang baik begini kok. hhah”, kataku membela diriku. “ah jangan mi bersilat lidah boy, se desa mamampang juga tahu, hahah”, kata sabri. “ahh tidak musah rebut, sini makan, disini juga buaya darat ji semua, hahah”, lanjut teman naurah. Kami pun makan bersama, “tambah-tambah ko play boy, jangan malu”, kata teman naurah. “hahah, play boy lalo kodong”, kataku. “hahha, Tanya naurah nah, nanti di rumahnya bikin kapurung kalau pulang dari kkn”, katanya. “oh iya siap bos”, tanyaku. “setelah makan, kami di suguhi the hangat dan kue beberapa toples.  Sementara si kace sabri mengerjakan tugasnya yang se-kelas di kampus. Setelah selesai, berbincang-bincang, kami pun siap-siap berlalu karena sore menjelang dan hujan sepertinya akan semakin deras. Kami pun pamit ke posko, “hati-hati ko sabri sama si play boy itu”, kata teman zizah si cerewet. ‘siap, tapi jangan play boy, play laying-layang mo, hahah”, kataku berlalu dengan kace sabri. Setelah sampai di posko, kami disuguhi makan oleh ibu, dan spsertinya tidak afdal tanpa makan sajian ibu sebelum pergi. Akhirnya, kami makan (lagi) sebelum berlalu ke posko 2. Terima kasih canda tawanya teman-teman, itu semua terekam di buku ini walau tak sesempurna disaat pertemuan itu.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  55

Kerja bakti di sabtu bersama pak posko dan raisul. Saat itu pembuatan jalan yang di lanjut sabtu lalu. Pagi itu saya cepat siap-siap, hari itu teman-teman perempuan pergi ke sekolah mengajar, sementara saya dan teguh ikut kerja bakti pembuatan jalan. Saya pergi duluan mendahului bapak posko dan raisul. Setelah sampai ternyata saya orang pertama hari itu, lalu saya keliling menuju jalan setapak yang akan di kerja. Sembari menunggu teman dan warga, sasya berfoto dan mencari buah jambu. Tak berapa lama, bapak yang di depan rumah duluan muncul, “boy, sama siapa?”, Tanya bapak tadi. “baru saya sendiri pak, teguh masih di rumah dengan raisul, kalau pak rusli ke kebunnya tadi”, kataku. Berselang beberapa menit, warga pun pada datang, termasuk pak rusli, raisul dan teguh serta kak ical dari kkp unismuh. Ternyata di dekat pembuatan jalan itu, om tadi menangkal air pohon aren (ballok), saat istrahat warga pun minum, tak terkecuali raisul dan teguh.  Saya juga sempat berminat, tapi tidak jadi. Kami pun melanjutkan bekerja, mencangkul dan melinggis tanah untuk di jadikan jalan tani. Setelah beberapa lama, kak ical pun pulang duluan. “boy, pulang mi juga kalau capek”, kata pak rusli (bapak posko). “belum saya pak, mungkin teguh”, kataku. “tidak pi juga boy, lanjut saja”, katanya. Tak terasa sudah panjang jalan yang di kerja karena kami borongan. Siang pun tiba, “boy pulang mi de, bawa mi adekmu pulang, ngantuk mi”, kata pak rusli. “ayo pale teguh, pulang lelahmi raisul, haha”,kataku. “haha, kau yang lelah boy”, katanya. “ayo pale”, lanjutnya. Kami pun berlalu. Di tengah perjalanan, raisul banyak sekali bicaranya, seperti otang mabuk. “wehh, icul kenapa ko, ketawa-ketawa dan bicara sendiri”, Tanya teguh. ‘Apa tadi boy, kenapa kecut-kecut”, Tanya teguh. “ballok itu tadi teguh, barusan minum”, kataku. “apa, ballok pantas raisul oleng”, katanya. “hahaha, tidak ji, tadi itu kata orang manis-manis asem, belum kategori ballok yang membuat teller”, kataku. “tapi tetap ballok toh”, lanjutnya. “iya”, kataku. Akhirnya teguh pun meludah-ludah dan berusaha mengeluarkan ballok tadi. “eh kan tidak tahu ji kan, bilang itu ballok”, kataku. “pantas tadi kecut-kecut, wehh oleng kepalaku boy”, katanya. “hahah, karena kecapean ji itu bang teguh”, kataku.  Kami pun berlalu dengan si raisul tak berhenti ngoceh sampai rumah. Setelah sampai kami pun mandi dan istrahat. Setelahnya, kami istrahat sampai menjelang maghrib karena kelelahan. Maghrib pun tiba, kami barengan ke masjid dan setelahnya kami pulang ke posko istrahat. Selamat tidur kawan..

Kuliah Kerja Nyata (KKN)   56

` malam itu kace sabri bermalam di posko 2. Setelah dari masjid, saya dan sabri beserta beberapa anak-anak dusun bahoturungang menuju ke dusun sangkara’na untuk mengecat tempat sampah yang sudah di buat oleh masyarakat. “sabri, ayo ke seblah cat tempat sampah, ternyata disana ada anak kkp unismuh dan pakde, serta kordes.  Setelah sampai, saya pun membantu mengecat tempat sampah itu, beberapa anak-anak di suruh mengambil oleh pakde di depan rumah warga untuk di cat. Tak lama mengecat, akhirnya teh hangat pun datang serta kacang goreng. Kami pun makan dan bercengkrama, sementara si wahid dari kkp plus semangat terus mengecat. “boy, bagaimana suasana mamampang?”, Tanya pakde. “Alhadmulillah, dingin pak”, kataku di sambut tawa anak-anak. “kalau kamu ia sabri”, Tanya pakde ke sabri. “anu saya pak biasaji, tapi kadang juga dingin ia”, jawabnya di sambut gelak tawa juga. “bagaimana prokernya kalian?”, Tanya pakde lagi. “Alhamdulillah sementara di konsep pak, ada juga bang teguh yang siap bergerak”, kataku. “kalau anak-anak di sebelah, bagaimana ji, na bantu ji anak kkn?”, lanjut pakde. “alhamdulillah pak, sangat membantu pak, termasuk pembuatan tempat sampah dan lainnya”, lanjutku jua. Setelah larut malam, kami pun bergegas pulang, anak-anak tadi bonceng 3 di antara gelapnya desa itu, gelak tawa mereka memecah kesunyian malam. Sampai akhirnya, kami mendapati pendakian, gelak tawa mereka semakin keras ketika motor mereka berjalan mundur karena taku kuat menahan beban mereka, motor mereka pun ntak punya lampu untuk menerangi jalan, tetapi mereka mahir karena jalan itu sudah di laluinya sejak kecil. Setelah di posko, kami lanjut bercengkrama  dan di suguhi kopi malam. Di senyapnya malam, mereka bercerita tentang susahnya melanjutkan pendidikan karena berbagai faktor, di antaranya masalah kendaraan, sekolah yang jaraknya jauh, dan lainnya. Semoga kedepannya ada solusi sehingga penerus-penerusnya bisa mengenyam pendidikan selayaknya teman-teman yang berada di kota. Hingga akhirnya keterngantukan dan mereka pun berlalu dan kami pun istrahat menanti hari esok untuk ber-proker.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  57

Hari itu, saya di posko 1 bersama naurah, mengunjungi teman-teman disana. Bercerita dengan puang kanang, puang naba dan teman-teman. ‘boy, ayo mi pulang ke posko, nanti na cari ki teman-teman disana”, kata naurah. “oh iya sembarangji”, kataku. kami pun pamit. “bagaimana ini aji, lewat jalan atas atau jalan bawah?”, tanyaku. “lewat jalan bawah saja, rusak jalanan kalau jalan di atas”, jawabnya. Kami pun berlalu. Di pertigaan antara dusun bahoturungang dan dusun sangkara’na, tiba-tiba ban belakang kepleset dan “gedebugghhhh” naurah terjatuh sendiri ke tanah. Untungnya rumputnya padat sehingga sepertinya “sakitnya” hanya tidak terlalu terasa. Saya akan marah, ternyata jatuh pun tetap ketawa. Ku sambut tawanya dengan rasa bersalah. “eh, boy jangan ko bilang-bilang kalau kita jatuh nah”, katanya. “nah, loh harusnya kan saya yang bilang supaya saya tidak kena imbas dari mteman-teman”, batinku. “ohh iya baiklah,hahh. Maaf ya naurah”, kataku merasa bersalah. “oh iya tidak apa-apa ji, licin memang jalan”, lanjutnya. “baiklah, ayo naik sekarang”, ajakku. “kasi kesana mi dulu di jalan yang baik”, sambungnya. Akhirnya kami pun berlalu ke posko. Ini sebenarnya saya tidak mau tulis, namun karena rasa kebersamaan suka dan dukanya yang menurut saya “bagus” juga untuk saya tulis. Maaf naurah si aji yang “rahasia” ini saya bongkar. setiap lewat di jalan itu, selalu saya teringat ekspresi naurah yang jatuh tunggal di motorku ketika itu. setelah sampai di posko, naurah pun cepat masuk kamar dan mengganti pakaiannya yang sedikit ada tanah melekat. Kami lanjut becengkrama dengan teman lain, hingga sore hari. Malamnya, kami ke masjid bersama warga dan anak-anak dusun bahoturungang.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  58

Malam ini ramah tamah, teman yang lain di posko 2 mempersiapkan segalanya, saya berada di posko 1 bersama teman yang di posko ini. Tadinya saya rencana jalan kaki bersama sabri. Tapi saya di tahan oleh puang naba, karena beliau sudah pesan mobil untuk ke posko 1 barengan dengan anak-anak dan warga dusun sangkara’na (posko 1). Malam itu, saya perhatikan puang kanang di posko. Lalu saya coba cari-cari di atas rumah. Ternyata beliau di kamar, “unhy, mana ibu posko (puang kanang)?”, tanyaku. “kurang tahu boy, tidsak ku liat tadi, jangan dulu gangguka, lagi ku make up i dulu anggotaku”, jawabnya. “oh iya baiklah”, kataku. “isra’ liat bu posko ndag?”, tanyaku lagi. “tidak boy, kenapa memang”, jawabnya. “ah, tidak. Dari tadi saya tidak liat, biasanya kalau saya datang, biasanya duduk bareng di kursih, tapi ini kok tidak saya liat ibu”, kataku. “mungkin istrahat ibu boy, tadi dari kebunnya”, kata sabri. Tak lama kemudian, beliau datang, “eh boy, adaki nak, dari tadi mi itu?”, tanyanya. “iye bu, istrahat mi capekki dari kebun itu”, kataku menyalami tangannya yang menua. Kurasa kerja keras selama berpuluh-puluh tahun tangannya, mata mulai keriput di terpa mentari, tubuhnya kurus karena termakan usia. Malam ini, saya lihat wajah berbeda dari ibu, matanya seperti pernah menitikkan airnya. “ah tidak ji boy, saya sehat-sehat selalu, saya sakit kalau saya tinggal di rumah”, katanya. “oh ya bu, ke sebelah sebentar ya bu, acara ramah tamah”, pintaku. “aii tidak bisaka saya nak boy, kepala ku biasa pusing kalau begadang”, sangkalnya. “ayolah bu, malam ini kami terakhir untuk saat ini di kampung ini, kalau pun datang, mungkin lama pi lagi”, kataku agak merengek pada ibu. “ah, jangan bilang begitu boy, sering-sering kesini, jangan lupa kampung ini”, katanya yang semakin serak. Ku biarkan rasa itu mengalir, rasa sesak yang akan kami tinggal, tidak ada lagi, bersahut-sahut di tangga ketika datang, semua kembali sunyi. Akhirnya mobil datang, kami pun ke posko 2 untuk acara malam ramah tamah. Lalu setelah sampai di posko 2, saya di bisik puang naba (bapak posko), “tidak mau itu na liat kalian pergi ibu, biasa itu kasihan melihat kalian, jadi biar mi ibu di sebelah, begitu memang dia”, bisiknya. Hampir saja, saya ambil motor saya jemput. “oh begitu puang, iye pale puang, hampir saya pergi jemput”, kataku. Akhirnya saya persilahkan puang naba, pak desa dan jajaran peemrintah desa dan tokoh agama, pendidik untuk duduk di depan panggung. Acara pun di mulai, hingga larut. Untuk ibu dan bapak posko, terima kasih semuanya, dedi kasih kalian akan menjadi coreng kenangan yang begitu dalam bagi saya dan teman-teman. Maafkan kami, sampai jumpa pak,bud an desa mamampang yang luar biasa.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  59

Menjelang penarikan, kami keliling rumah-rumah aparat desa dan beberapa guru. Tujuan kami adalah foto bersama, lalu kami cuci dan menyimpan untuk kenang-kenangan. Pagi itu, kami di posko 2 sarapan, setelahnya duduk-duduk di kursih nge-the bareng dengan pisang goreng hangat. Matahari cukup terik hari ini, beda kemarin yang di guyur hujan. Sembari menunggu teman-teman dari posko 1, kami bercerita dan bergantian mandi. “teguh, mandi duluan deh, biasanya kalau cewek lama”, kataku. “kau dulu saja boy, masih dingin airnya bah”, katanya. Saya pun berlalu pergi mandi yang sebelumnya di dahului oleh tiwi, raisul dan bapak posko serta bu posko. Mereka berpakaian rapi karena hari ini kami akan berfoto bersama. Tak lama berselang, teman-teman dri posko 1 pun mucul. Kami pun bercengkarama sambil menunggu teman-teman yang belum mandi. Hari semakin terik di pagi hari. Kami pun berfoto bersama dengan seisi posko. Setelahnya, kami ke posko 1, “boy, saya pake motor mu nah”, pinta unhy. “oh iya, baiklah”, kataku. Kami pun berlalu, si unhy berboncengan isra, saya di bonceng teguh, husna berboncengan dengan naurah, zizah dengan kordes, sabri dengan ennhy. Lalu unhy jalan duluan, di tenga perjalanan, unhy terjatuh dan pakeannya berlumpur. Ia-nya menangis, merintih sakit. Lalu bertukar boncengan, si unhy lagi yang di bonceng oleh teman lain. Ternyata walau pakeannya kotor, ia tetap saja ikut ke rumah pak desa berfoto, lalu terkhir di rumah puang naba. Hari itu kami hanya keliling silaturahmi di hari-hari menjelang kami meninggalkan desa ini. Ternyata si unhy yang jago balap jatuh juga, soal balap memang ia jagonya. Sebenarnya bukan karena hebat, persoalan biasa saja, ia bisa melakukannya karena kebiasaan. Percaya atau tidak benar kata pepatah “ala bisa karena biasa”. Akhirnya kami pun pulang ke posko masinmg-masing dan istrahat.

Kuliah Kerja Nyata (KKN)  60

Penutup.

Malamm itu kami ramah tamah, beberapa kursih telah terisi di depan posko. Saya lumayan sibuk, mengatur ini dan itu bersama kawan-kawan. Malam ini berbagai macam hiburan dan pertunjukan di atas panggung akan tersaji, termasuk tari-tarian, qasidah dan keahlian dari tapak suci. Malam ini juga akan pengumuman para juara lomba seni dan budaya byang dilaksanakan beberapa minggu lalu. Piala-piala di atur di depan panggung, saya dan ennhy di tugaskan oleh teman-teman, pembagian sertifikat penghargaan dan seterusnya. Unhy bertindak sebagai mc, sekaligus membacakan syair-syair yang di buat oleh teguh, lalu teguh bermusikalisasi puisi dengan ennhy, setelahnya, si teguh mengucapkan sepatah kata, di lanjut saya hingga sabri. Sebelumnya, kami bergantian memberi sertifikat penghargaan kepada pak desa, pak dusun dan seterusnya. Akhirnya sepatah kata oleh pak desa, setelahnya kami memanggil anak-anak desa mamampang ke panggung untuk bernyanyi bersama sebelum kami tinggalkan desa ini. Mata berkaca-kaca dan larut pun tiba, anak-anak tidak mau pulang walau acara selesai. Mereka tinggal di panggung nonton bareng hingga larut. Lalu si wanda dkk, menagihku “kak boy,gula,,gula,,gulaaaa”, nyanyian wanda dan wana. ‘iya kak e, gula-gula”, lanjut nisa. Saya pun tidak bisa menolak keinginannnya. Saya pun berlalu ke penjual dan membagikannya kepasda teman-teman yang ada saat itu.  sebelum berangkat paginya, ku belikan beberapa gelang-gelang untuk anak-anak termasuk tiwi dan raisul. Jam 8 pun tiba, kami harus bergerak ke kecamatan untuk penarikan bersama. Beberapa orang naik mobil dan lainnya naik motor termasuk saya boncengan dengan sabri. Kami pun berlalu dengan tangis pecah raisul dan tiwi serta mata berkca-kaca dari ibu dan bapak posko serta teman-teman dan ibu-ibu di dusun bahoturungang. Ternyata kami di antar puang naba sampai ke Makassar, barang-barang begitu banyak, kami masing-masing mendapat oleh-oleh 2 kantong sayur mayur yang di kumpul warga di desa itu, termasuk tomat, alvukat, buncis dan kawan-kawannya. Kami pun  keliling ke rumah-rumah warga, tak lupa ke rumah pak desa, ternyata beliau tidak ada, katanya ke Makassar ada urusan, sehingga kami pulang tanpa pamit ke pemilik kampung (pakde dan bude). Ternyata puang naba mengantar kami hingga tempat tinggal kami di Makassar, pertama kostnya husna, baru temnpat tinggalku, lalu ke kordes, ke naurah, dan unhy dan berakhir di rumah puang naba yang ada di Makassar. Saya pun bermalam disana bersama teguh dan ennhy. Pagi-pagi ennhy pesan taksi ke terminal daya untuk pulang ke luwu timur. Sementara si teguh menunggu mobil langsung yang akan mengantarnya ke pare-pare. Setelah teguh naik mobil, saya pun berlalu

Selamat tinggal untuk sementara mamampang. Terima kasih atas semua kebaikan –kebaikan bapak dan ibu kami tidak bisa membalas kebaikan-kebaikan kalian, cukuplah Allah yang selalu membalas kebaikan itu, karena Dialah pembalas yang tidak pernah kurang dari apa yang dilakukan. Kenanglah kami sebagai “mantan” kkn di desa ini sebagaim orang sedikit baik, kalau pun baiknya kami tidak banyak. Biarkanlah kesalahan kami terbawa angin berlalu, ikhlaskanlah seperti daun tua yang ikhlas meninmggalkan rantingnya, walau daun tahu itu berat, namun ia juga tahu, semua “tidak sia-sia”.

TESTIMONI

Testimoni Mahasiswa/i KKN Angk. Ke- 55

Nama : A. Mukhtaram

Jurusan : Teknik Informatika

Fakultas : Sains dan Teknologi

Belum terlambat menceritakan suka maupun duka menjadi koordinator desa. Masa KKN telah tiba, maka saya akan menceritakan sepenggal pengalaman berharga saya saat jadi koordinator desa di KKN(Kuliah Kerja Nyata) UIN Alauddin Makassar. Setelah diadakan pembekalan selama 3 hari berturut-turut.  Pada awalnya saya sudah berniat untuk menjadi ketua koordinator dalam kelompok. Namun yang lebih saya pikirkan adalah untuk menjadi pimpinan dalam kelompok dibutuhkan keahlian, cara, strategi dan taktik untuk mewujudkan semua itu. Hal ini dikarenakan kita dipertemukan dalam satu kelompok yang terdiri dari 5 fakultas dan beberapa jurusan lainnya yang ada di UIN dan saya pun berpikir bahwa semua pasti jago-jago dalam mengelolah itu semua apa lagi yang aktif dalam organisasi intra kampus maupun ekstra kampus.

Hari pemberangkatan telah tiba. Kami berangkat ke lokasi KKN pada 09.00 dan tiba di lokasi KKN pada pukul 11.59.  Kami penerimaan di kantor kecamatan Tombolopao dan saya pun terlambat datang karena saya mengendarai motor dan terpisah dari teman-teman yang mengendarai mobil. Dalam sambutan saya pada saat itu saya hanya melaporkan jumlah anggota dan harapan saya agar kami dapat diterima ditengah-tengah masyarakat untuk mengabdikan ilmu kami selama 2 bulan . Memasuki hari kedua laporan dari berbagai posko tentang masalah serta kendala yang dihadapi diposkonya masing –masing pun sampai ke saya , mulai dari persoalan tempatnya (posko), ada yang mengeluh tidak ada jaringan, ada yang kekurangan air di poskonya, ada yang mempermasalahkan tentang WC nya dan banyak lagi. Alhamdulillah semuanya dapat teratasi seiring berjalannya waktu dan kemungkinan besar juga karena mereka semua sudah beradaptasi dengan lingkungannya masing-masing.

Selang 2 hari setelah penerimaan, saya pun ditelepon oleh dosen pembimbing kami, dia menanyakan tentang kegiatan survey yang kami lakukan.  Kami hanya diberi waktu 3 hari untuk  survey.  H-1 kami pun rapat bersama seluruh anggota untuk membahas perlengkapan , komsumsi dan terlebihnya lagi mempersiapkan program kerja masing-masing posko dan program kerja desa .

Hari H telah tiba dimana kami beserta teman-teman seperjuangan KKN UIN Alauddin angkatan ke-55 menggelar acara seminar desa dimana setiap koordinator dusun harus  mempresentasikan program-program dusun mereka dan setelah itu giliran saya sebagai koordinator desa yang mempresentasikan program kerja desa yang telah kami sepakati bersama.  Kami pun memaparkan di depan masyarakat Desa Mamampang tentang program kerja kami. Kritik dan saran pun diberikan oleh masyarakat yang sempat hadir waktu itu serta saran dari Kepala Desa Mamampang oleh Bapak Kepala Desa Abd. Asis Daud untuk harapannya lebih mengupayakan untuk kita melakukan pembangunan mental dan karakter terhadap generasi muda Desa Mamampang agar pemegang tongkat estafet bangsa ini selalu tercerahkan .

Nama : Sri Nurwahyuni

Jurusan : Matematika

Fakultas : Sains dan Teknologi

Belajar Menjadi Bunglon yang Baik

Saya adalah peserta KKN UIN ALAUDDIN MAKASSAR ANGKATAN KE-55 sekaligus sekretaris koordinator Desa, tepatnya di desa Mamampang, Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa. Bagi saya, KKN adalah salah satu cara melatih keterampilan bersosialisasi dengan lingkungan baru.

Kita dituntut untuk cepat belajar lalu beradaptasi. Dalam waktu yang sangat singkat, kita harus sudah bisa diterima dengan baik oleh masyarakat. Ini bukanlah hal yang mudah sebab tidak sedikit masyarakat yang susah menerima hal-hal baru. Perlu strategi dan pendekatan khusus! Belum lagi kita harus dihadapkan pada beberapa dari mereka yang menganggap mahasiswa adalah orang yang serba bisa.

Belajar yang dimaksud di sini tentu saja berbeda dengan proses belajar mengajar di kampus. Di desa-desa KKN, kita belajar budaya dan adat setempat lalu menyesuaikan diri dengannya. Kita belajar bagaimana cara menerima dan menolak tawaran dengan halus. Kita belajar bagaimana mengomunikasikan bahasa ilmiah ke dalam bahasa sehari-hari agar mudah dipahami. Kita belajar bagaimana mengatur waktu agar rencana bisa berjalan optimal, mengadakan agenda yang dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, mengurusi anak-anak yang selalu antusias, dan sebagainya. Singkatnya, kita belajar untuk menjadi masyarakat setempat.

Ucapan   kasih kepada dosen pembimbing kami yaitu Bapak Drs. Muhammad Nur Abduh, M.Ag dan Zulkarnain AS, ST., MT yang senantiasa memberi nasehat dan masukan positif akan program kerja kami. Kepada Kepala Desa Mamampang yaitu Bapak Abd. Azis Daud yang dengan  kebijakannya telah banyak membantu dan memfasilitasi kami sebagi peserta KKN yang sedang melakukan kegiatan di wilayahnya. Terkhusus kepada Bapak Suaib Puang Naba dan Ibu Puang Kanang yang begitu welcomenya menerima kami untuk tinggal di rumahnya dan warga desa Mamampang yang telah meluangkan waktunya dalam  membantu  kami  menyukseskan kegiatan KKN kami tersebut, dan  serta lainnya yang mungkin belum sempat kami sebutkan namanya satu persatu.

Lain padang, lain belalang; lain lubuk, lain ikannya. Pepatah lama ini harus dipahami betul oleh setiap mahasiswa yang akan mengikuti program KKN. Intinya harus benar-benar diperhatikan adat dan budaya masyarakat agar kita bisa diterima dengan baik di desa tempat KKN. Kembali ke pepatah lama, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Bukankah setelah menyelesaikan kuliah nantinya, Anda juga akan diterjunkan ke lingkungan masyarakat? Belajarlah menyesuaikan diri dari sekarang. Jadilah bunglon yang baik, rela mengubah warna kulit agar bisa berbaur dengan lingkungan.

Memang KKN bukanlah satu-satunya ajang melatih keterampilan sosial. Bagi mahasiswa aktivis, ada banyak kegiatan lain seperti bakti sosial, desa binaan, kunjungan ke panti asuhan dan sebagainya. Akan tetapi, karena tidak semua mahasiswa menjadi aktivis, maka penilaian saya KKN harus difokuskan kepada mahasiswa yang berstatus ‘kupu-kupu’ alias kuliah pulang-kuliah pulang. Tentu saja, setelah kegiatan-kegiatan baksos, desa binaan dan sebagainya itu telah ditinjau dan memenuhi standar KKN.

Nama : Nur Husna

Jurusan : Ekonomi Islam

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

“INDAHNYA KKN”

Alhamdulillah tak terasa lebih dari satu bulan lamanya saya mengikuti KKN…. Terhitung dari Tanggal 27 Maret sampai 23 Mei 2017.

Pada tanggal 27 Maret 2017 pukul 09.00 kita berkumpul di halaman depan LP2M untuk mengikuti acara pelepasan mahasiswa KKN. Setelah itu kita berangkat ke desa Mamampang dengan menggunakan mobil. Sesampainya di sana semuanya serba asing kecuali teman-teman KKN. Kebetulan saya di tempatkan di posko 1 Desa Mamampang, lumayan jauh dari posko 2.

Pada saat tiba di Desa Mamampang saya dan teman-teman KKN mulai mencoba beradaptasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. Dan alhasil WOW.. pada hari kedua semuanya serba biasa. Kemudian hari berganti hari, minggu berganti minggu.. hihi. Banyak hal yang berkesan di desa ini.

Pesannya semoga KKN selanjutnya lebih baik dari yang kami lakukan. Buat teman-teman KKN kalian sangat istimewa,  keep contact terus. Jangan pernah lupa sama saya. I’ll be missing you all. You are the best.. moahmoah… :D

Nama : Erni Susanti

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Pada hari itu, dimana kita akan menjalankan suatu TRI DARMA PERGURUAN TINGGI yaitu pengabdian pada masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah KKN. Sekitar pukul 9 kami bergegas meninggalkan kampus menuju lokasi KKN yang jarak tempuhnya sekitar 3 jam. Tak lain dan tak bukan adalah Desa Mamampang Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa. Tak lama kemudian seiring perjalanan sang waktu  kami telah sampai pada tujuan kami tepatnya di Desa Mamampang. Perasaan haru dan penasaran menyelimuti nurani sepanjang perjalan. Penyambutan oleh pemerintah kecamatan, pemerintah desa serta masyarakat setempat tak dapat di gambarkan hanya dengan sebuah tinta dan kertas suci ini, tapi semua itu dapat di lukiskan dengan perasaan haru tak bertepi. 

Hari demi hari silih berganti, cerita punya cerita observasi pun mulai dilakukan dalam beberapa hari itu dan pada akhirnya kita sampai pada sebuah hipotesis bahwa banyak hal yang menjadi kendala dan hambatan masyarakat setempat. Seminar program kerja pun akan segera dilakukan, waktunya sekarang adalah mengaktualkan konsep atau ide nantinya, di samping itu juga kita akan mendapatkan masukan atau saran dari masyarakat mengenai program kerja yang nantinya akan di jalankan. Dalam pelaksanaan program kerja tersebut terkadang mengalami sebuah hambatan tapi itu bukanlan hal yang menjadikan kami untuk tidak menjalankannya. Kami sadari dan tahu bahwa masalah itu hanyalah sebuah proses pembelajaran, belajar bagaimana menyikapinya dan berusaha menyelesaikannnya bukan menjauh dari masalah tersebut.

Begitu banyak hal yang aku dapatkan selama di lokasi KKN, suka dan duka menghiasi perjalanan kami, suatu perjalanan dalam mengenal dunia yang sesungguhnya, suatu waktu dimana kita mencoba memahami satu dengan yang lain walaupun terkadang susah, suatu kisah yang telah KKN telah goreskan di tempat itu. Suatu sejarah yang telah di ukir KKN. Memang benar adanya bahwa hanya ada dua hal yang paling berkesan selam seseorang menapaki langkahnya di perguruan tinggi yaitu masa pada saat menjadi mahasiswa baru dan waktu dimana kita KKN, dua hal tersebut nantinya yang akan kita ceritakan pada anak cucu kita dikemudian hari. Kawan, besar harapan apa yang telah kita lukis, apa yang telah kita ukir itu bukanlah kesia-siaan, melainkan sebuah prasasti bahwa kita pernah ada, kita pernah jatuh, kita pernah bangkit dan kita tersenyum saat cerita ini telah kita abadikan lewat tulisan tanpa makna ini. Teruslah berjalan dan gapai impian mu kawan.

Nama : Israwati

Jurusan : Bahasa Inggris

Fakultas : Adab dan Humaniora

KKN merupakan salah satu kegiatan yang sangat tepat bagi mahasiswa. Karena jika dilihat dari segi pengertiannya Kuliah Kerja Nyata ini menyangkut tentang pengabdian kepada masyarakat, sehingga mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa jika diterjunkan pada sebuah kondisi masyarakat di suatu daerah. Selain itu pula KKN ini sangat menunjang profesi mahasiswa itu sendiri. Terutama pengembangan profesi.

Kegiatan KKN ini berlangsung pada tanggal 27 Maret sampai 23 Mei 2017. Dan diikuti jumlah peserta sebanyak 10 orang Mahasiswa/i.

Pada Posko 1, kami berjumlah 5 orang peserta KKN. Yang dimana sebagai Kordes atas nama A. Mukhtaram (Jurusan Teknik Informatika), Sekretaris Sri Nurwahyuni (Jurusan Matematika), dan Bendahara atas nama Nur Husna (Jurusan Ekonomi Islam), serta anggota atas Muh. Sabri (Jurusan Akuntansi), dan saya sendiri Israwati (Jurusan BahasaInggris). 

Dalam perjalanannya kami telah mengalami begitu banyak pengalaman-pengalaman baru. Misalnya saja kami dipaksa membuka wawasan kami dalam hal menggali potensi desa, pemetaan desa, pengklasifikasian masalah dan kebutuhan masyarakat, pemberian solusi dan eksekusi akhir yang paling berpotensi dan keberlanjutannya dan dampak yang dirasa oleh masyarakat lebih terkena dengan baik. Bahkan tidak sedikit pula kita dituntut mampu membuat rencana stategis yang paling dibutuhkan oleh masyarakat itu sendiri. Bahkan kita sebagai mahasiswa perlu berbaur dengan masyarakat sebagai sarana pendekatan kepada masyarakat secara emosional. Bahkan pula, kita dituntut untuk mampu bekerja secara profesional sebagai bekal kami menghadapi dunia kami yang sesungguhnya dimasa yang akan datang.

Kegiatan KKN ini sangat berkesan buat saya. Utamanya dalam pengelolaan waktu secara efektif dan efisien, sehingga waktu yang saya gunakan lebih berkualitas dan membawa manfaat yang lebih besar juga. Hal inilah merupakan salah satu motivasi saya ingin mengikuti KKN ini.

Dalam pelaksanaan kegiatan KKN ini haruslah dibutuhkan kerjasama yang harus berjalan seimbang. Melengkapi satu sama lain. Tidak mudah menyerah dalam keterbatasan. Dan senantiasa berdo’a kepada Sang Pencipta karena segala sesuatunya telah ditentukan olehNya. Bahkan kemampuan yang kita miliki haruslah senatiasa kita upgrade untuk menambah nilai dan kepribadian kita. Oleh karena itu, kerja keras, kerja cerdas, dan kerja ikhlas senantiasa menjadi pedoman yang harus kita pegang untuk bergerak lebih baik lagi kedepanya.

Nama : Nur Azizah Thamrin

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi

Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang pada awalnya dimaksudkan agar mendekatkan mahasiswa dengan masyarakat, mahasiswa mampu mengaplikasikan ilmunya ke tengah-tengah masyarakat kini semakin bergeser dari tujuan awal. Pelaksanaan KKN dewasa ini, lebih banyak dilaksanakan sekedar melepas kewajiban saja. Sehingga KKN yang dilaksanakan oleh mahasiswa yang tinggal kenangan adalah makan, tidur, dan santai serta krisis pengabdian apalagi menuju pengembangan masyarakat.

Sedikit miris memang. Namun, paradigma baru KKN bagi mahasiswa kembali muncul dengan adanya program KKN, Kuliah Kerja Nyata. KKN ini mengkombinasikan antara pembelajaran mahasiswa kepada masyarakat atau begitu pun sebaliknya sekaligus menjadi bentuk pengabdian mahasiswa kepada masyarakat.

Hal yang menarik dan penting bagi saya dari pelaksanaan KKN UIN ALAUDDIN MAKASSAR Angkatan Ke-55 di Desa Mamampang Kecamatan Tombolopao, Kabupaten Gowa tahun 2017 ini adalah bentuk pelaksanaan dari KKN ini. Sebelum pelaksanaan program kerja KKN dilakukan proses observasi atau identifikasi permasalahan, kebutuhan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Sehingga diharapkan program kerja yang dilakukan dapat tepat sasaran dan tepat guna.

Kesan-Pesan:

Ada banyak cerita yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata. Ada banyak rasa yang tak mungkin tergambarkan hanya dengan kata-kata. Karena sungguh, melakukan sendiri (pengalaman) merupakan perkara yang bisa menentramkan hati. Namun, dari pengalaman orang lain adalah guru yang paling baik, karena darinya dapat diambil pelajaran tentang kesalahan, kebaikan, berwisata, memanjangkan umur tanpa melakukan sendiri.

Untuk mahasiswa, saya pikir KKN ini sangat cocok bagi mereka yang rindu dengan keterampilan di bidang pertanian, perkebunan, walaupun itu sedikit. Dengan KKN, teori dan aplikasi dapat diurai dan diuji serta disinkronkan di lapangan fakta kebenarannya.

Nama : Munawwarah

Jurusan : Pendidikan Biologi

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Salam Mahasiswa/i KKN dan salam untuk para pembaca. Aku Munawwarah, Mahasiswa/i KKN Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, jurusan Pendidikan Biologi. Perkenalannya sedikit saja yah, karena aku ingin kalian mengenalku lewat tulisanku. Untuk ceritaku kali ini, yang pastinya tentang KKN. Bagaimana suasana KKN, seperti apa KKN itu, Semua akan tercatat dalam ceritaku. Kesan dan pesan tentu ada, karena tiada kesan tanpa meninggalkan pesan. Baiklah cerita akan aku mulai dari yang tidak menyenangkan dulu, lalu ke yang menyenangkan. Bagiku, cerita akhir yang bahagia membawa pesan yang istimewa.

Berbicara tentang KKN, apa sih sebenarnya KKN itu? Biar ku jelaskan sedikit. KKN itu singkatan dari Kuliah Kerja Nyata, yang mana Mahasiswa/i semester akhir harus mengikutinya karena itu adalah salah satu persyaratan untuk mendapat gelar S1. KKN itu tempat dipersatukannya seluruh Mahasiswa/i UINAM dari berbagai fakultas dan berbagai daerah. Dan dari semua Mahasiswa/i yang telah mengikuti KKN, mengatakan KKN itu sangat menyenangkan. Awalnya memang begitu membosakan tetapi setelah beberapa minggu pasti tak ingin kembali. Katanya yaah, bukan kataku.

Terlalu banyak yang kukhawatirkan sehingga membuatku enggan mengikuti KKN. Aku harus beradaptasi dengan orang baru, tempat yang baru, harus terbiasa dengan teman-teman posko yang memiliki karakter berbeda, yang pastinya aku harus meninggalkan kamarku tercinta beserta novel-novel penghilang sepi. Hari pertama pun tak ada yang menarik. Yang kulakukan hanya diam, diam, dan diam di dalam kamar. Mendengarkan teman-teman yang lain berkenalan, dan ada juga yang mencoba menghiburku. Bukan tak ingin berteman, hanya saja hatiku sedang tak bersahabat.

Batinku semakin lama merasa ingin berteriak. Ingin pulang, rindu kamarku, rindu novel-novelku, dan rindu keluarga Coffeetalist. Tak ada yang istimewa disini. Oh iya, aku hampir lupa memperkenalkan lokasi KKN ku. Tempatnya di Kabupaten Gowa, Kec. Tombolo Pao Desa Mamampang. Sebenarnya, dibagi menjadi 2 dusun dan kami pun dibentuk 2 posko dan aku ditempatkan di posko 2.

Sebulan sudah berada ditempat ini, masih saja aku merasa ingin pulang. Entah apa yang membuatku tidak ingin bertahan lama disini. Yang dilakukan setiap hari hanya itu saja, mulai dari mengajar di SD, mengajar mengaji, dan mengerjakan piket di posko. Benar-benar tidak ada yang spesial dalam 1 bulan. Siswa-siswa di SD tempat aku megajar hanya seperti itu saja, masih kurang ada yang berkesan untuk aku kenang. Tetapi, ada beberapa siswa SD yang begitu senang dengan kehadiranku. Mereka sampai mempertanyakan jika aku tidak masuk mengajar. Dan ada juga siswa yang nakalnya minta ampun. Membuat gerah dan memuncakkan amarah.

Baiklah, sebelum cerita selanjutnya kutuliskan. Akan ku perkenalkan teman-teman poskoku. Kumulai dari pak kordes dulu yah. Kordes itu Kordinator Desa, namanya Andi Mukhtaram, lalu sekretaris Sri Nurwahyuni, bendahara Nur Husna, dan anggota adalah Teguh Harisman, Erni Susanti, Nur Azizah Thamrin, Israwati, Muh. Sabri, Herman, dan saya sendiri Munawwarah. Dan kalian tahu apa yang membuat istimewa dari cerita perjalanan selama KKN ku? Yaitu mereka. Mereka yang telah membuatku merasa nyaman di tempat KKN. Membuat semangat meski sakit, membuat bertahan meski tak menyenangkan. Satu hal yang membuatku bersyukur dalam hal ini yaitu aku dipertemukan dengan teman yang tulus tanpa modus dan teman yang ihklas tanpa balas.

Yang paling aku salut dari mereka adalah kebersamaannya yang selalu dijaga. Teringat saat kami untuk pertama kalinya observasi hari itu sangat menyenangkan. Mulai dari kondisi jalan yang tak bersahabat, melewati hutan-hutan, sampai pada mendaki. Sangat melelahkan, tetapi terbayar dengan canda tawa dari mereka, dan suasana. Begitu ramahnya masyarakat dusun, sangat berbeda dengan daerah perkotaan. Sepanjang jalan, masyarakat selalu menebarkan senyum, menyapaku dengan ramah, bahkan ada yang menyuruh kami tinggal di rumahnya.

Untuk suasananya, jauh dari polusi. Alami, sejuk, dan asri. Itulah perbedaan daerah perkotaan dan daerah pedesaan. Berkenalan dengan keluarga yag ada disalah satu Dusun saja contohnya, membuat aku senang. Mirna itu anak kecil yang aktif. Yang ketika berbicara terkadang kedengaran lucu karena dia menggunakan bahasa daerah yang tidak kuketahui artinya. Meski singkat, tetapi pertemuan yang tidak ingin aku lupa. Itulah hal yang menyenangkan selama KKN ini berlangsung. Ternyata bertemu dengan orang-orang baru tidak seburuk yang kukhawatirkan. Terkadang pengalaman dan pelajaran bisa kita dapat dari orang-orang baru. Kini ku percaya bahwa, sedikit berbagi dengan orang lain dan sedikit bersahabat dengan sekitar bisa membuat pikiran tenang.

Untuk, sang kordes yang selalu merasa dirinya ganteng. Yang marah ketika bercerita lalu diabaikan. Terima kasih sempat menghibur meski pernah membuatku jengkel, setidaknya aku menerima permintaan maaf yang tulus darimu.

Untuk ibu sekretaris. Yang dijuluki “si cewek strong” setiap hari selalu terlihat kuat diantara kami. Selalu semangat dalam mengerjakan program kerja dan hampir tak pernah terdengar mengeluh. Terima kasih telah menunjukkan ku semangat 45 yang sesungguhnya. Terima kasih selalu kuat memijit kepalaku saat sakit dan terima kasih tak pernah lelah selama di posko. Keep fighting Uni. I love u. Heheheheee

Untuk si ibu bendahara. Perempuan manis di posko 1, yang memiliki suara yang bagus dan hampir tiap hari dia karaokean di poskonya. Yang memiliki hobi  menyanyi. Terima kasih karena selalu setia membuat aku tertawa. Perempuan yang senyumnya akan selalu kurindukan. Perempuan yang bisa tidur tanpa selimut walau suhu udara di Desa ini dingin. Nur Husna, si perempuan istimewa dengan suara emasnya.

Untuk Teguh Harisman, teman posko ku yang gagal menjalankan program utamanya yaitu Diet. Yang selalu jujur dengan setiap yang dia katakan tetapi sedikit membuat sakit hati. Walaupun demikian, Teguh orang yang selalu bekerja keras melakuka pekerjaan. Selalu merasa jelek padahal dia tidak tahu bahwa dia ganteg apalagi kalau senyum.

Untuk Herman, nah kalau yang satu ini beda lagi. Jika di posko 1 ada si cewek strong, kalau Herman “si cowok strong”. Selalu mengerjakan program kerja sendiri alias solkar (solo karir). Sebenarnya bagus juga ketika dia ingin mengerjakannya sendiri, tetapi aku dan teman yang lain selalu merasa tak dibutuhkan. Bahkan Herman sering meninggalkan kami. Satu hal yang aku suka darinya, dia itu rajin jarang sekali zaman sekarang ada cowok yang rajin. Terima kasih Herman sudah banyak membantu menyapu halaman. Jangan suka solkar dong, biar kebersamaannya semakin terasa.

Dan untuk Israwati, perempuan sholehah. Orangnya pemalu tapi asyik. Hobinya suka masakin posko 1. Sabar Isra yaa..

Oh iyaa, aku hampir lupa dengan dosen pembimbingku, Bapak Abduh dan Kak Zulkarnain. Terima kasih sudah membuatku terhibur dengan lelucon Ibu. Dan terima kasih banyak telah memperkenalkanku daerah Maros.

Sebuah cerita yang sulit untuk kulupakan. Pengalaman penting yang membuatku memiliki ilmu baru, teman baru, dan cerita baru. Di sini aku belajar, kesendirian tak selalu menyenangkan, terkadang kita butuh teman dalam berbagi, dan itu kalian.

Nama : Muh. Sabri

Jurusan : Akuntasi

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Bagiku Kuliah Kerja Nyata (KKN) tak hanya sekedar sebuah tugas kuliah yang mengutus kami melakukan  pengabdian kepada masyarakat. Akan tetapi lebih dari itu, bagiku KKN adalah sebuah tempaan hidup, jalan yang mempertemukan kita pada hakikat kehidupan, yakni salig berbagi, berbagi dalam segala hal, mulai dari cinta, persahabatan, keluarga dan saling memberikan respect tanpa peduli latarbelakang masing-masing. Aku ingat saat kumulai perjalanan itu, ketika kesana kemari kumencari pertolongan untuk mencoba hijrah dari takdir tuhan yang tanpa disangka memberi kesan yang berjuta warna bagi mereka dan tentu saja bagiku secara pribadi. Waktu itu, aku naïf pada garis kehidupan-NYA apalagi berkaca pada diriku yang tak seperti mereka dalam hal kesehatan. Namun apa yang kusangkakan sama sekali lebur oleh kenyataan yang jauh sekali dari persepsi negatifku, apa yang aku bayangkan sebelumnya terpatahkan oleh kebersamaan-kebersamaan yang begitu indah, berwarna dan tak akan mungkin lekang diceritakan oleh sejarah.

Menjalani masa-masa KKN adalah masa yang tak mungkin hilang dalam memori hanya sekejab, disinilah aku, menemukan hal-hal baru, menemukan indahnya kehidupan dan membawaku percaya pada filosofi hidup bahwa tidak perlu ganteng untuk mencintai, tak perlu kaya untuk memberi, tak perlu pintar untuk berbagi dan tak perlu tinggi untuk menghargai dan dihargai tetapi yang lebih penting adalah hati yang tulus dan bersahaja kepada mereka-mereka yang kita sayangi. Desa mamampang tempatku berpijak selama dua bulan, disanalah aku menaruh hati yang entah berapa lama waktu  dapat mengembalikannya kepada si pemiliknya yakni raga, segalanya terasa hilang bersama  kenangan-kenangan yang terus menghinggap ditiap jalan yang kutempuh. Rindu yang selalu menganga dan  menghiasi relung hati yang entah akankah waktu akan menjahit semuanya. Oh,,,desa mamampang yang tak bisa kulupakan begitu saja, tetaplah bermekar dan tumbuh besar menjadi desa yang hebat. Selalu saja terngiang canda tawa yang kita ukir di setiap sela-sela program kerja yang kita lakanakan, merasakan kebahagian dengan melihat kuatnya solidaritas, pakbulosibatangan dan  tentu saja sikap  ramah yang begitu kental yang masyarakat berikan kepada kami.

Bukan hanya itu, suasana alam yang damai dan mengenakkan jiwa. Bagaimana tidak? di desa tempat kami di tempatkan adalah desa yang masih benar-benar suasana desa, desa yang memancarkan hamparan lingkungan yang asri nan sejuk. Siang malam, bangun dari tidur kita seakan-akan disuguhi oleh pemandangan yang indah, bunga-bunga berjejeran  disetiap halaman rumah warga dan gunung-gunung yang menggembirakan jiwa terpanpang kokoh di depan posko tempat kami tinggal. Sahabat-sahabat posko yang penuh pengertian, sahabat-sahabat desa yang penuh kebersamaan disetiap yang kami lakukan. Meskipun biasanya ada pertentangan dan perbedaan diantara kami serta karakter-karakter kami berbeda-beda dan susah ditebak tapi kami mampu mengatasinya dengan mengurangi ego masing-masing sampai pada titik dimana kita mampu mengatasi semua masalah yang ada, mampu mengatasi semua Program kerja (Proker) yang kita susun.

Berbicara tentang KKN adalah sebuah hal yang penting, baik bagi individu,kampus maupun untuk sebuah daerah yang kita tempati. Terkhusus buat kami mahasiswa KKN adalah alat untuk mengembangkan diri, mempraktekkan teori-teori yang kita dapatkan di kampus. Untuk kampuspun mempunyai keuntungan tersendiri bisa jadi alat promosi dan lain-lain. Apalagi untuk sebuah daerah atau desa yang kita tempati, tentu sangat banyak mendapat keuntungan mulai dari ajang pengembangan diri anak-anaknya sampai batas-batas dusun yang burampum kini terlihat jelas. Lalu perubahan apa yang masyarakat rasakan setelah kehadiran kami dan perubahan apa yang kami rasakan setelah mengikuti program kampus ini selama dua bulan?. Tentu seperti yang saya bilang dari awal, anak anak yang belum mengerti sedikitpun tentang bahasa asing kini sudah mampu sedikit berbicara tentang bahasa inggris dan masih sangat panjang jika saya tuliskan satu persatu. Dan untuk mahasiswa perubahan yang sangat mencolok bagiku adalah tentang bagaiamana berinteraksi dengan baik pada masyarakat memahami karakternya yang berbeda beda dan lain-lainnya.

Nama : Teguh Harisman

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Ber-kkn bagi saya tidak hanya sekedar menjalankan tugas kampus kemudian memperoleh nilai yang baik. Akan tetapi, berkkn adalah momentum yang sangat tepat utuk membentuk jati diri sebagai seorang Mahasiswa/i, sebagai proses pendewasaan diri untuk bersiap berada di tengah-tengah masyarakat kemudian berbuat banyak di medan tersebut. Akan terasa merugi bagi saya apabila dalam proses berkkn tidak mampu melukiskan pengalaman-pengalaman bermamfaat untuk kemudian menjadi bahan pembelajaran bagi saya.

Desa Mamampang, ketika saya setiap pertama masuk di halaman-halaman desa, yang ada hanya senyum melihat begitu kompleks karakter manusia di semesta dunia. Bagai menyelam dalam samudra, ikannya bisa jadi lauk yang nikmat, bisa pula ketemu hiu yang siap memangsa. Ombaknya dapat jadi landasan pacu papan selancar yang mengasyikkan. Tapi jika tak terkendali menjadi badai yang mematikan.

Seiring berjalannya waktu menjalankan tugas kkn, proses mengenal dan membaca kondisi masyarakat semakin memberikan arti.

Nama : Herman

Jurusan : Ilmu Perpustakaann

Fakultas : Adab dan Humaniora

“salah satu dunia indahku adalah KKN”

Rintik hujan di senja hari, warna jingga merona di ufuk barat. Anak ayam riang gembira bersama induknya, berlarian mengejar binatang kecil yang kan menjadi santapannya, saling berbagi. Beberapa ibu saling mencari kutu di balai rumah, anak-anak bermain dengan mobil-mobil kecilnya. Sang suami menikmati secangkir kopi hitam dan memainkan sebatang rokok di jari tengah dan telunjuknya. Sesekali, motor berlalu dan  pejalan kaki dengan barang bawaannya. Sungguh syahdu pemandangan ini. Kalian tahu, tanpa saya kasi tahu pun. Yahh, ini lah desa. Sebuah desa dengan keramah tamahan warganya, pekerja keras, ulet dan murah senyum. Mungkin saja kalian bertanya, dimana tempatnya. Dialah desa mamampang. Sebuah desa di kab. Gowa, Kec. Tombolopao. Disinilah kami menemukan salah satu ciri khas asli penghuni bernama Indonesia. Dari paragraf diatas sebenarnya belum cukup mewakili rasa ku pada desa ini. 2 bulan berada di tempat ini, rasanya terlalu singkat untuk bersua dan bersandiwara dengan warganya, hingga selesai kkn pun selalu saya sambangi desa ini.  Sepertinya, saya jatuh hati dengan desa ini. Baiklah, mungkin saya harus jujur, bahwa saya iri dengan kerjasama dan kegotongroyangan desa ini. Itulah kalau kalian masuk di desa ini, coba tengok, di batas desa itu, kami tulis “desa ku, desa gotongroyong” ini merepresentasikan bahwa desa ini layak di sebut dari tulisan tadi. Terjagalah selalu desa mamampang. Terimah kasih telah menggores sejarah dalam perjalanan hidupku dan di hidup teman-teman KKN UINAM Ang.55.

Untuk teman-teman KKN ku, sepertinya saya akui, selepas ini, saya harus mencari kata atau kalimat apa yang bisa menyamai kalian dalam waktu 2 bulan ini. Saya tahu, pahit manis, pasti ada, canda tawa selalu terbawa sampai berhari-hari setelah penarikan. Kadang-kadang ketika terbangun dalam tidur, saya keluar rumah atau saya melihat sekeliling melihat benda-benda yang selalu saya lihat pertama di mamampang, tapi saya tidak lihat lagi, ternyata saya sudah tidak di mamampang. Lalu kalian tahu apa yang saya rasa, ya, mungkin itu yang di sebut “rindu”. Kalian bersahabat dengan baik, sampai akhrinya saya lupa mendiskripsikan kalian seperti apa. Terima kasih banyak semuanya. Jangan pernah lupa tentang “AKU DAN KAU ADALAH KITA YANG SELALU ADA”.

Tidak terasa KKN sudah berakhir, tidak terasa juga bakalan berpisah dengan teman-teman, tepatnya keluarga besar KKN Angkatan ke-55 Desa Mamampang. &Sebenarnya bukan sedih karena berpisah, kita masih bisa bertemu di kampus. Tapi yang membuat sedih adalah hilangnya kebiasaan kebersamaan selama KKN yang tak mungkin terulang lagi. ”Pagi-pagi dah pada ribut bercanda sambil minum teh, Siang-siang mengeluh panas, sore-sore bermain dengan adik-adik dusun Bahoturungang dan malam pada nonton tv bareng sambil bercanda mengakhiri malam, sekarang terasa berubah, Sepi.. Menyenangkan sekali bisa bersama kalian, meskipun ada masalah dan konflik alhamdulillah kita semua bisa melaluinya. We are family. Jangan hanya sampai beres KKN hubungan dan kebersamaan kita. 

Kesan dan Pesan selama KKN

Posko 2 Desa Mamampang Kec. Tombolopao Kab. Gowa banyak memberikan saya pelajaran dan pengalaman hidup yang sangat berharga yang tidak akan pernah saya lupakan sampai kapanpun itu.

Teman-teman yang sangat perduli terhadap satu sama lain, teman-teman yang selalu solid, teman-teman yang begitu perhatian, dan tidak pernah saya lupakan.

Tepat pada tanggal 27 Maret 2017 KKN pun dimulai, kita berkumpul di kampus dan berangkat secara kolektif. Sebelumnya saya hanya bertemu beberapa kali dengan teman-teman sebelum pemberangkatan, dan belum tau sifat dan karakter masing-masing. Dan Alhamdulillah setelah KKN berjalan saya bisa menemukan sebuah keluarga baru, sebuah persahabatan yang akan terus abadi.

Selama kurang lebih 45 hari kita menjalankan KKN, kita bersama, kita berkumpul, makan bareng, ketawa bareng..

23 Mei 2017 kita semua harus berpisah, kembali ke rumah masing-masing. Diawal KKN saya biasa-biasa saja, Diakhir KKN saya bersedih karena akan berpisah dengan teman-teman yang lainnya.

Saat ini kita semua berada di rumah masing-masing, berasa ada yang berbeda.

Pesan untuk semuanya..

Jangan lupakan Boy alias Herman

Jangan lupakan juga posko 2 Desa Mamampang

Dan Jangan lupakan semua kenangan yang pernah kita lakukan bersama-sama, baik itu kenangan yang manis, bahkan pahit sekalipun..

Mohon maaf buat semuanya..

“Jabat tanganku, mungkin untuk yang terakhir kali

Kita berbincang tentang memori di masa itu

Peluk tubuhku usapkan juga air mataku

Kita terharu seakan tiada bertemu lagi

Bersenang-senanglah

Karena hari ini yang akan kita rindukan

Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan.