Senin, 14 Oktober 2019

Monografiku edisi 2 part 59

Monografiku edisi II part 59
Pagi ini ada instruksi dari om untuk ke makassar beli alat mobil yang bernama bobeng dan kabel busi 1 paket. Kira-kira jam 7 saya berangkat, seiring berjalannya waktu dsn motor saya pun melewati beberapa desa, seperti sapaya, surokalling, mangempang, batu massongkok dengan jalannya yang berkelok-kelok, samping kiri kanan jurang semua, lalu tiba di tanah karaeng, bili-bili hingga sampai di sungguminasa, singgah di pom bensin batangkaluku. Setelahnya kulaju si motor hingga perbatasan gowa-makassar. Hal pertama ku temui adalah macet total, sepertinya saya lebih cepat jika berjalan, menunggu waktu lama sehingga saya sampai di depan UNISMUH Makassar,di samping kiri Badan perpustakaan dan arsip daerah (BPAD) ternyata mengadakan kegiatan, sepertinya acara pembukaan sebab suara ganrang, seruling dan tari-tarian sedang berlangsung, di depannya ada banyak mobil perpustakaan keliling dan foto pak syarif bando kepala perpusnas RI terpajang. Oh mungkin sedikit macet karena kegiatan ini, lumayan antusias masyarakat. Beberapa lama kemudian saya tiba di depan kampus 1 UIN Alauddin Makassar. Kampus yang sempat saya kuliah disini sementara semester lain di kampus 2 yang berada di samata. Kampus 1 ini memiliki banyak kenangan dan tragedi, misalnya pembunuhan om-om yang terjadi di belakang fakultas adab dan humaniora di samping kelas kami belajar, kalau masuk siang maka suara pak dan bu dosen tidak terdengar ksrena bisingnya suara mobil pete-pete, kelas dimana teman adu mulut dengan dosen sehingga dosen pulang  tanpa mengajar, LCD/proyektor yang macet-macet jadi supaya dapat yang bagus saya harus datang lebih awal, nyamuk-nyamuk menyanyikan lagu "pemangsa" dan terakhir lorong lotus, awalnya saya kira banyak bunga lotus ternyata lotus lorong tikus, disini biasa jalan bareng teman ke kostnya apabila mata kuliah pagi dan dilanjut siangnya. Disini kalau bertemu bajingan, pemalak, begal dan sejenisnya maka tamatlah kita sebab tembok seblah kanan menjulang tinggi sementara sisi kiri selokan pagar tinggi dan berkawat. Kulanjut motor hingga sampai di depan RS Labuang Baji, ku ambil arah kanan sekitar 500 meter lalu belok kiri dapatlah jalan vetran selatan kalau tidak salah, lalu berlanjut hingga vetran utara dan diujungnya jalan bandang. Ku parkir motor disamping toko yang menjual alat-alat mobil. "Om ada alat yang begini?", tanyaku. "Oh bobeng, iya ada mau yang asli atau...?", kanyanya. "Coba liat om", potongku. "Ini 950 ribu, yang lain ada 300-an lebih", jelasnya. Ku perhatikan kecocokan dengan contoh yang saya bawa. "Tunggu saya tanya bos dulu", katanya berlalu. "Harganya 850, mau ambil?", tanyanya. "Oh iya sekalian ini mau beli kabel busi 1 paket", kataku. "Oh iya haraganya 250 ribu, tunggu saya ambilkan", katanya berlalu. "Kamu dari mana, kamu dari daerah ya, bulkumba?", kata bosnys. "Bukan pak, dari gowa saya", kataku. "Oh dekat makassar-gowa"katanya. "Iya pak tapi makassar yang saya berdiri dan gowa yang saya tinggali lumayan pak, 2 jam-an naik motor", jelasku. "Oh begitu, itu driver mu?", tanya nya. "Bukan pak ada motor di samping saya larkir", kataku. "Itu sudah, eh ikatkan sakit tangannya!", perintahnya kepada bawahannya. Lalu saya berlalu balik, dan tibalah saya di depan markas tentara sebelum jalan pettarani yang kebetulan jalan 1 arah lalu di depan ada pak polisi mengambil 1/1 motor yang lewat. Untungnya saya berhenti sebelumnya, baru saja berhenti 2 motor ikut berhenti "wahh swiping", katanya putar arah. Lalu ku ikuti putar arah sekaligus lawan arah, tidak jauh ada lorong sebelah kiri, kami bertiga masuk, beberapa lorong terlewati saya berada di tengah, ternyata yang di depanku behenti di sebuah kost, jadilah saya petunjuk jalan yang tidak tahu arah dan ujungnya. Lalu ibu-ibu menyabet saya lengkap dengan helm, kemungkinan dia juga lari dari razia. Dialah yang saya ikuti, beberapa lorong berikutnya ia pun berhenti, "alamak dimana ujungnya ini jalan dan tembus dimana,jangan-jangan saya kembali ke arah pak polisi tadi", batinku. Lalu dalam lamunanku ada motor besar hitam melambungku, sepertinya sama halnya denganku lari dari kerumunan pak  polisi. Ku ikuti hingga dapat mallengkeri, lalu ujungnya saya tembus di mannuruki, lumayan saya sudah tahu jalan ini. Jalan berkelok-kelok, kiri kanan masuk lorong, rencana menjauh dari pak polisi dan ujungnya saya hanya kira-kira berjarak 1 kilo dari gerombolan pak polisi. Baru saya ingat stnk ada di tas, sim c ada, motor lengkap semua, kenapa saya juga ikut lari. Lalu saya keluar di lorong dekat kampus nobel samping perusahaan toyota kalla, berlalu hingga perbatasan gowa makassar. Tiba di gowa saya mendatangi peternak ikan, lumayan banyak ikannya. Lalu saya melaju motor, melewati kampus teknik unhas di jalan poros malino, pasar balang-balang, perusahaan mayora, lalu markas tentara pakatto. Lalu saya singgah di masjid nurul jihad, lalu masuk lorong di rumah nenek jintan di desa "nirannuang" pakatto. Pas mau berangkat di suguhi ikan bakar dan rica-rica mangga. Saya berlalu melewati "samaya", bili-bili dengan jembatannya yang rusak, tanah karaeng hingga di sapaya saya berpapasan dengan perempuan kira-kira mahasiswa kesehatan seperti perawat atau bidan dan prakiraanku mengatakan bahwa dia semester awal, mungkin 1 atau 3. Entah apa yang merasukiku, ku ikuti terus hingga tanjakan motornya tidak bisa mendaki. Lalu saya turun dan dalam keadaan tangan yang sakit ku bantu dorong hingga ke jalan sedikit datar, "kenapa motornya?", tanyaku. "Tidak tahu, baru kali ini terjadi", katanya. "Coba matikan baru starter kembali", kataku. Lah hampir saja tidak mau nyala, di ulang-ulang barulah menyala dan bisa berjalan walau sepertinya kalah ketika tanjakan. Lalu saya kembali ambil motor dan ia berlalu, ku ikuti hingga akhirnya ia singgah di bengkel. Lalu ku laju motor hingga pas dhuhur tibalah saya di desa ulujangang. Saya coba singgah di rumah om tapi tidak ada, lalu ku laju hingga di rumah kakek, sholat lalu istrahat hingga sorenya.

Nb:kalau tidak mauki kalangkabut kalau ada polisi bacaki doa dan lengkapi ki surat-suratta serta motor sesuai standar, jangan terlalu banyak resingna. Tapi ingat-ingat juga siapa tahu lengkap jaki jammi kalangkabut kayag saya mi contona.

Pesan ini disampaikan oleh saya sendiri bekerjasama dengan saya sendiri.hhhahh

Ini ceritaku
Senin 14 oktober 2019
#storytelling

Monografi ku edisi II part 60
Pagi-pagi didapur

Saya: Ajji, ada lauk pauk?
Nenek aji: ada.
S: ada gula merah?
N: ada.
S: nasi sudah matang nek?
N: itu di depanmu, baru saja nenek kasi turun dari tungku      api.
Ku buka panci itu dan berasap.
S: mana gula merahnya nek?
N: itu di lemari-lemari

Ku ambil piring, ku taruh nasi yang masih berasap lalu ku kerokin gula merah. Setengah perjalanan makan, kakek aji bangun.
S: mau juga?
Kakek aji:hum.

Ku ambilkan nasi yang msih lembek sedikit berair lalu ku kerokin gula merah. Ku bawa ke ruang tamu.
Di belakang dapur nenek memarut kelapa. Wahh dikombinasikanlah gula, kelapa dan hangatnya nasi di pagi hari.
Kami menyebut makanan ini dengan "jepe" . Nasi sedikit lembek di tambah  gula dan kadang di campur kelapa.
Waktu kecil dulu paling suka makan jepe' dan sepertinya bermula lagi sekarang.

Ulujangang, 5 Desember 2019.

Monografiku edisi II part 61
Menarik benang merah dari sebuah minuman bernama kopi. Sebelumnya timbul tanda tanya, kenapa orang kalau mau minum kopi yang notabenenya adalah pahit menambahkan gula untuk pemanis. Sebaliknya kenapa orang kalau butuh manis menambahkan kopi yang rasanya pahit. Inilah pointnya. Begitulah hidup, tidak ada kesempurnaan dalam hidup. Jika ada orang yang mengatakan "engkaulah makhluk tuhan paling sempurna" maka itu kalimat racun. Kembali ke kopi. Pada dasarnya manusia ingin hidup bahagia (tidak meski axe, bahagia terkadang didapat dari hal-hal sederhana), sukses,  dan sebagainya itulah gula-nya. Dibaliknya ada kesusahan, hidup sulit, annoy, marah, terhimpit masalah dan sebaginya. Nah inilah kopinya. Dalam kopi yang pake gula memiliki takaran pas. Ada yang takaran 1/1, 1/2, 2/2 tergantung si penikmat. Takaran-Nya jauh lebih pas dari itu, secara detail di takar kehidupan kita. Coba kita lihat firman-Nya dalam surah Al-insyirah :7-8. Di balik kesulitan ada kemudahan. Dan juga dalam firman lainnya "Dia tidak menguji diluar batas kemampuan hamba-Nya"
Perpaduan kopi dan gula adalah salah satu contoh keseimbangan hidup.
#hermancapus

Monografiku edisi II part 62
Salah buang.
Siang itu cukup terik. Setelah makan siang ku coba tidur. Setengah jam ku terbangun oleh suara ."bawa cepat pergi ini kucing, gantung ini karung", kata kakek geram. Memang si kucing ini pemangsa ayam. "Tidak usah di gantung, tidak baik membunuh kucing, sini saya bawa pergi", kataku beranjak dari kasur. Baru saja akan ku pegang sikarung, kucingnga lolos karena karungnya bolong. Lari ke bawah kolom rumah, disana banyak kucing, di rumah ada 5 ekor kucing. Lalu ku tangkap 2 ekor, masing-masing keduanya belang. Karena keduanya dekat dan akrab dengan saya, mudah bagiku menangkapnya. Ku kasi masuk di karung si belang yang banyak hitamnya, lalu ku ambil sibelang yang banyak putihnya, tak sengaja kakinya terjepit oleh karung dan tanganku, lalu spontan ia menggigit tanganku sampai berdarah. Tak ku pedulil, kasi masuk nasi sedikit dalam karung, lalu ku bawah sejauh-jauhnya dari rumah, berjalan berkelok-kelok, sampailah di sungai. Ku buka karung lalu ku keluarkan, mereka berhambur keluar. Dari jauh si belang yang banyak hitamnya menatapku, rasa ibah muncul tapi sayang engkau pemangsa ayam di rumah. Ku pulang, untuk mentaktisi, supaya tidak mengikutiku saya berlama-lama di kebunnya orang, ku temui nenek yang ambil makanan sapi, lalu cari mangga masak. Setelahnya pulang, "dimana kamu buang kucing?", tanya kakek. "Jauh dia tidak akan kembali", balasku. "Tidak, kucing itu sudah ada di rumah mama mu, putih besar kan?", sambungnya. "Bukan itu yang saya buang, lain, kan dia tidak kesini, dia di rumahnya mama", jelasku. Selang beberap menit, kucing si pemangsa muncul dari dalam dapur. "Lah, itu kucing pemangsa, lalu yang kau buang yang mana, jangan-jangan kucingku si bolong yang kau buang", kata kakek. "Alamak, bukan si bolong, si bolong ada di dapur tadi. Tapi ini, si pemangsa, lalu yang saya buang tadi", kataku. "Yahh, salah buang, tidak apalah semoga dapat tuan baru si kucingnya, kalaupun tidak semoga dapat tempat baru diluaran sana, mungkin jadi kucing liar atau kucing hutan", pikirku. Semalam, dua malam, tidak muncul-muncul, malam berikutnya muncul si belang yang banyak hitamnya. "Nah, loh ini kucing yang saya buang, yang satunya belum muncul", kataku. "Apa saya bilang, kalau kau tidak ikat itu karung dia akan kembali, besok buang, ikat gantung", kata kakek. "Tidak usah, kan bukan pemangsa ayam, nanti saya cari yang pemangsa, lalu saya buang lebih jauh lagi", kataku. Beberapa menit kemudian, muncul si belang yang banyak putihnya. "Lah sudah muncul semua, tahu juga arah pulang ini kucing", batinku. Selamat datang di welcome kucing 2 belang, maaf kemarin salah buang. Malamnya saya liat si belang yang banyak hitamnya tidur di depan dapur, sementara sj belang yang banyak putihnya sibuk di bawah kolom ranjang, cari tikus kali.

Monografiku edisi II part 63
Bunda, alif dan si katak
Musim bujan tiba si alif memelihara berudu depan rumah di sebuah kolam-kolam kecil bersama ikan-ikan hias, taman itu di penuhi indahnya warna-warni kembang bunda. "Alif mau kemana pagi-pagi sekali?", tanya bunda. "Ke depan bunda, mau liat ikan baru alif", katanya. Alif pun berlari diikuti bunds di belakang. "Ohh, itu bukan ikan alif, itu namanya berudu. Alif suka?", tanya bunda. "Suka bunda", jawabnya spontan. "Beberapa hari kemudian, "bunda, bundaa, berudu alif hilang", teriak alif. "Mana bunda liat, nah itu apa?", tanya bunda."katak bunda", jawab alif. "Nah berudunya berubah jadi katak", jelas bunda. "Tapi alif tidak mau katak bunda, alif mau berudu", rengek alif. "Sini bunda jelaskan. Alif, mau tidak mau berudu harus jadi katak, itulah perubahan dalam hidup, hidup perlu berubah, dari yang kecil ke besar, dari yang miskin ke yang kaya dan seterusnya. Perubahan ith perlu alif. Alif paham?", jelas bunda. "Alif merasa kehilangan?", tanya bunda. "Iya bun", jawabnya. "Suatu saat kita akan kehilangan semuanya, termasuk alif akan kehilangan bunda, ayah dan semua yang alif miliki. "Alif suka mana berudu atau katak, coba alif perhatikan baik-baik?", tanya bunda. "Suka katak bunda, sekarang ada kakinya, berwarna juga", kata alif. "Nah itulah, Allah menghilangkan yang kita suka, dan mendatangkan sesuatu yang lebih kita suka, lebih baik dan cintailah sesuatu yang baru, mungkin itu yang berkah", jelas bunda. "Oh begitu ya bunda", alif ngangguk.
"Bunda, apa bedanya katak dengan kodok?", tanya alif. "Hemm, oya coba alif liat keluar pagar!", pinta bunda. "Disana itu kodok, permukaan kulitnya kasar dan ukuran badannya juga lebih besar, nah coba liat katak alif, lebih kecil dan berwarna kan. Itulah bedanya", lanjut bunda. "Tapi bun, kenapa ada yang di air dan ad yang darat", tanya alif. "Nah itulah katak/kodok, dia disebut binatang amvibi, bisa hidup di 2 alam, darat dan air. Nah kelak alif pun bisa hidup dimana saja, menyesuaikan diri dengan lingkungan, jangan pilih-pilih tempat untuk bisa hidup. Potensi hidup ada dalam diri, dimanapun kita berada ketika mau berusaha, maka kita akan hidup", lanjut bunda lagi.
"Dari percakapan tadi alif dapat apa?", tanya bunda. "Dapat katak bunda", jawabnya spontan. "Hahaha, bukan alif, hikmah hidup, pertama hidup perlu perubahan, bisa hidup dimana saja (penyesuain hidup), dan belajar arti kehilangan", jelas bunda. "Tapi alif tidak kau kehilangan bunda, alif sayang bunda", kata alif meluk bunda. "Itu sekarang lif, kelak engkau akan bosan dengan bunda, dan bunda akan pergi. Selamanyan", kata bunda basuh kepala alif.
"Hem, ayo alif, bantu mama buat makan malam ayah", ajak bunda. "Ayo bun", jawabnya.
End.

Monografi-ku edisi 11 part 64
Cinderalla-nya balangloe
Ya kali ini saya akan becerita cinderella. Sebelum saya liat filmnya baik animasi ataupun film indosiarnya ketika itu, ternyata sebelumnya saya pernah ada dalam kisah itu. Ketika itu musim hujan di sebuah rumah di dalam hutan, yah rumah masih bisa terhitung jari mungkin ada lima itu pun jaraknya saling berjauhan. Nama daerah ini balangloe, di sebuah hutan di daerah kabupaten gowa. Saya masih ingat rumah yang ketika itu, pertama rumahnya om bali, rumahnya dg. Alm. Deng tarra' , 2 rumah keluarga lain, dan rumahnya deng roda. Saya tinggal di rumahnya om bali yang anaknya menikah ketika itu. Namanya tante rohani. Om bali punya istri namanya deng te'ne, sang pedagang campuran, tapi kebanyakan gula merah. Tante rohani paling suka buka cemilan yang berhadiah, 1 dan 2 pack kadang di buka, tidak makan isinya, yang di cari adalah hadiah dalam kerupuk itu. Baik, balik ke cinderella, musim hujan di pagi hari, tetapi pagi ini sepertinya akan bersahabat, tidak cepat hujan seperti hari-hari kemarin. Appalele (mengantar pengantin perempuan ke rumah pengantin lelaki). "Ammang, sudah makan nak?", tanya ayah. "Sudah, ini masih saya pegang paha ayamnya?", kataku dengan muka cemong. "Mau ikut tante mu appalele sebentar?", lanjutnya. "Mau, tapi sompo (pikul)", kataku. "Kamu sudah besar, jalan saja", katanya. Saya berlalu, cari kerupuk di ruang tengah rumah. Sudah siang, cuaca seketika berubah. Jadwal kepergian pun di majukan. Muka saya di cuci oleh ayah, dan di naikkan di kuda. Lalu ayah naik, dan naik pula tante rohani dengan pakean pengantin, berjalan paling depan, rumah om mansur sang calon suami cukup jauh, awalnya kuda jalan biasa saja, sampai akhirnya di tengah hutan gerimis, daun-daun pinus banyak jatuh menimpa kami. Mulailah kuda di balap, apa daya hujan menghantam kami, saya pegang pada rambut kuda, licin sudah pasti, berkali-kali hampir jatuh untung ada tangan ayah samping kiri kana saya. Ku pegang erat, kadang rambut kuda cabut karena hanya sedikit saya pegang, tangan kecil jadi tidak bisa pegang banyak. Kuda lari kencang, suara-suara kalung, gelang yang penuh selengan terdengar bersamaan sentakan kaki kuda. Di depaan ada sungai kecil tetapi airnya mulai membesar karena hujan sudah semakin lebat. Kuda enggan lewat, hanya berputar-putar, pusing keliling, semakin lama airnya semakin besar, tidak ada jalan lain, sebab satu-satunya jalan menuju rumah om mansur adalah itu. Di samping kiri kanan hutan pinus dan batu yang disusun-susun. Akhirnya tante berjalan ke sebelah, ayah pun demikian sambil menuntun kuda, saya tetap di atas dengan badan mulai menggigil. Alhamdulillah lewat, saya tidak tahu nasib orang-orang di belakang. Kami lanjut kembali, beberapa kilo kemudian ada pohon tumbang, sedikit saja, terkena, pohon pacirri namanya, memang sudah agak di tebang tetapi tidak sampai putus, juga sudah keropos. Hujan sudah sedikit reda, kami pun tiba. Bibir putih pucat, saya pun di ambil alm.nenek jino yang dari tadi di rumah om mansur. Saya di bawa ke kamar lalu terlelap.
Sekarang mereka tinggal di daerah jeneponto, Alhamdulillah jadi  orang "berada" disana. Hidupnya jauh lebih cukup dari kurang lebih 10 tahun yang lalu.
Ulujangang, 13 Desember 2019

Monografi-ku edisi II part 65
Coretan penutup senja.
Semoga saja tidak di anggap riya dan memang tidak ada niat sama sekali. Tapi saya berbagi cerita semoga bisa jadi pelajaran hidup.

Bismillah. Astagfirullah 3x.
Menjelang maghrib tadi, saya, om dan haidir dari ambil stempel di sebuah percetakan di sungguminasa gowa (sumigo). Melewati pom bensin batang kaluku kulihat di sebelah kanan seorang bocah kecil dan karung setengah penuh dengan botol-botol plastik. Ku lewati ia yang sedang melambai tangan dan tak satupun mobil atau motor yang mengangkutnya. Beberapa ratus meter ku belok masuk dalam warung. Hanya pesan makan lalu, "om saya pergi dulu, kalau sudah ada pesanan makan, saja om", kataku. "Mau kemana?", tanya beliau. "Ada sedikit ku urus om", lanjutku. "Haidir, minta kunci dek, kita tukaran motor", kataku. Saya pun berlalu. Setelah melewati pom bensin ku lihat ia berkali-kali melambai tangan untuk menghentikan kemdaraan, tak satu pun berhenti. "Dek, mau kemana?", tanyaku setelah sampai di depannya. "Mau ke alauddin kak", jawabnya. "Ayo dek, saya antar", ajakku. "Tapi saya berdua kak",  katanya. "Mana lagi dek?", tanyaku. Itu di sebelah. Kulihat ia menyeberang jalan. "Iya tidak apa-apa, ayo", kataku. Mereka pun naik motor dengan agak susah karena 2 karung yang isinya masing-masing setengah botol plastik. "Kenapa jauh sekali kesini dek?", tanyaku. "Cari uang", katanya spontan. Saya langsung terdiam, tenggorokan serasa kering, bungkam. Seorang bocah 11-an tahunan berkeliling jalanan mencari uang yang seharusnya bersekolah, bermain dan seterusnya. "keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia" sila kelima masih jauh darinya. Inilah indonesia yang berstatus "berkembang" sejak dulu. Jauh melewati mobil-mobil mewah, rumah makan berbagai varian makanan, tak pernah di nikmatinya. "Adek asli orang sana?", tanyaku memecah keheningan sedari tadi. "Bukan kak, saya asli orang jeneponto", jawabnya. "Ayah dan ibu adek dimana?", lanjutku bertanya. "Di dekat unismuh kak, disana rumahku", jawabnya. "Adek jual dimana plastik-plastik ini?", tanyaku lagi. "Di kumpulkan dulu kak, nanti banyak baru dijual", jawabnya. "Dimana?", lanjutku. "Di dekat rumah ku kak", jawabnya. Saya tidak rumah yang di maksud seperti apa, sebab untuk makan saja sepertinya susah, mengais rezeki dibalik sampah-sampah, untuk membeli rumah mungkin butuh waktu lama. "Oya sejak kapan adek tinggal disana?", lanjutku bertanya. "Kurang tahu kak, sewaktu saya bisa mengingat, saya sudah disana", katanya. "Ada kakek dan neneknya?", lanjutku lagi. Diam tanpa jawaban, bisa ku tebak jawaban itu. Rintik-rintik hujan bersamaan indahnya lantunan masjid-masjid. Akhrinya kami sampai. "Disini dek?", tanyaku. "Iye kak, disini saja", jawabnya. Ku hentikan motor lalu ia membuang karungnya ke sisi jalan karena kesusahan turun di motor. "Terima kasih kak", katanya mengambil karung itu. "Iya dek, kakak pergi nah", kataku berlalu meninggalkan dua  bocah tadi.

Hikmah: kebahagiaan bisa dibeli dengan menolong. Tidak mesti menjadi orang berada untuk bisa membantu. Rezeki manusia terkadang ada pada manusia lainnya.

Sungguminasa, 16 Desember 2019

Monografi-ku edisi II part 66
Pertemuan terakhir.
Suatu siang di tanjung bunga. Setelah memasuki tempat membeli karcis, ku belokkan motor ke seblah kiri mencari pondok angraini. Setelah sampai di ujung, ternyata saya tidsk menemukannya, lalu tidak senagaja juan dan teman lainnya melihatku. "Salahki senior, pondoknya ada disana", katanya. Lalu ku belok motor kembali arah, setelah dapata pondoknya ku biarkan  juan dan lainnya masuk duluan, sementara saya menunggu nirmalasari yang kesesar di jalan sedari tadi. Tak lama menunggu ternyata yang datang ialah gazali dengan satrianya. Membuka helm,mematikan motor dan mendahuluiku berjabat tangan. "Dari mana kak, kenapa motornya menghadap keluar?", katanya. "Ah ini dek, kesasar tadi, tidak tahu pondoknya dimana", jawabku. "Oh iye kak, siapa memang ditunggu kak?", lanjutnya. "Ada anggota baru dek, kesasar tadi di jalan, katanya sudah melewati tempat beli karcis, memang tidak ketemu diluar?", jelasku. "Oh begitu kak. Tidak kak. Tidak ada saya liat anak black diluar. kalau begitu saya masuk duluan kak", pamitnya. "Oh iya dek, sudah ada senior-senior juga itu di dalam", kataku. Tak lama kemudian nirmalasari tiba, lalu kami masuk barengan. Di pondok, orang yang pertama ku temui adalah gazali. "Wahh, gazali, jarang latihan pasti toh", kataku melihat kepalan tangannya. "Iye kak, sudah sedikit sibu di kampus kak", jawabnya. "Tapi sering-sering ke sekret kan?", tanyaku. "Iye kak, biasa kalau sempat saya datang", katanya dengan senyum khasnya. "Kakak, kenapa jarang latihan juga?", tanya baliknya. "Yah, sama dek, saya sedikit agak sibuk, mungkin nanti", jawabku. "Oh iye kak", katanya. Beberapa waktu kemudian acara pembukaan di mulai. Rangakain acara salah satunya adalah pembacaan sumpah karate yang dibacakan oleh gazali. Suaranya lantang, lalu kami mengikuti bait-demi bait. Tak ku sangka inilah suara lantang pertama dan terakhir saya dengar dari seorang gazali, sebab berbicara pun ia sangat hati-hati, lembut dan jarang berbicara, sopan dan santun tidak perlu di tanya lagi. Saya bersaksi dia orang baik. Setelah selesai pembacaan sumpah karate "deg-degan dsn hamprka ketawa tadi kak", bisiknya diseblah kiriku. Hanya ku balas senyum dan tanda jempol karena bertugas dengan baik. Dalam berjalannya mubes (musyawarah besar) international black panther karate indonesia unit uin alauddin makassar, saya sempat dan berkali-kali sebut namanya. "Sempai gazali, eh maksudku Sempat gazali", adalah kalimat berulang saya sebut. Ternyata ini panggilan terakahirku yang ia dengar.
Selamat jalan saudara, sahabatku. Engkau akan tetap menjadi bagian dari kami sampai kami kembali ke pangkuan ilahi menyusul dikau.
×Alfatiha.

Monografiki edisi II part 68
Tadi pagi di perjalanan dari desa ke sungguminasa tiba-tiba motor mati. Lalu ku dorong, tiba-tiba ada orang grab, "om,,om, kenapa motornya om?", tanya nya. "Aaa,ooom,", kataku dalam hati. "Oh iya ini, mati tiba-tiba, tidak tahu kenapa",jawabku. "Sini saya tonda om (dorong pake kaki)", katanya. "Om, coba berhenti di depan, matikan dulu baru starter lagi", pintanya. "Oh iya", kataku. "Lalu saya berhenti, dan starter, tapi tetap tidak bisa. "Pernah kebanjiran ini om", katanya. "Tidak, tidak pernah. Ini tiba-tiba saja mati", elakku. "Oh businya itu om, sana ada bengkel, kesana saja", jelasnya. "Oh iya makasih ya", ucapku. "Iya om sama-sama", katanya berlalu. Wadidawwww, sudah setua itu saya di panggil om. Atau mungkin penampilan katro ku sehingga terlihat seperti om-om. Ahh entahlah. Apapun itu terima kasih telah membantu.

Manggarupi, 23-12-2019
Monografiku edisi II Part 69
Menjelang maghrib ku ayunkan langkah ke masji. "Puang, saya ke masjid dulu", pamitku pada puang rusli. "Oh iya boy, pak dusun sudah lewat tadi", balasnya.  Setelah sampai, saya di jemput dengan senyum ramahnya pak dusun basri. "Kapan datang boy", katanya menghampiriku. "Tadi menjelang sore pak", kataku menjabat tangannya. "Oya mati lampu ya pak?", kataku basa basi. "Iya dari tadi sore itu mati lampu", jawab beliau. Setelah bincang-bincang, di suruhnya kak bambu adzan. Sementara adzan, si salam menepuk pundakku. Hanya ku balas jabat tangan karena berbicara tidak bisa sebab adzan sedang berlangsung. Setelah maghrib, kami duduk khalaqah (melingkar) berbincang-bincang, tentang pendidikan, keagamaan dan masyarakat desa tentunya serta potensi-potensi yang ada di desa. Termasuk tire/porang, talas jepang, bunga krisan (dari jepang), markisa (yang sedang di kembangkan anak karang taruna desa mamampang). Selain itu kami berbincang mengenai sekolah rakyat (SR), Kalau dulu SR itu adalah sekolah anak-anak sebelum menjadi SD (Sekolah Dasar). SR (sekolah Rakyat) yang berada di desa mamampang adalah sekolah yang menampung aspirasi warga, petani, anak muda, dan sebagainya. Disinilah para warga yang mau atau ingin berusaha di kumpulkan, sepertj usaha jahit, usaha singkong, usaha mebel, usaha sirup markisa, usaha bengkel dan lain sebagainya. Untuk usaha talas jepang di desa mamampang sudah bekerjasama dengan konsultan jepang, sehingga memudahkan mereka. Sedikit tergugah dengan cerita-cerita malam itu. Kurang lebih satu jam kami berbincang lalu sholat isya. Setelah sholat, kami (rombongan) masuk di rumah puang rusli lagi dan lagi membahas tentang persoalan tadi, tentang kedesaan. Malam semakin larut, gelap tentulah ia, di tambah dinginnya angin malam, kopi setengah pahit tersedia di depan kami. Ku habiskan duluan karena akan beranjak ku dusun sebelah (sangkara'na) menemani puang naba. Di sebelah kiri saya kak bambu, beliau sahabat saya, kebetulan tadi sore memberi  saya sebuah karya yakni cincin dari kayu. Sudah banyak karya-karya beliau. Nah cincin ini katanya terbuat dari kayu hitam cocok untuk di gunakan bepergian (sejenis ada mukaromahnya), dalam hati memang cocok karena kan cincinnya kecil, coba kalau cincinnya sebesar lingkaran mobil maka tidak cocok. Sementara disamping kanan saya puang basri, beliau pak dusun baru di dusun bahoturungang. Sementara pembahasan berlanjut, saya berpamitan untuk ke dusun sebelah, sedikit merinding akan berangkat karena gelap, dan katanya di perbatasan dusun (jembatan) biasanya ada aneh-aneh, teringat waktu KKN dulu, malam itu di RT 02 ada orang meninggal, lalu saya di percayakan teman-teman melayat malamnya, sorenya janjian dengan pak imam di masjid, tahu-tahu saya di tinggal, lalu saya pergi sendirian dan jalan itu belum aspal, masih pengarasan dan pas di jembatan motor saya mati. Merinding bulu kuduk, rencana mau lari tinggalkan motor, tapi ingat sesuatu "ayatul kursih" Alhamdulillah hati tenang dan motor menyala kembali. Kembali ke sekarang, setelah sampai di rumah puang naba, sri nurwahyuni dan 2 temannya baring di depan tv yang tidak menyala. Sementara puang naba di kamar. "Boy, mau tidur di rumah atas atau di dalam berama bapak?", tanya puang kanang. "Di dalam saja sama bapak bu", jawabku. Duduk berbincang akhirnya menyala lampu, maunya lanjut cerita dengan ibu, tetapi karena lelah dan ngantuk, ku tinggalkan mereka. Tidur di samping puang naba dengan lelapnya, hingga kebiasaanku muncul, terbangun pada jam 11, jam 3, jam 4 dan jam 5. Jam 5 sholat subuh lalu tidak tidur lagi (yasinan-selesai). Pagi-pagi minum teh hangat dan pisang goreng. "Uni, jam berapa pulang?", tanyaku. "Jam 10 boy, mengajarka jam 2", jawabnya. Lalu saya keliling kampung, dan singgah di dusun bahoturungang, bertemu dengan adek-adek mahasiswa kkn. Ngeteh lagi dan makan pisang goreng dampok (pisang di jemur hingga kering baru di goreng). Jam setengah 10 saya balik ke dusun sangakara'na, saya kira akan balik jam 10, sebelum balik puang rusli bawa markisa sekantong untuk ku bawa pulang. Ternyata, uni tunda jam 12 siang. Yahh, sepertinya akan kebasahan lagi seperti waktu datang kemarin, dan ternyata itu benar. Kami disepanjang jalan kec. tombolopao sampai kec.bontolempangan terguyur hujan.
Selain markisa kami boyong mangga dari pak saleh dan kentang dari puang kanang.
Sebelum pergi terasa berat meninggalkan puang naba yang masih terbaring lemah karena sakitnya dan juga karena kebaikan para bapak dan ibu serta teman-teman remaja  di kampuang ini. Mereka adalah keluarga selanjutnya setelah keluarga di kampung sendiri.
Terima kasih untuk semuanya.
Semoga bisa berjumpa kembali dilain hari.
#hermancpaus

Monografi-ku edisi II part 70
Dinginnya pagi masih terasa, walau matahari sudah nampak di ufuk timur. Hp-ku berdering lalu bergetar, ternyata telpon dari tante.

"halo Ammang, kamu ke sungguminasa temani om mu sebentar nah", katanya di balik hp. "Oh iya tante, saya siap-siap dulu", balasku. Hp pun mati dan, "nenek, saya mau ke sungguminasa sama daeng sukku", izinku pada nenek. "Oh iya", kata nenek. "Tunggu, saya mau ikut kerumahnya", timpal kakek. Setelahnya kami pun berlalu. Saya berboncengan dengan om sukku' , kak ansar dengan temannya, lalu 4 orang di mobil angkutan. Setelah sampai di dinas kependudukan dan pencacatan sipil (disdukcapil) kabupaten gowa, om dan kak ansar pun masuk. Setengah jam berlalu, mobil pun tiba. Saya jemput mereka. Ternyata lumayan banyak orang, nomor antrian pun beratus-ratus. Dhuhur pun tiba, kami sholat di bareng di mushollah.

Setelahnya, saya menuju sebuah kantin dan pesan mie pangsit. Ternyata setelah perut terisi mata pun serasa ngantuk. Saya ke motor lalu tidur tertunduk di atas motor. Lalu saya di bangunkan oleh om. "Ammang, tolong ke polsek minta surat keterngan kehilangan", pinta om. Saya pun berlalu, berkelok-kelok melewati gerombolan mobil di depan rumah sakit syech yusuf (kallong tala), lalu tibalah di sebuah kantor polsek batangkaluku. "Assalamualaikum pak, maaf kalau mau mengurus surat keterangan kehilangan di bagian mana?",tanyaku. "Dimaan hilang dek?", tanyanya. "Di daerah sapaya pak", jawabku. "tidak bisa dsini dek, harus di polsek kec. Bungaya ambil", katanya. "Oh begitu ya pak, kalau begitu saya pamit pak, assalamualaikum", kataku pamit. Saya pun kembali dengan tangan kosong. Teriknya matahari membuat tenggorokan kering, saya kembali ke kantin. "Mbak, saya lagi", kataku. "Oh yang tadi makan pangsit ya?", tanya mbaknya. "Iya saya, beli pop ice mbak", kataku. "Oh iya rasa apa?", tanyanya lagi. "Rasa yang pernah ada,hehe?", candaku. "Saya kira st 12", katanya. "Kok st 12?", tanyaku. "Iya st 12 rasa yang tertinggal", jawabnya. "Bukan mbak, judika tapi", kataku. "Apaantu?", tanya beliau. "Rasa yang tersakiti", kataku. "Kasian, ini minum sedikit karena full tempaynya!",pintanya. Saya pun minum lewat pipet lalu mbaknya yang pegang, tiba-tiba "kedubraaaak" pop icenya tumpah mengenai baju dan celanaku. Pop icenya berceceran "alamak, maaf, maaf, tidak sengaja, tumpah", katanya merasa bersalah. "Tidak apa-apa mbak, biasa itu", kataku sambil mengibas-ngibas pop ice yang tertinggal di pakeanku. "Di dalam ada air, sana bersihkan, ini juga lap", celotehnya. Lalu saya masuk ruangan yang ada airnya, sementara saya bersih-bersih ternyata mbaknya buat baru pop ice-nya. "Oya ini pop icenya", sodornya. "Oh iya terima kasih mbak, tapi yang tadi bagaimna?", tanyaku. "Tidak apa-apa", katanya. "Oh iya terima kasih mbak, saya kesana dulu", pamitku. "Oh iya dek, sama-sama", balasnya. Di motor ternyata ada arif teman lamaku, sambil menunggu antrian kami pun bercerita panjang kali lebar. Lalu tiba-tiba ku lihat sosok perempuan berbaju hitam, jilbab abu-abu, sepertinya saya kenal "ternyata ikka ada disini", kataku. "Eh kak herman, bikin kaget, lagi apa disini kak?", katanya. "Lagi mengurus sesuatu", jawabku. "Ikka sendiri ngapain kesini?",tanyaku balik. "Ini antar teman buat KK (kartu keluarga) kak",jawabnya. "Sekarang kegiatan apa dek?", lanjutku. "Alhamdulillah kak, sekarang nyusun tesis", jawabnya. "Wah hebat ini adek, calon master ternyata, sukses dek", kataku. "Hemm, Alhamdulillah kak, kalau begitu saya pamit dulu kak", pamitnya. "Oh iya dek, selamat mengurus", kataku. "Eh arif, yang tadi itu keluarganya anti", kataku tanpa di tanya. "Anti siapa?", tanyanya. "Anti teman kelasmu dulu waktu kuliah", jawabku. "Oya, kamu banyak tahu ternyata", katanya. "Biasalah, panjang perjalananku", kataku. Sementara saya pencet-pencet hp, ternyata ada yang garuk kepalaku, "alamak, senior, urus apa ini?", tanyaku. "Ini urus KK, mau di aktifkan", katanya. "Wah senior tati semaki  sejahtera yah, semakin beda waktu sekolah SMP dulu, dulu sedikit cerewet dan tomboy, hehe piiis kak?", ledekku. "Kau itu sembarangan, siapa yang saya temui ini?", tanyanya. "Coba datangi pak bahrun senior", kataku. "Yang mana orangnya?", tanya nya. "Yang disana, duduk depan cewek baju biru yang jilbab hitam, itu yang duduk kepala plontos", jelasku. "Oh iya makasih man, saya kesana dulu", katanya berlalu. Menjelang ashar berkas-berkas belum selesai juga. "Arif belum selesai juga yah, lama", kataku. "Iya soalnya banyak yang antri, apalagi kan siang tadi istrahat", katanya. "Saya lihat DISDUKCAPIL  ini adalah salah satu instansi atau lembaga tersibuk, mungkin tidak ya kalau  di perbesar dan ti tambah pegawainya, ya paling tidak supaya tidak terlalu lama menunggu, bayangkan misalnya kalau yang antri-antri itu jauh dari kampung, mereka mungkin rencana akan balik hari ini, tapi karena belum selesai di pun nginap, untung kalau ada keluarga di area sini, bisalah numpang barang semalam, kalau tidak dimana mereka tinggal", celotehku. "Iya betul,  termasuk saya, rencana mau balik sore sebentar tapi kalau tidak selesai, bagaimna?", keluhnya. Lalu kulihat si om menerima telpon, rada-rada sedih, "ammang kita pulang, adek iparnya kakek meninggal", ajaknya. "Tanpa kata saya ambil motor dan berlalu. Hanya singgah beli ban motor dan singgah makan di depan pom bensin bili-bili. Tak lupa ku belikan roti maros di pom bensin untuk si kakek dan nenek. Saya pun berlalu hingga hampir menjelang maghrib saya pun tiba, hanya singgah sholat ashar dan berlalu ke dusun sebelah rumah almarhuma nenek ni'na. Setelah maghrib beliau pun di makamkan, lalu say kembali ke rumah dengan nenek, sementara si kakek di jemput oleh adeku si whiro. Selamat jalan nenek.

Innalillahiwainnailahirojiun. Kullunafsin  zaikatul maut.

Semua yang hidup pasti akan meninggal, hanya menunggu waktu dan giliran.

#hermancapus

Monografi-ku edisi II part 71

Ikhtisar kota bantaeng
Pagi-pagi berangkat dari kabupaten gowa ke kabupaten bantaeng. Saya berangkat dengan sopian dan angga. Kabupaten bantaeng adalah kabupaten eks. Pimpinan gubernur prof. Nurdin Abdullah. Di tangannya bantaeng terkenal seantero indonesia bahkan skala international, secara pak Nurdin adalah prof yang pernah menjajaki pendidikan di negeri tirai bambu jepang sehingga tidak susah baginya membuat bantaeng terkemuka. Memang disadari bahwa pemimpin sebelumnya ambil andil. Tetapi di tangan pak Prof.lah bantaeng terkemuka dengan berbagai cindera mata baik lokal maupun international.
Sekitar  pukul 10 tiba di kota bantaeng. Kami lalu memasuki kecamatan eremerasa. Berkeliling disini, mengamati aktivitas warga, seperti biasa pada umumnya mereka adalah pekerja di sawah, kebun dan lautan. Secara garis besar kabupaten bantaeng seperti kabupaten lainnya, masyarakat ada yang hidup di atas rata-rata, rata-rata, dan adapun hidup di bawah standar. Terlihat rumah panggung berjejer dengan model tempo dulu, pun banyak rumah-rumah batu. Di kecamatan Eremerasa, rumah masih ada yang berjarak, di belakang, samping kiri kanan rumah masih di dominasi oleh jagung dan kebun yang masih kehijauan. Di tempat ini ada 2 tempat wisata kolam renang. Permandian erbol dan permandian eremerasa berjarak beberapa kilo meter dari pusat kota. Kami tidak sempat menyambangi karena tutup di hari kemarin karena ulah virus korona. Berkeliling kecamatan eremerasa dan kecamatan tompobulu adalah kali pertama bagi saya dan angga, kecuali si sopian yang punya salah satu kampung disini. Desa pa'lingang dan beberapa desa lainnya kami kunjungi dengan hutan-hutan masih rindang di berbagai tempat, tak ayal, kami bertemu om monyet dengan anaknya di jalanan. Menjelang sore, kami bali ke kabupaten gowa melewati kota bantaeng dengan pohon-pohon rindang di kiri kanan jalan, dengan bentangan lautan dibagian kiri dan aktivitas warga berpanco dengan kuatnya arus, ada yang menangkap ikan mungkin pula ada yang me-rumput laut. Rumput adalah salah satu mata pencaharian mereka, meski memang tidak sedap di hidung ketika berlalu disini. Di ujung jembtan kami masuk ke pedesaan, jalan kompas (singkat) menuju kabupaten gowa dengan melewati rumbia (kabupaten je'ne ponto) lalu tiba di cikoro, malakaji kabuputen tompobulu kabupaten gowa lalu 45 menit tibalah di desa ulujangang kecamatan bontolempangan. Perjalanan tadi memberiku wejanagn bahwa daerah maju, tidak monoton menelisik sang pemerintah, sebab kebijakan baik apapun tanpa kesadaran masyarakat tidak akan berbuah baik. Dan perjalanan ini memperlihatkan ku bahwa kota bantaeng adalah salah satu kota terdepan di sulsel dan mungkin kabupaten-kabupaten tetangganya. Yahh memang tidak bisa membandingkan dengan hanya sekilas tetapi secara garia besar, saya menemukan perbedaan itu. Termasuk jalanan yang lumayan tertata, tidak mendapatkan lubang besar dijalan yang mungkin saja bisa membuat celaka.
Ikhtisarku tentang kota bantaeng.
Bantaeng, 19 Maret 2020.

Monigrafi-ku edisi II part 72
Negeri game.
saya membayangkan kelak, negeri ini jadi negeri game.
Sebab pepatah lama mengatakan bahwa pemimpin masa depan adalah pemuda. Dan lihatlah sekarang pemuda. Lebih mengasah kemampuan game daripada mengasah kemampuan memimpin.
Maka yang tua jadilah penangis di hari senjanya. Sebab, harap dan mimpinya tak seindah bayangannya.
Menyesal sudahlah tentu, barangbisa mengembalikan waktu untuk bisa mendidik anak mudanya, ia akan lakukan dengan sepenuh jiwa raganya.
Apalah daya, hanya bisa tertunduk lesuh dengan penuh sakit di batin.
Pahlawan dulu yang tanpa tanda jasa benar tak ada lagi.
Tandanya sudah hilang, jasanya yang dinikmati seolah tanpa terima kasih. Lihatlah, hari ini, esok dan lusa. Coba bertanya kepada mereka, tahukah mereka para pahlawan-pahlawan kita dulu. Tahukah mereka deretan-deretan presiden kita dulu. Tahukah mereka tentang perjuangan-perjuangan para pendahulu dengan tombak bambu runcingnya. Tahukah mereka tentang trisakti, malino berdarah, bandung lautan api. Para pejuang-pejuang gorong-gorong, rela bermalam di hutan bersembunyi, berperang melawan penjajah. Ah, para pendahulu. Tenanglah di alam sana, cukuplah Allah membalas jasa-jasamu.
Ulujangang, 21 Maret 2020

Monografi-ku edisi II part 73
Saya berandai-andai.
Virus korona adalah buatan manusia untuk mengeliminasi (secara halus) sebagian penduduk bumi. Mungkin saja penduduk bumi sudah terlalu banyak sehingga harus di eliminasi. Sebab rentatan peristiwa terjadi setiap beratus tahun. Wabah semacam ini selalu terjadi, mungkin kita bisa menelisik sejarah atau peristiwa yang berlalu. Mungkin juga ada beberapa perusahaan digdaya atau seorang pakar, atau professor atau apapun itu yang membuat virus ini. Hal serupa biasa kita lihat kisah di sebuah film dan bukan tidak mungkin terjadi di dunia nyata.
Mari dan coba merenung serta mencari referensi tentang hal seperti ini. Tulisan ini hanya ikhtisar saya tentang perkembangan virus yang bernama korona. Seratus tahun kemudian entah virus atau wabah apa yang mengeliminasi manusia yang disebabkan oleh ide manusia/penguasa itu sendiri.
Saya juga berfikir dan berandai bahwa mereka sudah mempersiapkan antibotik sebelumnya. Sehingga sedikit demi sedikit mereka membocorkannya ketika usaha mereka sudah hampir usai. Menata tatanan dunia baru setelah mengeliminasi manusia lainnya.
Ah, tidak ini kan virus dari binatang, yang katanya akibat dari memakan kelelawar.
Ah yang benar saja, sudah berapa lama mereka mengonsumsi itu. Apakah baru tahu ini, kan tidak. Terkadang ambisi terlihat mulus ketika meng-kambing hitamkan sesuatu. Ya salah satunya kelelawar itu. Semoga semua lekas sembuh dan tulisan ini salah sehingga korona ini adalah benar-benar bencana bukan sindikat manusia semata.
Sekali lagi ini adalah ikhtisar boleh tidak salah boleh juga tidak benar.
Ulujangang, 25 Maret 2020.

Monografi-ku Edisi II part 74
Diam berperang melawan virus korona.
Diam itu bukan  berperang, ia hanya menunggu instruksi selaniutnya. Apakah sudah bisa beraktivitas seperti biasa atau masih di instruksikan rebahan di rumah, makan, tidur, main hp, nonton dan lainnya. Diam seperti ini adalah pesimis atau pasrah atas keadaan. Stay at home bukan berarti diam. Coba dalam keadaan stay at home, lalu kita gunakan untuk mencari solusi, paling tidak penangkal, penambah kekebalan tubuh, vitamin dan lainnya. Mungkin saja olahraga mini dalam rumah atau halaman rumah (SKJ/senam kesehatan jantung, bulutangkis atau mencuci menggunakan sikat, bukan lagi mesin sebagai olahraga dst. Makan buah yang mengandung vitamin C dan E, sayur-mayur dan seterusnya. Jadilah tabib bagi diri sendiri dan keluarga. Ramu-lah bahan herbal, kalau tidak tahu kandungan dan lainnya, maka cobalah tanya om google. Sesuatu yang kita makan yang lazim, maka tidak salah di coba. Yang tidak lazim adalah minum dettol,  air seni sapi dan lainnya adalah salah karena tidak lazim. Yang lazim misalnya rebusan daun pepaya. Masak 2 gelas air, lalu rebus hingga tersisa 1 gelas air. Saring airnya lalu minum. Airnya di minum, daunnya jadi sayur-mayur, sebab banyak mengandung vitamin C, E, A, K, dan B. semoga bisa menambah daya tahan tubuh.
Masih banyak tumbuhan mineral yang terdapat di alam, yang bisa di cari untuk menambah daya tahan tubuh.
Semoga perkara virus ini cepat berlalu dan kembali beraktivitas kembali.
Ulujangang, 27 Maret 2020

Monografi-ku edisi II part 75
Beberapa mitos yang berkambang di masyarakat perkampungan dari dulu hingga sekarang.

1. Jangan duduk di depan pintu/anakntangga nanti jodoh tak kunjung datang karena engkau selalu terlewati.
Lah, bagaimana tidak terlewati orang duduk di depan pintu/tangga. Ini benar, dia akan terlewati oleh orang-orang yamg lewat tapi bukan jodohnya yang terlewat. Dimana relasinya.
Kalimat ini mengajarkan bahwa jangan duduk di depan pintu/anak tangga, sebab mengahalangi orang yang mau lewat.

2. Jangan duduk di bantal nanti bisulan.
Banyak orang yang tidak duduk di bantal bisulan juga kan?
Jadi bukan bantalnya yang buat bisulan, bakterinya yang buat bisul. Hanya saja, tidak sopan kalau duduk di bantal, sebab posisi bantal di kepala saat tidur.

3.kalau makan jangan pindah-pindah, nanti suami/istrimu sebanyak yang engkau pindah.
Jadi kalau misalnya 5 kali pindah, maka siap-siap 5 kali menikah. Dimana hubungannya. Hanya saja kalau anak-anak makan, kan biasanya berantakan, nasi terhambur kiri kanan, kan kasian ibunya membersihkan.

4. Pusat rambut di kepala atau pusat rambut miring.
Katanya, kalau pusat rambut banyak, maka banyak juga istri/suaminya. Lagi dan lagi paradoks tidak logis. Ada beberpa orang hanya 1 pusat rambutnya, tapi menikah sampai 3 kali, melawan mitos. Juga kalau pusat anda miring apakah di kiri atau di kanan, anda anak bandel, nakal dan sesuatu yang berkaitan dengan ketidakbaikan. Paradoks ini menzolimi. Sebab banyak yang pusat rambut di tengah-tengah tetapi kelakuan kucing garong.  Sebenarnya terkadang pemilik pusat rambut kepala miring orang baik, tetapi karena tertanam dikepalanya bahwa di di jastifikasi buruk maka tidak menutup kemungkinan dia berbuat buruk, kecuali orang yang ingin melawan mitos ini.

5. Menyanyi saat masak maka akan menikah dengan orang tua. Tidak ada referensi atau patokan si penyanyi yang memasak akan mendapat orang tua. Hanya saja kalau menyanyi (assipere/ melawan lagu dengan lagu, yang kehabisan lagu dia kalah, biasanya dilakukan orang-orang dulu ketika bekerja, misalnya membuka kupas jagung, atau membuka biji jagung dari tongkolnya) menghilangkan kesunyian. Kalau ini dilakukan saat memasak maka habislah, gosong masakan. Jadi bukan berarti menikah dengan orang tua.

6. Ketika bercerita/apparumama kalau tidak tamat ceritanya maka umur kita pendek.
Orang dulu kalau bercerpen/apparumama harus tamat. Kenapa harus tamat ceritanya karena penasaran apa akhir ceritanyna. Berkaitan dengan umur, karena takut umur pendek, maka mau tidak mau harus di tamatkan.

7. Ketika meniggal dalam keadaan bujang, maka di akhirat akan memelihara 40 ekor anjing betina.
Kebayang repotnya. Di akhirat tidak ada lagi orang memelihara binatang, disana saatnya kita semua mempertanggungjawabkan kehidupan kita ketika di dunia. Menunggu buku catatan kebaikan atau keburukan selama hidup, menunggu pengadilan tiba di padang mahsyar, menunggu giliran melewati titian syiratal mustakim, menunggu jawaban apakah kita penghuni surga atau neraka. Lalu dimana waktu kita untuk memelihara anjing, sementara ketakutan tidak ada duanya. Takut, merintih, menangis seperti orang gila karena tidak ada yang bisa menolong kecuali diri kita sendiri dan syafaat Rosulullah Muhammad SAW.
Mitos ke tujuh ini, digunakan orang dahulu ketika membujuk anaknya yang tidak mau menikah. Nah sekarang karena alasan ini, takut meninggal sebelum menikah maka banyak di bawah umur amburadul, pacaran disaat usianya masih belia, sehingga perceraian meningkat di perkampungan. Kenapa terjadi?
Sebab mereka masih labil, hanya memandang soal cantik dan gagah, penampilan modis, dan seterusnya.

Sebenarnya semua mitos-mitos itu baik. Tetapi terkadang tidak sesuai zaman. Jangan menanamkan dikepala anak bahwa itu adalah perkara wajib yang memang wajib dilakukan dan wajib tidak dilakukan. Sesuatu yang harus di tanamkan adalah sikap tenggangrasa, sikap sopan santun, attitude yang baik, menghargai yang muda dan menghormati yang tua, ramah tamah kepada sesama bukan remeh temeh yang merendahkan atau meremehkan orang lain. Menciptakan kedamaian, persatuan dan kesatuan. Sebab pepatah lama berkata "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".
Ulujangang, 01 April 2020

Monografi-ku edisi II part 76
Bersatu tidak mesti berkumpul
Karena virus korona semua jadi kacau. Termasuk bersatu, katanya pertama dalam sejarah bahwa bercerai kita kuat bersatu kita runtuh/celaka. Lalu saya beropini, bahwa bersatu tidak mesti berkumpul. Raga tidak mesti berkumpul untuk bersatu. Lihatlah kalau kita bercerai berai. Pimpinan katakan jangan keluar-keluar rumah, stay at home, jangan berkumpul. Tetapi karena tidak ada persatuan, toh banyak yang melanggar. Memang tidak semua daerah, tetapi yang sudah dalam zona merah tentu harus patuhi kalau tidak akan terpapar lalu terkapar. Dalam kondisi seperti ini, disinilah peran aktifnya seorang pejabat/pimpinan. Jangan biarkan rakyat kelaparan. Contohlah salah satu sahabat nabi, Umar Bin Khattab. Beliau sendiri memikul gandum untuk warganya yang kelaparan. Kembali ke bersatu. Lihat juga bersatunya kita tanpa harus berkumpul, daring (kuliah/sekolah online), kalau guru, dosen, siswa dan mahasiswa tidak bersatu maka akan amburadul. Coba, dosen menjelaskan lalu di video 1 (aplikasi zoom) main kiri kanan, kan tidak optimal. Atau di video 2 menyalakan musik sementara daring, tidak memperhatikan guru/dosen, amburadul bukan. Nah karena bersatu atas 2 kepentingan yang berbeda, (dosen butuh uang sehingga mengajar, mahasiswa membayar karena butuh ilmu dan titel) sehingga mereka bersatu. Mengajar dan belajar. Berbicara tentang daring, saya berpikir bahwa kita di paksa modern/maju oleh waktu. Sebab, hanya negara yang maju/modern yang bisa melakukannya, dan ini sudah lama dilakukan oleh negara-negara adidaya dan universitas chicago sudah melakukannya sejak tahun 1892 itu berarti 128 tahun yang lalu. Kemudian john bourne pada tahun 1996 mengembangkan asychronous learning network web yang merujuk kepada kemampuan untuk memberikan pendidikan kapan dan dimana saja melalui internet.
tidak ada yang bisa melawan waktu. Seperkasa apapun akan runtuh oleh waktu. Lihatlah salah satu kaisar di china, saking berkuasanya dia tidak takut dengan apapun kecuali waktu. Waktu yang berujung pada kematian. Sebabnya, dia perintahkan tabibnya untuk mencari obat kekal. Seantero china di susurinya. Karena sangat takut akan waktu kematian, maka dengan waktu singkat sang kaisar mati dalam usia muda. Persoalan waktu sangat di hargai dalam islam. Lihatlah surah Al-ashr (demi masa/waktu). Rugilah bagi yang tidak menghargai waktu.
Sekali lagi mari bersatu walau tidak bergenggam tangan, tetapi visi dan tujuan tersimpul mati untuk ke kemaslahatan bersama.
Ulujangang, 01 April 2020

Monografi-ku edisi II Part 77
Engkau boleh saja mencari harta, lalu bergelimang harta. Tetapi itu semua tidak bisa membeli waktu-waktu bersama keluarga. Yakinlah, engkau akan merindukan saat-saat bersama mereka. Entah kapan itu, mugkin setelah semua usai. Saat kita kehilangan semuanya. Keluarga adalah tempat kembali mengadu nasib. Tidak ada manusia yang rela melihat kelaurganya menderita. Tak berharta boleh, tapi tak berkeluarga (hidup bersama keluarga) jangan. Jangan  kehabisan waktu baru engkau ingin bersama mereka. Memang disisi lain ada yang tidak seberuntung kalian, memiliki keluarga dengan utuh. Tapi semoga serpihan-serpihan itu memberi harapan untuk bahagia dan menikmati hidup selayaknya mereka. Tidak ada yang tercipta tanpa alasan yang pasti. Keluarga adalah kita.

Ulujangang 02, April 2020

Monografi-ku edisi II part 78
Petani yang bekerja curang atau membuat curang (bibit, pupuk dst.) Sama saja dengan pejabat yang korup. Bedanya adalah si petani bekerja keras sementara si korup kerja cerdas tetapi hasilnya sama. Tidak semua rezeki petani berkah. petani bekerjalah dengan jujur, bekerja keras dan bekerja cerdas. Ingatlah anak istri kalian menikmati hasilnya. Kelak engkau akan di minta pertanggungjawaban atasnya. Pedagang, jadilah pedagang jujur semoga rezekinya berkah. Pejabat, jadilah pelayan rakyat yang baik. Gaji tinggi akan mudah di pertanggungjawabkan jikalau rakyat ridho. Pendidik, jadilah pendidik yang terdidik, jadi panutan anak didiknya, semoga dengan itu hidup selalu dalam lindungan-Nya.
Hidup  di dunia hanyalah sekali, kita akan melanjutkan hidup di alam lain setelah kewafatan. Kenapa kita tidak belajar hari ini tentang kehidupan di alam roh, alam rahim dan sekarang kita di alam dunia. Kita pernah hidup di dua alam itu, sudahlah tentu alam dunia pun kita akan tinggalkan.
Istimewanya di alam dunialah kita diminta untuk bertanggungjawab. Dua dunai sebelumnya hidup gratis kan?
big think.
Ulujangang, 06 April 2020

Monografi-ku edisi II part 79
Hidup sekarang itu seperti juga air bah di sungai. Dia tidak memandang siapa di depannya. Selagi dia masih bisa lewati, dia akan melewatinya. Jika sanggup dirobohkan, dia akan merobohkannya. Jika tidak bisa, dia akan beralih ke jalan lain. Apakah ke kiri atau kekanan tanpa henti. Sekarang kita lihat kehidupan. Nafsu manusia bergerak tanpa henti, tanpa batas. Tak pandang bulu, asal kan ber-uang, rasa kemanusiaan pun hilang. Dia akan beralih hanya kepada orang yang ber-uang, selebihnya di hantam semua.
Hukum kebal karena uang, orang tak bersalah dijadikan bersalah karena uang. Ternyata benar, uang adalah raja dan orang ber-uang berkata semua mampu di belinya bahkan harga diri orang sekalipun.

Ulujangang, 07 April 2020

Monografi-ku edisi II part 80
Jika suatu kaum, hamba, umat atau individu di beri kesulitan, cobaan dan sebagainya, janganlah menyalahkan keadaan. Allah tahu hal itu. Jangan tanya mengapa sebab tingginya nilai amal baik tak terlihat, mungkin saja buah amal dari kesabaran dari kejadian itu amat tinggi. Merontah, seolah menolak takdir yang terjadi menjadikan-Nya murka. Ingat pula bahwa amal buruk juga tak terlihat dalamnya, jangan sampai sikap merontah, menyesali terlalu dalam membuat amal buruk kita teramat dalam. Bersikap sabar, berusaha dan ikhtiar ketika tertimpa musibah adalah perbuatan bijak. Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya walau dalam kondisi apapun, selama hamba tersebut membutuhkan pertolongan-Nya. Ingatlah bahwa kita tidak pernah jalan sendirian. Ingatkan malaikat raqib dan atid yang selalu berada disisi kanan dan kiri kita. Ya sekarang, tergantung maukah catatan amal buruk kita lebih banyak atau catatan kebaikan kita.
Bersikap biasa saja dan berusaha. Semoga terhindar dari marabahaya. Aamiin.
Ulujangang, 12 April 2020

Monografi-ku edisi II part 81
dalam bahasa makassar tv atau televisi di sebutnya "tolopisi" entahka ap hubungannya dengan"tolo"(bego).
mungkin sja ini menandakan bahwa terlalu menonton "tolopisi" itu membuat mayarakat menjadi "bego" karena tidak memiliki waktu untuk membaca/belajar,sehingga mereka banyak tidak pintar.
Lalu teringat ketika kanak2 dlu,ketika pulang sekolah kakak sepupu memanggil adek2 sepupunya yang berjumlah 4 org untuk belajar kembali setlah pulang sekolah.karena sya paling"tidak pintar"di antara semuanya,saya lalu pergi sembunyi2 menuju rumah teman yang kebetulan saat itu punya"tolopisi" dan menonton sampai sore.
dan memang terbukti sya tdk bnyak tahu tentang pelajaran sampai saya naik kelas 3 baru ad sedikit tahu.
#.

Monografi-ku edisi II part 82
telah banyak yang nampak jiwa-jiwa yang kosong.begitu nikmat lelap tidurnya hingga suara-suara merdua di surau tak di dengar pula.
tak terpungkiri,zaman ini telah mematikan hati yang dulunya hidup dengan indahnya nikmat ketaatan.sunyi senyap di pagi buta membuktikan betapa matinya jiwa-jiwa yang kosong ini.
Taat kah aku Tuhan?
#.

Monografi-ku edisi II part 83
Kesalahan yang pernah diperbuat dimasa silam akan menjadi titik2 pelajaran dimasa mendatang.dan terlalau banyak menyesali adalah perilaku konyol yang begitu besar.karena hanya akan memberikan tinta2 hitam di atas kertas2 putih.
Masa lalu itu dijadikan pelajaran bukan penyeslan.
#.

Monografi-ku edisi II part 84
Ketika kembang mulai menunjukkan kuncup2nya yang menawan.begitu indan nan anggun dipandang mata.tapi tetap di yakini bahwa keindahannya tidak kekal.esok sang bunga akan layu hingga rapuh dan berleburlah kembali ke asalnya.
Hidup ini indah kawan jngan mengungkung diri,terbukalah dan buka lebar sayapmu untuk duniamu karena kelak engkau akan meninggalkannya.
#.

Monografi-ku edisi II part 85
Kemajuan teknologi di masa lalu, juga terlihat dari kecanggihan, kapal yang dibuatNabi Nuhbersama pengikutnya, sekitar11.000 SM (13.000 tahun yang lalu).Mari kita coba bayangkan…Kapal ini bisa memuat ribuan bahkan mungkin ratusan ribu pasang hewan, yang kelak menjadi nenek moyang hewan masakini….Masing-masing hewan harus ditempatkan sesuai dengan habitatnya. Unta harus di tempat yang panas. Pinguin harus di daerah dingin. Belum lagi buat binatang-binatang kecil seperti semut, kutu, jangkrik,dll. Semuanya harus disiapkan tempat khusus. Kalau tidak, wah, jelas binatang-binatang kecil itu bisa terinjak-injak oleh binatang-binatang lainnya.Untuk pelayaran berminggu-minggu jelas diperlukan gudang makanan yang besar dan canggih. Kalau tidak, bisa-bisa semua tikus dimakan ular, akibatnya tikus menjadi punah. Belum lagi makanan buat harimau, singa dan buaya. Untuk sapi, kambing dan kuda juga harus disiapkan rumput segar.Tempat makanan juga harus steril,sebab kalau sampai hewan itu sakit lalu mati, hewan tersebut akan menjadi punah. Mungkin kita tidak akan pernah melihat lagi di masa sekarang kalau saja di masa itu telah punah.Kapal tersebut juga dirancang agartahan terhadap terjangan ombak dan air bah, yang mungkin 1000x lebih hebat dari tsunami. Dan harus menahan beban ribuan hewan.Di dalam Al Qur’an diceritakan, gelombangair ketika itu laksana gunung, sebagaimanafirman-Nya :”Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung…”(QS. Hud (11) ayat 42-43).

dari artikl tersebut ternyata peng"klasifikasi"an telah di lakukan,sehingga semua jenis hewan yang di naikkan di bahtera nabi Nuh tidak kacau balau.
wahai para capus(calon pustakwan) selamat menjadi klasifikator
bukan hanya buku dan bahan pustaka lainnya.hidup juga perlu di "klasifikasi" sehingga kita mudah menjalani hidup.

#.salam klasifikasi

Monografi-ku edisi II part 86
Persoalan mudik dan pulang kampung.
Saya juga akan berpendapat tetapi bukan perbedaan dan definisi. Tetapi persoalan hal ikhwal di balik mudik dan pulang kampung. Dalam pasal 28 dijelaskan tentang kebebasan berpendapat dan mengungkapkan pendapat baik lisan maupun tulisan. Baik, saya berpendapat/berasumsi bahwa dibalik kedua hal itu sudah disiapkan dengan matang oleh pihak istana. Ini menjadi boomerang (dari dia kembali ke dia) dan menjadi viral. Ini sudah disiapkan sebelum pak presiden mengungkapkannya, lalu dimintalah pak presiden untuk mengungkapkannya lalu di dibenarkan oleh pihak-pihaknya yang "maaf" mungkin bisa saja salah. Kenapa viral karena hanya persoalan sepele setelah pak presiden mengungkapkannya? Mereka mau memperlihatkan kepiawaian pak kepala negara dan itu terbukti.
Tetapi bukan itu inti sebenarnya, yang saya ingin ucapkan bahwa ada agenda tersendiri dibaliknya. Banyak hal-hal urgent yang perlu di benahi, yang perlu untuk di resapi. Apakah kalimat mudik dan pulang kampung adalah bagian dari "peristrahatan" pak kepala negara yang lelah dengan peristiwa-peristiwa yang mengguncang negerinya?
Ada banyak tanda tanya. Saya akan coba menulis sesuai pendapat saya, ini  pada 2 faktor. Faktor positif dan negatif. Positifnya adalah berkaitan covid. Sedikit demi sedikit berita covid ter-urut kedua-kan oleh mudik itu. Ini memberi kode bahwa covid sedikit berkurang dan bisa tertangani. Keresahan sedikit mulai reda. Negatifnya adalah, ketika masyatakat lengah dan diam-diam covid membunuh lebih banyak lagi karena info-info itu sudah terabaikan. Mungkin 2 faktor ini adalah faktor mini di balik viralnya mudik dan pulang kampung itu. Ada banyak faktor-faktor raksasa di baliknya, salah satunya adalah pembebasan puluhribuan tahanan karena covid itu. Ah entahlah, ini hanya asumsi yang "mungkin" tak berdasar dan "ngaur". Tetapi apa pun itu mari menjaga diri dan beribadah dengan suka cita. Kesulitan akan berlalu dan bahagia mungkin akan datang meski lambat.

#jangan mudik pulang kampung saja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar